Sementara itu di Majapahit, Mapatih Majapahit Nambi mendapat berita bahwa Pranaraja ayahnya telah meninggal dunia. Maka segera pulang ke Lamajang untuk melayat. Berita kematian Pranaraja segera tersebar di seluruh Majapahit dan Tigangjuru karena Pranaraja saat ini bermukim di Lamajang.Saat sedang berada di kedai makan Wirota mendengar orang-orang membicarakan Pranaraja. Mendengar berita itu, Wirota segera pergi melayat ke kediaman Pranaraja di Lamajang.****** Di saat yang sama, Warang sang Pemimpin Gerakan Wukir Polaman menemui Halayuda secara diam-diam di sebuah kedai tuak.“Ini saatnya bagimu untuk merebut jabatan Mahapatih Majapahit, Nambi sedang pergi melayat ke Lamajang, jabatan Mapatih Majapahit untuk sementara kosong, kau bisa memanfaatkan situasi ini. Mintalah pada Jayanegara untuk memberikan jabatan Mahapatih kepadamu. Percayalah Raja bodoh itu pasti lebih menurut kepadamu karena kau adalah Pamannya,” ujar Warang.Halayuda terdiam sejenak, sudah lama jabatan itu diincarny
Tak lama kemudian dari arah semak belukar munculah seorang wanita yang mengenakan pakaian hijau ketat dengan motif seperti sisik ular. Pakaian itu begitu ketat menempel di badannya seperti kulit kedua. Kehadiran wanita itu secara tiba-tiba membuat Wirota terkejutSial ternyata ular ini ada pemiliknya, wanita di depanku ini memang cantik tetapi jangan-jangan dia bukan orang, batin Wirota.“Nyi Sanak siapa anda?”Wanita itu tak menjawab, dia langsung menghunus pedangnya dan menyerang Wirota“Pembunuh, kau telah membunuh piaraanku!”Pedang wanita itu berkelebat membabat Wirota yang masih bengong di tempatnya.Buru-buru Wirota menangkis serangan wanita itu lalu berseru marah“Ularmu telah menyerangku, ular itu sangat besar dan menakutkan mengapa kau tidak mengurungnya saja agar tidak mencelakai orang lain!” Seru Wirota dengan marah.“Dia sedang berburu mencari makan, wajar jika dia menyerangmu!” kata wanita itu dengan ngeyel.“Gila kau, ular itu berburu manusia bukan hewan, pasti sudah b
“Untuk membuat keris pusaka diperlukan waktu sekitar 3 bulan untuk membuatnya, tetapi untuk membuat keris dari batu pusaka ini perlu waktu sekitar 6 bulan untuk membuatnya. Batu ini tuahnya sungguh luar biasa memancar begitu kuat dan memiliki energi yang jika orang tahu cara memanfaatkannya dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia,” ungkap Empu Supa. “Ya, Mpu Sengkala pernah bercerita kepadaku bahwa di masa lalu energi dari batu pusaka ini juga dapat menggerakan sebuah kereta tanpa kuda. Tetapi aku masih belum tahu persis bagaimana cara kerjanya,” kata Wirota. “Peradaban manusia di masa itu sudah tinggi , tetapi karena mereka larut dalam kemaksiatan, Sang Hyang Widhi menghukum mereka dengan menenggelamkan sebagian pulau-pulau yang ada di bumi ini, memusnahkan suatu bangsa dan menciptakan bangsa yang baru dengan peradaban yang sederhana,” ungkap Empu Supa. Malam itu Wirota menginap di rumah Empu Supa dan keesokan harinya dia sudah kembali lagi ke Lamajang. **** Dalam perja
Wirota bersama pasukan Tigangjuru mulai bergerak menyusun strategi peperangan. Wirota telah mengerahkan pasukan Keta yang berkedudukan di Argopura untuk membantu Lamajang melawna Majapahit. Para penduduk Kota Arnon yang masih tersisa segera diungsikan ke tempat yang aman. Setelah kota dokosongkan dari penduduk sipil, pasukan Tigangjuru telah menunggu kedatangan pasukan Majapahit di dalam benteng. Selama tiga hari pasukan Tigangjuru menunggu serangan dari Majapahit. Di hari kedua saat sedang menunggu kedatangan pasukan musuh, Wirota kembali bertemu dengan Nambi. “Gusti Nambi, saya ikut berduka cita atas gugurnya anak dan isteri Gusti Nambi di Pajarakan. Maafkan saya tidak dapat membantu karena sedang mendapat tugas dari Gusti Wiraraja.” Wajah Nambi saat itu tampak berduka namun dia tampak berusaha tetap tegar “Terimakasih Wirota, benar katamu, Halayuda telah memfitnahku dengan mengatakan bahwa aku tidak bersedia kembali ke Majapahit karena merencanakan pemberontakan. Kalau saja
