"Kurasa ada orang atau kelompok yang ingin menjebak kita. Mungkinkah gerombolan perampok yang kemarin itu yang ingin balas dendam?" Tanya Wirota. Siluman Musang berkomentar"Bisa jadi demikian, menurutku tombak pusakamu telah mengundang para pemburu benda mustika yang ingin memiliki tonbak ini. Sekarang kita harus berhati-hati karena musuh yang kau hadapi tidak hanya satu kelompok orang tetapi bisa menjadi banyak orang.""Seorang warga desa yang tengah duduk di samping jenazah lalu bertanya"Lalu bagaimana debgan jenazah teman kita yang mati in?""Jika jita harus.menggali kubur, itu akan memakan waktu lama padahal kita harus segera sampai ke kaki gunung sebelum hari gelap. Menjelang maghrib biasanya kabut akan turun. Jangan sampai kita terjebak kabut di tengah perjalanan, itu akan sangat berbahaya. Bisa-bisa kita tersesat di kampung demit," kata Kepala Desa."Benar, saat ini kita sedang dalan bahaya, kita tidak mungkin mengubur jenazah sekarang karena kita harus segera mencapai desa
Tak ada jalan lain selain harus menghadapi orang-orang itu. Sementara itu kepala desa telah memberikan aba-aba menyerang pada anak buahnya yang tersisa“Serang mereka!”“Tunggu!” Seru Wirota.Kepala Desa dan Siluman Musang terkejut Wirota maju ke hadapan Kepala Desa dan anak buahnya“Orang-orang ini hanya mengincarku dan tombak ini, bukan kalian. Jadi sebaiknya kalian segera pergi, biar aku yang menghadapinyam” kata Wirota.Namun Kepala Desa menolak“Tidak, kami tidak bisa diam melihat teman kami menghadapi bahaya, Kau orang yang berjasa bagi kami, sudah seharusnya kami membalas budi pada orang yang telah menolong menyelamatkan penduduk desa dari teror Iblis Pencabut Nyawa. Kita akan menghadapinya bersama-sama.”Gerombolan Sekte Gunung dari Gunung Padang telah bergerak menyerang, Wirota dan anggota rombongan lainnya termasuk kepala desa segera menghadapi orang-orang dari sekte Gunung. Namun ketika pedang dan golok disabetkan ke tubuh orang-orang dari Sekte Gunung, tubuh mereka sama
Siluman Musang menghampiri Wirota lalu memeluknya dengan perasaan haru“Terimakasih Ngger, jika tidak karena kamu, selamanya aku akan dituduh sebagai pembantai penduduk desa.”“Ki Sanak, jaga diri baik-baik, kapan-kapan jika urusanku selesai aku akan mampir kemari menjenguk anda,” kata Wirota.Siluman Musang mengeluarkan sebuah kantong kain dari kantongnya“Ini ada sedikit uang untuk bekalmu, kau pasti memerlukannya.”Wirota terkejut, dia membuka kantong itu dan melihat ada segenggam koin perak di dalamnya.“Tidak Ki Sanak, aku tidak bisa menerima ini, walaupun sedikit tapi aku masih punya uang jika sekedar untuk membeli makanan saja, masih cukup.”Siluman Musang langsung menukasnya“Jumlah ini tidak sebanding dengan jasa yang telah kau berikan kepadaku. Hanya ini yang bisa kuberikan untukmu sebagai tanda terimakasihku. Ambilah, perjalanan masih jauh, uang kepeng tembagamu tidak akan cukup untuk bekal perjalanan.”Wirota merasa ragu, tetapi dia akhirnya menyadari bahwa perjalanan mas
Sekarang Nelayan sudah mulai bisa menguasai dirinya. Dia lalu mulai bercerita“Ra Kuti dan teman-temannya di Dharmaputra memberontak terhadap Prabu Jayanegara. Akupun ikut serta dalam pemberontakan itu.”Wirota terkejut dan tak menyangka Nelayan terlibat dalam pemberontakan Ra Kuti.“Apa…Ra Kuti memberontak dan kau ikut membantunya? Ini pasti gara-gara mulut beracun Halayuda sehingga terjadi pemberontakan ini.”Nelayan langsung menukas“Kali ini tidak Wiro, pemberontakan ini sejatinya karena dendam Ra Kuti terhadap Jayanegara yang telah merusak rumah tangganya sehingga isterinya mati bunuh diri karena malu. Tidak hanya Ra Kuti, Ra Tanca dan para pejabat Dharmaputera lainnya sudah kesal karena isteri mereka dilecehkan oleh Jayanegara ketika mereka tidak ada di rumah. Ah, Raja satu itu memang tidak sebaik ayahnya, kerjanya cuma menggoda isteri orang saja, sakit jiwa mungkin orang itu. Lebih tertarik pada isteri orang daripada gadis, makanya sampai sekarang dia tidak juga menikah dan men
