Share

Ular Sanca

Penulis: Freya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-04 22:48:41

Sementara itu di Majapahit, Mapatih Majapahit Nambi mendapat berita bahwa Pranaraja ayahnya telah meninggal dunia. Maka segera pulang ke Lamajang untuk melayat. Berita kematian Pranaraja segera tersebar di seluruh Majapahit dan Tigangjuru karena Pranaraja saat ini bermukim di Lamajang.

Saat sedang berada di kedai makan Wirota mendengar orang-orang membicarakan Pranaraja. Mendengar berita itu, Wirota segera pergi melayat ke kediaman Pranaraja di Lamajang.

******

Di saat yang sama, Warang sang Pemimpin Gerakan Wukir Polaman menemui Halayuda secara diam-diam di sebuah kedai tuak.

“Ini saatnya bagimu untuk merebut jabatan Mahapatih Majapahit, Nambi sedang pergi melayat ke Lamajang, jabatan Mapatih Majapahit untuk sementara kosong, kau bisa memanfaatkan situasi ini. Mintalah pada Jayanegara untuk memberikan jabatan Mahapatih kepadamu. Percayalah Raja bodoh itu pasti lebih menurut kepadamu karena kau adalah Pamannya,” ujar Warang.

Halayuda terdiam sejenak, sudah lama jabatan itu diincarny
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Nyai Nagagini

    Tak lama kemudian dari arah semak belukar munculah seorang wanita yang mengenakan pakaian hijau ketat dengan motif seperti sisik ular. Pakaian itu begitu ketat menempel di badannya seperti kulit kedua. Kehadiran wanita itu secara tiba-tiba membuat Wirota terkejutSial ternyata ular ini ada pemiliknya, wanita di depanku ini memang cantik tetapi jangan-jangan dia bukan orang, batin Wirota.“Nyi Sanak siapa anda?”Wanita itu tak menjawab, dia langsung menghunus pedangnya dan menyerang Wirota“Pembunuh, kau telah membunuh piaraanku!”Pedang wanita itu berkelebat membabat Wirota yang masih bengong di tempatnya.Buru-buru Wirota menangkis serangan wanita itu lalu berseru marah“Ularmu telah menyerangku, ular itu sangat besar dan menakutkan mengapa kau tidak mengurungnya saja agar tidak mencelakai orang lain!” Seru Wirota dengan marah.“Dia sedang berburu mencari makan, wajar jika dia menyerangmu!” kata wanita itu dengan ngeyel.“Gila kau, ular itu berburu manusia bukan hewan, pasti sudah b

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-08
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perang di Pajarakan

    “Untuk membuat keris pusaka diperlukan waktu sekitar 3 bulan untuk membuatnya, tetapi untuk membuat keris dari batu pusaka ini perlu waktu sekitar 6 bulan untuk membuatnya. Batu ini tuahnya sungguh luar biasa memancar begitu kuat dan memiliki energi yang jika orang tahu cara memanfaatkannya dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia,” ungkap Empu Supa. “Ya, Mpu Sengkala pernah bercerita kepadaku bahwa di masa lalu energi dari batu pusaka ini juga dapat menggerakan sebuah kereta tanpa kuda. Tetapi aku masih belum tahu persis bagaimana cara kerjanya,” kata Wirota. “Peradaban manusia di masa itu sudah tinggi , tetapi karena mereka larut dalam kemaksiatan, Sang Hyang Widhi menghukum mereka dengan menenggelamkan sebagian pulau-pulau yang ada di bumi ini, memusnahkan suatu bangsa dan menciptakan bangsa yang baru dengan peradaban yang sederhana,” ungkap Empu Supa. Malam itu Wirota menginap di rumah Empu Supa dan keesokan harinya dia sudah kembali lagi ke Lamajang. **** Dalam perja

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-09
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Benteng Arnon

    Wirota bersama pasukan Tigangjuru mulai bergerak menyusun strategi peperangan. Wirota telah mengerahkan pasukan Keta yang berkedudukan di Argopura untuk membantu Lamajang melawna Majapahit. Para penduduk Kota Arnon yang masih tersisa segera diungsikan ke tempat yang aman. Setelah kota dokosongkan dari penduduk sipil, pasukan Tigangjuru telah menunggu kedatangan pasukan Majapahit di dalam benteng. Selama tiga hari pasukan Tigangjuru menunggu serangan dari Majapahit. Di hari kedua saat sedang menunggu kedatangan pasukan musuh, Wirota kembali bertemu dengan Nambi. “Gusti Nambi, saya ikut berduka cita atas gugurnya anak dan isteri Gusti Nambi di Pajarakan. Maafkan saya tidak dapat membantu karena sedang mendapat tugas dari Gusti Wiraraja.” Wajah Nambi saat itu tampak berduka namun dia tampak berusaha tetap tegar “Terimakasih Wirota, benar katamu, Halayuda telah memfitnahku dengan mengatakan bahwa aku tidak bersedia kembali ke Majapahit karena merencanakan pemberontakan. Kalau saja

