Home / Pendekar / KSATRIA TIGA JAMAN / Kesaktian Tombak Pusaka

Share

Kesaktian Tombak Pusaka

Author: Freya
last update Last Updated: 2023-07-21 01:41:14

Empu Supa memberikan mata tombak itu pada Wirota yang lantas mengamati setiap lekuknya dengan seksama. Mata tombak itu bentuknya seperti daun bambu, dengan bagian pangkalnya melebar, ada hiasan dua buah lubang di tepinya.

“Tombak ini aku ciptakan khusus untuk Raja, kau lihat ada dua buah lubang di pangkal tombak yang seperti telinga? Bentuk itu melambangkan pendengaran sang Raja. Seorang pemimpin yang baik, harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi rakyatnya agar dia dapat lebih memahami situasi di lingkungan di sekitarnya dan selalu waspada,” ujar Empu Supa.

“Mata tombak yang bagus, tinggal melengkapi gagangnya tombaknya saja,” ujar Wirota.

Empu Supa mengambil sebuah batang kayu asam dan berkata

"Kayu asam ini akan kubuat sebagai gagang tombak, supaya tidak merepotkan aku akan membuatnya pendek saja agar kau mudah membawanya dalam perjalanan."

Empu Supa melanjutkan pekerjaannya dan tak lama kemudian sebuah tombak pendek selesai dibuat. Tombak itu tampak biasa- biasa saja, namun ma
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rampok Alas Tuwo

    “Ha ha ha ha rupanya kau belum mengenal Gerombolan Rampok Alas Tuwo yang sudah malang melintang di Tigangjuru. Tubuh kami kebal dari segala senjata tajam, ilmu kebatinan kami sudah mencapai tingkatan tertinggi, bahkan kami dapat membunuhmu tanpa menyentuhmu!” “Aku tidak takut dengan orang sesakti apapun, tetapi senjata ini bukanlah milikku yang harus kusampaikan kepada anak keturunannya sebagaimana yang dipesankannya sebelum wafat. Jadi aku akan tetap mempertahankannya sampai titik darah penghabisan!” “Baiklah, bersiaplah karena aku akan membunuhmu saat ini juga tanpa menyentuhmu!” Perampok itu mulai memejamkan mata merapalkan mantera sementara Wirota turun dari kudanya lalu membuka kain selubung pembungkus tombak pendeknya. Saat dibuka ujung tombak Wirota sudah bersinar terang, alam semesta seketika hening, tidak ada kicauan burung, derik serangga atau bunyi dedaunan bergemerisik tertiup angin. Tiba-tiba perampok itu membuka matanya, ketika melihat tombak itu matanya melotot keta

    Last Updated : 2023-07-23
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Mahisasura

    Dalam gelapnya malam yang hanya diterangi sinar bulan purnama, Wirota dapat melihat sosok itu lebih jelas. Sosok itu adalah seorang pria, rambutnya panjang terurai dan kusut seperti tidak pernah disisir selama berbulan-bulan, wajahnya hitam kusam karena sudah banyak daki yang menempel dikulitnya, matanya yang besar berwarna kemerahan seperti orang yang kurang tidur. Dilihatnya kaki sosok itu masih menapak tanah yang berarti sosok itu bukanlah hantu atau demit.Tetapi ada satu hal yang membuatnya bergidik ngeri dan hampir muntah adalah di tangan sosok itu ada potongan kepala manusia dengan leher yang masih meneteskan darah segar. Hati Wirota berdesir, dia sudah sering melihat kematian atau kepala manusia yang ditebas di medan perang. Namun kali ini orang itu membunuh bukan untuk membela negara atau mempertahankan diri melainkan untuk kesenangan atau mungkin sebagai persyaratan ilmu hitam.Sepertinya dia orang yang sedang mengamalkan ilmu hitam atau pesugihan yang mensyaratkannya membu

    Last Updated : 2023-07-27
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Ksatria Tiga Jaman

    “Saya Wirota, saya hanyalah seorang pengembara yang kebetulan lewat di sini.," jawab Wirota. "Saya adalah Kepala Desa di sini, apakah Ki Sanak sudah mendapatkan tempat untuk menginap?" "Terimakasih Ki Sanak, saat ini saya menginap di rumah Mbah Lepo,” ujar Wirota. Pria di depannya mengerutkan keningnya “Mbah Lepo? Dulu di desa ini memang ada orang yang bernama Lepo, tapi dia sudah lama menghilang. Kami tidak pernah bertemu dengannya lagi.” Wirota tertegun dan sedikit bingung “Lalu siapa kakek tua yang sore itu mempersilahkan saya menginap di rumahnya?” Kepala Desa tampak terkejut bercampur bingung mendengar pernyataan Wirota “Kalau begitu tolong tunjukan di mana rumahnya?” Tiba-tiba seorang pemuda berseru “Hei, lihat sepertinya orang ini bukan Siluman Musang, ternyata selama ini kita telah salah menuduh orang. Siluman Musang bukanlah pembunuh para penduduk desa. Kita seharusnya meminta maaf pada Siluman Musang karena selama ini kita telah menuduhnya membunuh penduduk desa.”