“Lebih cepat kalian menyerang Lamajang itu akan lebih baik. Saat ini pasukanku sudah berhasil menguasai istana. Pasukan Majapahit yang berada di benteng Arnon pasti sudah ditarik sebagian untuk menghadapi pasukanku. Penjagaan di sana saat ini bisa dipastikan lemah. Para pengikutku yang berada di Lamajang akan membantu kalian melemahkan penjagaan di sana,” kata Ra Kuti.“Bagus, kami butuh bantuan para penduduk yang berada di sekitar benteng untuk melemahkan pasukan Majapahit dari dalam benteng sekaligus memberi informasi tentang kekuatan pasukan Majapahit di dalam Benteng. Nantinya pasukan Keta akan menyerang dari arah utara sedangkan pasukan Sadeng akan menyerang dari Selatan,” ujar Wirota.Hari itu juga Wirota dan rekan-rekannya menyusun rencana penyerangan ke Lamajang, merebut kembali Benteng Arnon yang dulu direbut Majapahit saat Nambi dituduh memberontak. Pada hari yang telah ditentukan, pasukan Keta dan Sadeng langsung menyerang Benteng Arnon di Lamajang. Benar apa kata Ra Kut
Gajah Mada tiba-tiba saja sudah muncul di dalam ruang kerja Raja, tak lama kemudian masuklah Nala bersama para prajurit Bhayangkara. Sementara di luar ruangan mulai terdengar suara pertempuran yang makin lama makin keras dan ramai. “Kuti, istana sudah kami kepung, para pendukungmu sudah kami tawan, sekarang menyerahlah!” Ra Kuti tampak terkejut, tapi tampaknya dia tak mempercayai ucapan Nala begitu saja. “Bohong, jangan mencoba mempengaruhiku agar aku takut dan menyerah pada kalian!” Gayatri maju ke hadapan Ra Kuti tersenyum penuh kemenangan “Sekarang kau lihat sendiri kan? Rakyat dan para pejabat istana masih mendukungku. Sekarang lebih baik kau menyerah saja dan bersiap menerima hukuman!” Ra Kuti berteriak murka kepada Gayatri, hilang sudah rasa hormatnya pada Gayatri “Perempuan bermulut racun, kau memintaku melengserkan Jayanegara dan mendukung pemberontakanku, sekarang kau berniat membunuhku!” “Aku meminta melengserkannya tetapi bukan berarti kau bisa menjadi Raja,” kat
Gajah Mada dan Nala kembali berjalan pulang ke Kasatriyan. Setelah berada di luar taman Nala berkata"Ternyata pemberontakan Ra Kuti telah diketahui Ibu Suri Gayatri, tak kusangka bahkan ibu suri Gayatri sendiri tidak menyukai Jayanegara.""Dara Pethak begitu pandai mengambil hati mendiang Gusti Prabu Wijaya sehingga ke empat isterinya yang lain diabaikan dan jarang disentuh. Entah sihir apa yang dipakai Dara Pethak untuk menundukan Prabu Wijaya, sehingga membuat Prabu Wijaya melawan peraturan yang selama ini berlaku. Baru kali ini anak seorang selir bisa naik tahta jadi raja. Untunglah Ibu Suri Gayatri masih dapat memberikan keturunan, tapi sayang ketika Gusti Prabu Wijaya wafat, Gusti Putri Tribuana Tunggadewi masih kecil sehingga Jayanegara yang diangkat jadi Raja menggantikan ayahnya. Wajarlah jika Gayatri sebenarnya tidak bisa menerima jika Prabu Jayanegara yang bukan keturunan Prabu Kertanegara yang menjadi raja,” ucap Gajah Mada."Tapi seharusnya setelah Gusti Putri Tribuana T
Jayanegara kembali bertahta, sementara kedua adik tirinyaTribuana Tunggadewi ditempatkan sebagai ratu di Daha dan Dyah Wyat sebagai Ratu di Kahuripan. Jayanegara masih saja dengan kebiasaan lamanya menggoda isteri-isteri para pejabat negara termasuk Nyai Tanca isteri Ra Tanca.Siang itu Ra Tanca mengunjungi Gajah Mada di rumah orang tuanya di desa Kudadu. Hatinya masih diliputi kemarahan ketika kemarin dia sengaja pulang cepat ke rumah isteri mudanya dan mendapati Jayanegara sedang berada di kamar isterinya. Ra Tanca hanya bisa tertegun dan menahan amarah, ingin rasanya dia membunuh raja bejat itu tetapi dia tak memiliki keberanian untuk melakukannya.Seorang pria tua seusianya menyambutnya di halaman, dia tergopoh-gopoh berjalan dengan kakinya yang sedikit pincang menemui Ra Tanca lalu bertanya.“Ki Sanak, ada keperluan apa datang kemari?” Ra Tanca mengamati wajah pria itu dengan seksama, wajah itu tampak familiar dalam ingatannya. Mendadak dia seperti teringat sesua