Wajah Nambi tampak pucat setelah berjuang melawan ketiga mantan anak buahnya. Wirota menatapnya dengan iba, seorang Mapatih Majapahit akhirnya harus bertarung melawan anak buahnya sendiri karena Raja telah menganggapnya berkhianat. Wirota tahu Nambi bukanlah ahli bertarung seperti dirinya, Nambi dipilih menjadi Mahapatih Majapahit oleh Prabu Wijaya karena kemampuannya dalam mengelola dan membangun negara bukan karena kemampuan bertarungnya. Tak heran Ranggalawe seringkali menyepelekannya ketika mereka berjuang bersama Prabu Wijaya di Alas Tarik.“Gusti Nambi, anda sudah terluka parah, pergilah bersama Ra Windan mengungsi ke Keta untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik,” Wirota menyarankan.“Wiro, sakitnya luka ini tidak seberapa dibandingkan sakit hatiku terhadap Prabu Jayanegara yang menuduhku mengkhianatinya karena hasutan Halayuda. Dia memang benar-benar tidak pantas menjadi seorang Raja, pantas saja banyak orang diam-diam ingin melengserkannya. Aku akan tetap di tempat ini
“Tidak, kami tidak bisa membiarkan anda sendirian melawan orang-orang Majapahit itu. Jika anda masih di sini, kamipun akan tetap bertahan di sini!” Seru Jaran Bangkal.“Kalian bantu Gusti Nambi saja, dia terdesak!” Seru Wirota.Ra Windan dan Jaran Bangkal bergerak membantu Nambi menyerang Lembu Peteng, Ikalikalanbang dan Jabung Tarawes.“Hei Jabung Tarawes, kalian jangan hanya berani main keroyokan, lawan kami jika kau berani!” Seru Jaran Bangkal.“Huh, kalian bukanlah tandinganku, lebih baik kalian lari sebelum pasukan kami menghancurkan Tigangjuru!” Jabung Tarawes membalas.Ra Windan dan Jaran Bangkal tiba-tiba sudah dihadang beberapa prajurit Majapahit ketika mendekati tempat Nambi bertarung melawan pengeroyoknya.“Sial, mereka menghalangi langkah kita!” Seru Jaran Bangkal.Terpaksa mereka melawan para pengeroyoknya terlebih dahulu.Sementara itu Mpu Rodah yang sedang bertarung melawan Wirota mendadak melompat mundur lalu berkata“Wirota, lebih baik kalian menyerah saja, pasukan ka
Beberapa saat kemudian, lewatlah rombongan itu. Tetapi ternyata hanya ada 7 orang dalam rombongan itu, pakaian yang mereka gunakan bukan pakaian prajurit melainkan pakaian petani dan tidak membawa senjata lengkap. Wirota berbisik pada Ra Windan"Sepertinya mereka bukan prajurit Majapahit, pakaian yang mereka kenakan adalah pakaian petani dan tidak membawa senjata lengkap. "Baiklah, saya akan mencoba memastikan,"Ra Windan keluar dari tempat persembunyiannya dan menghadang 7 orang itu."Siapa kalian?"Salah seorang diantara rombongan itu berkata"Saya Macan Garung, kami sedang melakukan perjalanan menuju Keta."Mendengar nama orang itu Ra Windan terkejut dan berseru"Gusti Wirota, Macan Garung ada di sini!""Kakang Garung, akhirnya kau ada di sini. Kemana saja kau selama ini? Kau tidak ikut berperang di Kutho Arnon?""Kangmas Wirota, setelah berperang di Pajarakan, kami ditawan oleh pasukan Majapahit. Untunglah pada saat perang di Kota Arnon aku dan beberapa temanku bisa lolos dari pen
Empu Supa memberikan mata tombak itu pada Wirota yang lantas mengamati setiap lekuknya dengan seksama. Mata tombak itu bentuknya seperti daun bambu, dengan bagian pangkalnya melebar, ada hiasan dua buah lubang di tepinya.“Tombak ini aku ciptakan khusus untuk Raja, kau lihat ada dua buah lubang di pangkal tombak yang seperti telinga? Bentuk itu melambangkan pendengaran sang Raja. Seorang pemimpin yang baik, harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi rakyatnya agar dia dapat lebih memahami situasi di lingkungan di sekitarnya dan selalu waspada,” ujar Empu Supa.“Mata tombak yang bagus, tinggal melengkapi gagangnya tombaknya saja,” ujar Wirota.Empu Supa mengambil sebuah batang kayu asam dan berkata"Kayu asam ini akan kubuat sebagai gagang tombak, supaya tidak merepotkan aku akan membuatnya pendek saja agar kau mudah membawanya dalam perjalanan."Empu Supa melanjutkan pekerjaannya dan tak lama kemudian sebuah tombak pendek selesai dibuat. Tombak itu tampak biasa- biasa saja, namun ma