    Last Updated : 2023-08-01
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perebutan Tombak Pusaka

    "Buka penutup tombaknya, aku ingin melihat seperti apa wujud tombak dari batu pusaka itu.Wirota membuka selubung penutup ujung tombak. Terlihat mata tombak yang hitam berkikat-kilat. Siluman Musang berjalan menghampiri Wirota, lalu tangannya di sentuhkan ke tombak. Namun mendadak dia menarik kembali tangannya. Energi tombak itu telah menolaknya, Siluman Musang mendadak terjatuh, kaki tangannya terasa lumpuh.“Ki Sanak!” Seru WirotaWirota segera membungkus kembali tombaknya, sementara Siluman Musang terbaring lemas di tanah. Orang-orang desa segera membawa Siluman Musang ke pembaringan batu di pojokan."Tombak ini benar-benar hebat, tidak semua orang bisa mendekati tombak ini. Berhati-hatilah jika tidak cocok orang yang menyentuhnya akan sakit dan lumpuh. Kelak tombak ini akan diperebutkan oleh para raja di Jawa,"kata Siluman Musang.Melihat para penduduk desa itu sudah mulai kelelahan kepala desa memutuskan untuk menginap di tempat itu."Saudara-saudara sekalian, hari sudah mulai ge

    Last Updated : 2023-08-06
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Jebakan di Hutan

    “Lalu apa rencana anda selanjutnya?”“Kita akan mencuri pusaka itu dan membawanya kembali ke Gunung Padang. Bertahun-tahun kita telah meninggalkan Gunung Padang, berusaha memburu mereka. Sekarang saatnya Batu Pusaka itu kembali ke pangkuan Sekte Gunung.” kata pemimpin rombongan itu. “Lalu apa yang harus kita lakukan?” Tanya anak buahnya.“Kita akan menjebak mereka ketika mereka keluar dari tempat ini,” kata pemimpin Sekte Gunung.Orang-orang Sekte Gunung mulai bergerak cepat menuruni tebing membuat jebakan di sekitaran gua dan jalan keluar. Sementara Wirota dan rombongan penduduk desa beristirahat setelah seharian bekerja membereskan jenazah orang-orang yang mati dan mengobati orang-orang yang terluka.“Kita terpaksa menginap di sini semalam lagi, besok pagi kita berangkat jika keadaan memungkinkan. Hari sudah malam, kalau kita berangkat sekarang nanti kita akan kemalaman di jalan dan terpaksa menginap di hutan. Lagipula masih ada beberapa orang yang terluka, mereka memerlukan istir

    Last Updated : 2023-08-08
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Jebakan

    “Lalu apa rencana anda selanjutnya?”“Kita akan mencuri pusaka itu dan membawanya kembali ke Gunung Padang. Bertahun-tahun kita telah meninggalkan Gunung Padang, berusaha memburu mereka. Sekarang saatnya Batu Pusaka itu kembali ke pangkuan Sekte Gunung.” kata pemimpin rombongan itu. “Lalu apa yang harus kita lakukan?” Tanya anak buahnya.“Kita akan menjebak mereka ketika mereka keluar dari tempat ini,” kata pemimpin Sekte Gunung.Orang-orang Sekte Gunung mulai bergerak cepat menuruni tebing membuat jebakan di sekitaran gua dan jalan keluar. Sementara Wirota dan rombongan penduduk desa beristirahat setelah seharian bekerja membereskan jenazah orang-orang yang mati dan mengobati orang-orang yang terluka.“Kita terpaksa menginap di sini semalam lagi, besok pagi kita berangkat jika keadaan memungkinkan. Hari sudah malam, kalau kita berangkat sekarang nanti kita akan kemalaman di jalan dan terpaksa menginap di hutan. Lagipula masih ada beberapa orang yang terluka, mereka memerlukan istir

    Last Updated : 2023-08-08
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Jebakan 2