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Saat Terakhir di Arnon

    Wajah Nambi tampak pucat setelah berjuang melawan ketiga mantan anak buahnya. Wirota menatapnya dengan iba, seorang Mapatih Majapahit akhirnya harus bertarung melawan anak buahnya sendiri karena Raja telah menganggapnya berkhianat. Wirota tahu Nambi bukanlah ahli bertarung seperti dirinya, Nambi dipilih menjadi Mahapatih Majapahit oleh Prabu Wijaya karena kemampuannya dalam mengelola dan membangun negara bukan karena kemampuan bertarungnya. Tak heran Ranggalawe seringkali menyepelekannya ketika mereka berjuang bersama Prabu Wijaya di Alas Tarik.“Gusti Nambi, anda sudah terluka parah, pergilah bersama Ra Windan mengungsi ke Keta untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik,” Wirota menyarankan.“Wiro, sakitnya luka ini tidak seberapa dibandingkan sakit hatiku terhadap Prabu Jayanegara yang menuduhku mengkhianatinya karena hasutan Halayuda. Dia memang benar-benar tidak pantas menjadi seorang Raja, pantas saja banyak orang diam-diam ingin melengserkannya. Aku akan tetap di tempat ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Melarikan Diri

    “Tidak, kami tidak bisa membiarkan anda sendirian melawan orang-orang Majapahit itu. Jika anda masih di sini, kamipun akan tetap bertahan di sini!” Seru Jaran Bangkal.“Kalian bantu Gusti Nambi saja, dia terdesak!” Seru Wirota.Ra Windan dan Jaran Bangkal bergerak membantu Nambi menyerang Lembu Peteng, Ikalikalanbang dan Jabung Tarawes.“Hei Jabung Tarawes, kalian jangan hanya berani main keroyokan, lawan kami jika kau berani!” Seru Jaran Bangkal.“Huh, kalian bukanlah tandinganku, lebih baik kalian lari sebelum pasukan kami menghancurkan Tigangjuru!” Jabung Tarawes membalas.Ra Windan dan Jaran Bangkal tiba-tiba sudah dihadang beberapa prajurit Majapahit ketika mendekati tempat Nambi bertarung melawan pengeroyoknya.“Sial, mereka menghalangi langkah kita!” Seru Jaran Bangkal.Terpaksa mereka melawan para pengeroyoknya terlebih dahulu.Sementara itu Mpu Rodah yang sedang bertarung melawan Wirota mendadak melompat mundur lalu berkata“Wirota, lebih baik kalian menyerah saja, pasukan ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-15
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Dalam Pelarian

    Beberapa saat kemudian, lewatlah rombongan itu. Tetapi ternyata hanya ada 7 orang dalam rombongan itu, pakaian yang mereka gunakan bukan pakaian prajurit melainkan pakaian petani dan tidak membawa senjata lengkap. Wirota berbisik pada Ra Windan"Sepertinya mereka bukan prajurit Majapahit, pakaian yang mereka kenakan adalah pakaian petani dan tidak membawa senjata lengkap. "Baiklah, saya akan mencoba memastikan,"Ra Windan keluar dari tempat persembunyiannya dan menghadang 7 orang itu."Siapa kalian?"Salah seorang diantara rombongan itu berkata"Saya Macan Garung, kami sedang melakukan perjalanan menuju Keta."Mendengar nama orang itu Ra Windan terkejut dan berseru"Gusti Wirota, Macan Garung ada di sini!""Kakang Garung, akhirnya kau ada di sini. Kemana saja kau selama ini? Kau tidak ikut berperang di Kutho Arnon?""Kangmas Wirota, setelah berperang di Pajarakan, kami ditawan oleh pasukan Majapahit. Untunglah pada saat perang di Kota Arnon aku dan beberapa temanku bisa lolos dari pen