    "Kurasa ada orang atau kelompok yang ingin menjebak kita. Mungkinkah gerombolan perampok yang kemarin itu yang ingin balas dendam?" Tanya Wirota. Siluman Musang berkomentar"Bisa jadi demikian, menurutku tombak pusakamu telah mengundang para pemburu benda mustika yang ingin memiliki tonbak ini. Sekarang kita harus berhati-hati karena musuh yang kau hadapi tidak hanya satu kelompok orang tetapi bisa menjadi banyak orang.""Seorang warga desa yang tengah duduk di samping jenazah lalu bertanya"Lalu bagaimana debgan jenazah teman kita yang mati in?""Jika jita harus.menggali kubur, itu akan memakan waktu lama padahal kita harus segera sampai ke kaki gunung sebelum hari gelap. Menjelang maghrib biasanya kabut akan turun. Jangan sampai kita terjebak kabut di tengah perjalanan, itu akan sangat berbahaya. Bisa-bisa kita tersesat di kampung demit," kata Kepala Desa."Benar, saat ini kita sedang dalan bahaya, kita tidak mungkin mengubur jenazah sekarang karena kita harus segera mencapai desa

    Last Updated : 2023-08-10
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perjalanan

    Tak ada jalan lain selain harus menghadapi orang-orang itu. Sementara itu kepala desa telah memberikan aba-aba menyerang pada anak buahnya yang tersisa“Serang mereka!”“Tunggu!” Seru Wirota.Kepala Desa dan Siluman Musang terkejut Wirota maju ke hadapan Kepala Desa dan anak buahnya“Orang-orang ini hanya mengincarku dan tombak ini, bukan kalian. Jadi sebaiknya kalian segera pergi, biar aku yang menghadapinyam” kata Wirota.Namun Kepala Desa menolak“Tidak, kami tidak bisa diam melihat teman kami menghadapi bahaya, Kau orang yang berjasa bagi kami, sudah seharusnya kami membalas budi pada orang yang telah menolong menyelamatkan penduduk desa dari teror Iblis Pencabut Nyawa. Kita akan menghadapinya bersama-sama.”Gerombolan Sekte Gunung dari Gunung Padang telah bergerak menyerang, Wirota dan anggota rombongan lainnya termasuk kepala desa segera menghadapi orang-orang dari sekte Gunung. Namun ketika pedang dan golok disabetkan ke tubuh orang-orang dari Sekte Gunung, tubuh mereka sama

    Last Updated : 2023-08-14

Latest chapter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pulang

    Namun sebelum sampai pada sasarannya, tiba-tiba terdengar suara berkelebat dan kesiur angin melewati tubuhnya. Belum sempat Wirota menyadari, seseorang telah menangkis pukulannya. "Wiro, hentikan!" Wirota menoleh, ternyata Mahesa Wagal yang menangkis serangannya. Di belakangnya menyusul Gajah Mada, Gayatri dan Banyak Wungu. "Gusti Wirota, tunggu!" Seru Banyak Wungu. Wirota terkejut melihat kedatangan Banyak Wungu bersama Gajah Mada dan Gayatri. Sebuah pikiran buruk terlintas di benaknya. Jangan-jangan, Majapahit sudah membantai seluruh pasukan Sadeng dan Keta lalu mereka menyandera Banyak Wungu batin Wirota cemas. "Banyak Wungu, apa yang terjadi? Mengapa kamu bisa bersama mereka?"Tanya Wirota. "Gusti Wirota, Gusti Ratu Tribuana telah memerintahkan tabib Majapahit untuk mengobati para prajurit kita yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia ingin Gusti Wirota kembali ke Majapahit. Beliau berjanji akan memberi anda jabatan Juru Demung atau Patih di Daha," ujar Banyak Wungu.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   mantera

    Ditantang seperti itu membuat darah Wirota seketika mendidih. Tapi dia tak ingin terlihat emosional di depan Ra Kembar. Setelah menghela nafas panjang untuk meredakan amarahnya barulah Wirota menjawab "Siapa takut?! Aku bukan laki-laki pengecut. Baik, kuterima tantanganmu!" Saat itu hari sudah menjelang maghrib,, namun situasi di sekitar gelanggang masih terang benderang bagai di siang hari bolong. Energi batu pusaka dari Gunung Padang yang dibuat menjadi tombak Naga langit begitu kuat dan seolah tak ada habisnya. Cahayanya masih terus berpendar tanpa meredup sedikitpun. Wirota menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berjalan mendekati Ra Kembar dan memasang sikap kuda-kuda. Ra Kembar tersenyum, dia sangat yakin akan menang. Sepanjang karirnya sebagai prajurit, Ajian Balung Ireng tak pernah gagal membunuh musuhnya hanya dalam satu dua jurus Ra Kembar berjalan mendekati Wirota, kini mereka sudah berdiri berhadapan siap bertarung. Ra Kembar mengatupkan kedua tangannya di dep

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perebutan Tombak Naga Langit

    Suara derap kaki kuda di belakangnya semakin dekat. Siapa itu, mungkinkah Lembu Peteng, Ikal-ikalan Bang atau Jabung Taraweskah? Hanya mereka yang tahu jalur yang kulewati ini, batin Ra Kembar. Hatinya mulai tenang merasa ada yang menemani. Ra Kembar sengaja mengambil jalur yang berbeda, sebuah jalur tersembunyi, bukan jalan yang biasa dilewati para prajurit Majapahit untuk pulang menuju Trowulan. Jalur itu jalannya lebih sempit dan melewati hutan belantara. Ra Kembar menoleh, dilihatnya ada seorang penunggang kuda mengejarnya. Terkesiap Ra Kembar ketika melihat penunggangnya, dari pakaian dan wajahnya dia dapat mengenali penunggang kuda yang mengejarnya adalah Wirota. "Sial, gara-gara harus membebaskan diri dari totokan Resi tua tadi, waktuku terbuang di pondok itu. Sekarang Wirota sudah menemukanku. Aku lupa dia juga tahu jalur ini ketika melarikan diri bersama Prabu Wijaya ke Madura," gerutu Ra Kembar. Ra Kembar kembali memacu kudanya. Tiba-tiba terdengar suara kelebatan d

  • KSATRIA TIGA JAMAN   kembali

    RA Kembar terkejut, ketika menoleh dilihatnya seorang bhiksuni berdiri di belakangnya "Siapa kamu? Tak usah ikut campur, sebaiknya kamu pergi bertapa saja. Tempat ini bukan untuk wanita sepertimu!" Ra Kembar ternyata tidak mengenali sosok Gayatri yang kini menjadi bhiksuni. Beberapa prajurit Araraman yang berjaga di tepi hutan segera menghadang Gayatri melindungi Ra Kembar. Gayatri mendengus marah "Aku akan pergi jika tombak itu kamu kembalikan pada pemiliknya! Usai berkata Gayatri berkelebat dengan cepat melompati para prajurit yang menghadangnya lalu mencoba merebut tombak. Ra Kembar panik, tangan kanannya masih kebas karena totokan Mahesa Wagal. Membuatnya tak bebas bergerak. Tetapi dia masih sempat menghindar sehingga Gayatri gagal merebut tombak. "Siapa kamu? Beraninya kamu melawanku.Baiklah aku akan membuatmu seperti para bhiksu di Kasogatan Bajraka!" "Prajurit, bereskan dia!" perintah Ra Kembar. Spontan para prajurit Araraman segera mengeroyok Gayatri. Terpaksa

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rencana Ra Kembar

    Mahesa Wagal dan Gajah Mada terkejut karena hal ini jauh di luar rencana mereka. "Mada, siapa yang mengacaukan pertemuan ini?" Tanya Mahesa Wagal. Gajah Mada menggeleng, dia juga bingung melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Mendadak Wirota menarik tubuh Gajah Mada dan mulai memukulinya. Sontak Gajah Mada berusaha menghindar dan membela diri. Wirota terus menerjang, sehingga pertarungan keduanya berlangsung sengit, namun Gajah Mada tidak pernah membalas serangan Wirota, hanya menghindar saja. Hal ini membuat Wirota semakin gusar, "Ayolah Mada, jangan jadi pengecut! Lawan aku, jangan hanya menghindar saja!" "Paman Wirota, sabar dulu...kami tidak tahu tentang serangan ini. Gusti Ratu tidak pernah memerintahkan penyerangan ini!" Seru Gajah Mada sambil berusaha menghindari serangan Wirota. "Bohong...jangan harap aku akan percaya pada kalian!" Wirota kembali menyabetkan pedang ke.leher Gajah Mada. Wirota yang sudah terlanjur marah, tangannya bergerak mencabut pedang Na