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kesaktian Tombak Pusaka

    Empu Supa memberikan mata tombak itu pada Wirota yang lantas mengamati setiap lekuknya dengan seksama. Mata tombak itu bentuknya seperti daun bambu, dengan bagian pangkalnya melebar, ada hiasan dua buah lubang di tepinya.“Tombak ini aku ciptakan khusus untuk Raja, kau lihat ada dua buah lubang di pangkal tombak yang seperti telinga? Bentuk itu melambangkan pendengaran sang Raja. Seorang pemimpin yang baik, harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi rakyatnya agar dia dapat lebih memahami situasi di lingkungan di sekitarnya dan selalu waspada,” ujar Empu Supa.“Mata tombak yang bagus, tinggal melengkapi gagangnya tombaknya saja,” ujar Wirota.Empu Supa mengambil sebuah batang kayu asam dan berkata"Kayu asam ini akan kubuat sebagai gagang tombak, supaya tidak merepotkan aku akan membuatnya pendek saja agar kau mudah membawanya dalam perjalanan."Empu Supa melanjutkan pekerjaannya dan tak lama kemudian sebuah tombak pendek selesai dibuat. Tombak itu tampak biasa- biasa saja, namun ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rampok Alas Tuwo

    “Ha ha ha ha rupanya kau belum mengenal Gerombolan Rampok Alas Tuwo yang sudah malang melintang di Tigangjuru. Tubuh kami kebal dari segala senjata tajam, ilmu kebatinan kami sudah mencapai tingkatan tertinggi, bahkan kami dapat membunuhmu tanpa menyentuhmu!” “Aku tidak takut dengan orang sesakti apapun, tetapi senjata ini bukanlah milikku yang harus kusampaikan kepada anak keturunannya sebagaimana yang dipesankannya sebelum wafat. Jadi aku akan tetap mempertahankannya sampai titik darah penghabisan!” “Baiklah, bersiaplah karena aku akan membunuhmu saat ini juga tanpa menyentuhmu!” Perampok itu mulai memejamkan mata merapalkan mantera sementara Wirota turun dari kudanya lalu membuka kain selubung pembungkus tombak pendeknya. Saat dibuka ujung tombak Wirota sudah bersinar terang, alam semesta seketika hening, tidak ada kicauan burung, derik serangga atau bunyi dedaunan bergemerisik tertiup angin. Tiba-tiba perampok itu membuka matanya, ketika melihat tombak itu matanya melotot keta

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23

Bab terbaru

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pulang

    Namun sebelum sampai pada sasarannya, tiba-tiba terdengar suara berkelebat dan kesiur angin melewati tubuhnya. Belum sempat Wirota menyadari, seseorang telah menangkis pukulannya. "Wiro, hentikan!" Wirota menoleh, ternyata Mahesa Wagal yang menangkis serangannya. Di belakangnya menyusul Gajah Mada, Gayatri dan Banyak Wungu. "Gusti Wirota, tunggu!" Seru Banyak Wungu. Wirota terkejut melihat kedatangan Banyak Wungu bersama Gajah Mada dan Gayatri. Sebuah pikiran buruk terlintas di benaknya. Jangan-jangan, Majapahit sudah membantai seluruh pasukan Sadeng dan Keta lalu mereka menyandera Banyak Wungu batin Wirota cemas. "Banyak Wungu, apa yang terjadi? Mengapa kamu bisa bersama mereka?"Tanya Wirota. "Gusti Wirota, Gusti Ratu Tribuana telah memerintahkan tabib Majapahit untuk mengobati para prajurit kita yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia ingin Gusti Wirota kembali ke Majapahit. Beliau berjanji akan memberi anda jabatan Juru Demung atau Patih di Daha," ujar Banyak Wungu.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   mantera

    Ditantang seperti itu membuat darah Wirota seketika mendidih. Tapi dia tak ingin terlihat emosional di depan Ra Kembar. Setelah menghela nafas panjang untuk meredakan amarahnya barulah Wirota menjawab "Siapa takut?! Aku bukan laki-laki pengecut. Baik, kuterima tantanganmu!" Saat itu hari sudah menjelang maghrib,, namun situasi di sekitar gelanggang masih terang benderang bagai di siang hari bolong. Energi batu pusaka dari Gunung Padang yang dibuat menjadi tombak Naga langit begitu kuat dan seolah tak ada habisnya. Cahayanya masih terus berpendar tanpa meredup sedikitpun. Wirota menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berjalan mendekati Ra Kembar dan memasang sikap kuda-kuda. Ra Kembar tersenyum, dia sangat yakin akan menang. Sepanjang karirnya sebagai prajurit, Ajian Balung Ireng tak pernah gagal membunuh musuhnya hanya dalam satu dua jurus Ra Kembar berjalan mendekati Wirota, kini mereka sudah berdiri berhadapan siap bertarung. Ra Kembar mengatupkan kedua tangannya di dep