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Sahabat Lama

    "Aneh. tak biasanya mereka begini. Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Wirota. Setibanya di tepi hutan, Wirota terkejut ketika mendapati tamunya ternyata adalah Gajah Mada dan seorang lelaki tua berpakaian seperti seorang Resi/ pertapa yang berjalan tertatih dengan tongkat. Mereka berdua memberi salam setelah itu Gajah Mada berkata "Paman, saya mengantar Paman Mahesa Wagal kemari karena dia sangat ingin bertemu dengan anda. Kemarin dia mendatangi kemah kami dan minta diajak menemui anda." Wirota tampak terkejut, tak disangkanya Resi tua yang berjalan terpincang itu adalah rekannya di masa masih berjuang melawan pemberontakan Jayakatwang. Mahesa Wagal adalah seniornya di masa mereka masih berdinas di Singasari. Ah, waktu sudah lama berlalu, Mahesa Wagal sekarang hanyalah seorang lelaki tua yang sakit-sakitan, batin Wirota. Namun Wirota tak mau memperlakukan Mahesa Wagal layaknya seorang sahabat lama. Di mata Wirota siapapun yang bekerjasama dengan Majapahit adalah musuh.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kunjungan Tak Terduga

    Suara langkah kaki itu berhenti. Wirota berkelebat menghampiri asal suara. Dalam keremangan sinar bulan dia melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Gayatri, bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? pikir Wirota. Masa muda telah berlalu, namun Gayatri masih tetap memberikan atensi kepadanya, berada di sisinya di saat dia memerlukan teman. Di lubuk hatinya yang paling dalam, sesungguhnya dulu Wirota juga tertarik kepada Gayatri. Namun dia cukup tahu diri dan tak ingin menyakiti hati sahabatnya Dyah Wijaya walaupun di saat itu Gayatri selalu mencoba menarik perhatiannya. Mendadak Wirota salah tingkah, dadanya berdebar, tapi dia tak ingin Gayatri mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Maka dia berusaha bersikap wajar dengan bertanya "Banthe? Bagaimana anda bisa tahu saya berada di sini?" Gayatri hanya tersenyum dan menjawab "Wirota, hutan bagaikan rumahku. Aku sudah tiga bulan bertapa di sekitar hutan ini, dan aku juga sudah melihat peperangan kalian." Ah. Gayatri. aku

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Senjata Pamungkas

    "Siapa kamu dan mengapa kamu ada di sini?" gertak Banyak Wungu. "Ssa...saya penduduk di sini, Eeeh...saya mencari kucing saya yang lari ke sini, " jawab orang itu ketakutan. Banyak Wungu mengamati orang itu dengan seksama lalu bertanya lagi "Bukankah para penduduk yang masih ada di sini seharusnya beristirahat karena besok dini hari kalian sudah harus pergi dari sini!" Orang itu tampaknya sudah terlalu lemas dan sulit berkata-kata lagi. mungkin karena seluruh wajahnya sudah bengkak sehingga untuk bicarapun terasa sakit. "Baiklah, mungkin kamu perlu sedikit disiksa supaya mau bicara!" Banyak Wungu mengeluarkan sebilah pisau, bersiap mengiris kulit tawanannnya. Tiba-tiba Wirota mendengar suara kelebatan di balik pepohonan di antara para prajurit yang berkerumun. Sejurus kemudian, dia merasakan desir angin tipis melaju di depannya. Begitu samar sehingga hanya orang yang berilmu kanuragan tingkat tinggi saja yang bisa merasakannya. Mendadak Wirota menyadari sesuatu, tapi ter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Telik Sandi Majapahit

    Seketika Ra Kembar tersentak. Dia seolah mendapatkan energi baru."Blaaar...blaar...blaaar!"Suara ledakan dari hulu meriam rampasan dari pasukan Mongol, menembakan pelurunya ke arah dinding benteng. Setelah beberapa kali menembakan peluru meriam, benteng batu bata setinggi 10 meter itupun tak lama kemudian roboh. Beberapa prajurit yang berdiri di dekat tembok benteng seketika tertimbun reruntuhan batu tembok.Terdengar teriakan pasukan Majapahit menyerbu kota. Ra Kembar dengan semangat baru menghajar pasukan Tigangjuru yang mencoba mendekatinya dengan cambuknya. Beberapa prajurit Tigangjuru yang terkena sabetan cambuknya yang berujung pisau tajam terlempar dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka. ujung-ujung pisau itu telah dilumuri ramuan racun. Sehingga dalam sekejap para prajurit itu sekarat dan gugur."Ha ha ha ha sekarang kalian sudah terkepung seperti tikus sawah yang digropyok petani!" Ra Kembar berseru sambil menyabetkan cambuknya ke segala arah.Celaka, mereka membawa meria

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status