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perebutan Tombak Naga Langit

    Suara derap kaki kuda di belakangnya semakin dekat. Siapa itu, mungkinkah Lembu Peteng, Ikal-ikalan Bang atau Jabung Taraweskah? Hanya mereka yang tahu jalur yang kulewati ini, batin Ra Kembar. Hatinya mulai tenang merasa ada yang menemani. Ra Kembar sengaja mengambil jalur yang berbeda, sebuah jalur tersembunyi, bukan jalan yang biasa dilewati para prajurit Majapahit untuk pulang menuju Trowulan. Jalur itu jalannya lebih sempit dan melewati hutan belantara. Ra Kembar menoleh, dilihatnya ada seorang penunggang kuda mengejarnya. Terkesiap Ra Kembar ketika melihat penunggangnya, dari pakaian dan wajahnya dia dapat mengenali penunggang kuda yang mengejarnya adalah Wirota. "Sial, gara-gara harus membebaskan diri dari totokan Resi tua tadi, waktuku terbuang di pondok itu. Sekarang Wirota sudah menemukanku. Aku lupa dia juga tahu jalur ini ketika melarikan diri bersama Prabu Wijaya ke Madura," gerutu Ra Kembar. Ra Kembar kembali memacu kudanya. Tiba-tiba terdengar suara kelebatan d

  • KSATRIA TIGA JAMAN   kembali

    RA Kembar terkejut, ketika menoleh dilihatnya seorang bhiksuni berdiri di belakangnya "Siapa kamu? Tak usah ikut campur, sebaiknya kamu pergi bertapa saja. Tempat ini bukan untuk wanita sepertimu!" Ra Kembar ternyata tidak mengenali sosok Gayatri yang kini menjadi bhiksuni. Beberapa prajurit Araraman yang berjaga di tepi hutan segera menghadang Gayatri melindungi Ra Kembar. Gayatri mendengus marah "Aku akan pergi jika tombak itu kamu kembalikan pada pemiliknya! Usai berkata Gayatri berkelebat dengan cepat melompati para prajurit yang menghadangnya lalu mencoba merebut tombak. Ra Kembar panik, tangan kanannya masih kebas karena totokan Mahesa Wagal. Membuatnya tak bebas bergerak. Tetapi dia masih sempat menghindar sehingga Gayatri gagal merebut tombak. "Siapa kamu? Beraninya kamu melawanku.Baiklah aku akan membuatmu seperti para bhiksu di Kasogatan Bajraka!" "Prajurit, bereskan dia!" perintah Ra Kembar. Spontan para prajurit Araraman segera mengeroyok Gayatri. Terpaksa

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rencana Ra Kembar

    Mahesa Wagal dan Gajah Mada terkejut karena hal ini jauh di luar rencana mereka. "Mada, siapa yang mengacaukan pertemuan ini?" Tanya Mahesa Wagal. Gajah Mada menggeleng, dia juga bingung melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Mendadak Wirota menarik tubuh Gajah Mada dan mulai memukulinya. Sontak Gajah Mada berusaha menghindar dan membela diri. Wirota terus menerjang, sehingga pertarungan keduanya berlangsung sengit, namun Gajah Mada tidak pernah membalas serangan Wirota, hanya menghindar saja. Hal ini membuat Wirota semakin gusar, "Ayolah Mada, jangan jadi pengecut! Lawan aku, jangan hanya menghindar saja!" "Paman Wirota, sabar dulu...kami tidak tahu tentang serangan ini. Gusti Ratu tidak pernah memerintahkan penyerangan ini!" Seru Gajah Mada sambil berusaha menghindari serangan Wirota. "Bohong...jangan harap aku akan percaya pada kalian!" Wirota kembali menyabetkan pedang ke.leher Gajah Mada. Wirota yang sudah terlanjur marah, tangannya bergerak mencabut pedang Na

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Sahabat Lama

    "Aneh. tak biasanya mereka begini. Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Wirota. Setibanya di tepi hutan, Wirota terkejut ketika mendapati tamunya ternyata adalah Gajah Mada dan seorang lelaki tua berpakaian seperti seorang Resi/ pertapa yang berjalan tertatih dengan tongkat. Mereka berdua memberi salam setelah itu Gajah Mada berkata "Paman, saya mengantar Paman Mahesa Wagal kemari karena dia sangat ingin bertemu dengan anda. Kemarin dia mendatangi kemah kami dan minta diajak menemui anda." Wirota tampak terkejut, tak disangkanya Resi tua yang berjalan terpincang itu adalah rekannya di masa masih berjuang melawan pemberontakan Jayakatwang. Mahesa Wagal adalah seniornya di masa mereka masih berdinas di Singasari. Ah, waktu sudah lama berlalu, Mahesa Wagal sekarang hanyalah seorang lelaki tua yang sakit-sakitan, batin Wirota. Namun Wirota tak mau memperlakukan Mahesa Wagal layaknya seorang sahabat lama. Di mata Wirota siapapun yang bekerjasama dengan Majapahit adalah musuh.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kunjungan Tak Terduga

    Suara langkah kaki itu berhenti. Wirota berkelebat menghampiri asal suara. Dalam keremangan sinar bulan dia melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Gayatri, bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? pikir Wirota. Masa muda telah berlalu, namun Gayatri masih tetap memberikan atensi kepadanya, berada di sisinya di saat dia memerlukan teman. Di lubuk hatinya yang paling dalam, sesungguhnya dulu Wirota juga tertarik kepada Gayatri. Namun dia cukup tahu diri dan tak ingin menyakiti hati sahabatnya Dyah Wijaya walaupun di saat itu Gayatri selalu mencoba menarik perhatiannya. Mendadak Wirota salah tingkah, dadanya berdebar, tapi dia tak ingin Gayatri mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Maka dia berusaha bersikap wajar dengan bertanya "Banthe? Bagaimana anda bisa tahu saya berada di sini?" Gayatri hanya tersenyum dan menjawab "Wirota, hutan bagaikan rumahku. Aku sudah tiga bulan bertapa di sekitar hutan ini, dan aku juga sudah melihat peperangan kalian." Ah. Gayatri. aku

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Senjata Pamungkas

    "Siapa kamu dan mengapa kamu ada di sini?" gertak Banyak Wungu. "Ssa...saya penduduk di sini, Eeeh...saya mencari kucing saya yang lari ke sini, " jawab orang itu ketakutan. Banyak Wungu mengamati orang itu dengan seksama lalu bertanya lagi "Bukankah para penduduk yang masih ada di sini seharusnya beristirahat karena besok dini hari kalian sudah harus pergi dari sini!" Orang itu tampaknya sudah terlalu lemas dan sulit berkata-kata lagi. mungkin karena seluruh wajahnya sudah bengkak sehingga untuk bicarapun terasa sakit. "Baiklah, mungkin kamu perlu sedikit disiksa supaya mau bicara!" Banyak Wungu mengeluarkan sebilah pisau, bersiap mengiris kulit tawanannnya. Tiba-tiba Wirota mendengar suara kelebatan di balik pepohonan di antara para prajurit yang berkerumun. Sejurus kemudian, dia merasakan desir angin tipis melaju di depannya. Begitu samar sehingga hanya orang yang berilmu kanuragan tingkat tinggi saja yang bisa merasakannya. Mendadak Wirota menyadari sesuatu, tapi ter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Telik Sandi Majapahit

    Seketika Ra Kembar tersentak. Dia seolah mendapatkan energi baru."Blaaar...blaar...blaaar!"Suara ledakan dari hulu meriam rampasan dari pasukan Mongol, menembakan pelurunya ke arah dinding benteng. Setelah beberapa kali menembakan peluru meriam, benteng batu bata setinggi 10 meter itupun tak lama kemudian roboh. Beberapa prajurit yang berdiri di dekat tembok benteng seketika tertimbun reruntuhan batu tembok.Terdengar teriakan pasukan Majapahit menyerbu kota. Ra Kembar dengan semangat baru menghajar pasukan Tigangjuru yang mencoba mendekatinya dengan cambuknya. Beberapa prajurit Tigangjuru yang terkena sabetan cambuknya yang berujung pisau tajam terlempar dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka. ujung-ujung pisau itu telah dilumuri ramuan racun. Sehingga dalam sekejap para prajurit itu sekarat dan gugur."Ha ha ha ha sekarang kalian sudah terkepung seperti tikus sawah yang digropyok petani!" Ra Kembar berseru sambil menyabetkan cambuknya ke segala arah.Celaka, mereka membawa meria

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status