Home / Pendekar / Pendekar Romantis / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Pendekar Romantis: Chapter 191 - Chapter 200

537 Chapters

Bab 191: Pasukan Hilir Sungai Membelot

Begitu sampai di tenda, Malaki yang kini duduk di hadapan ketiga istrinya menatap mereka satu persatu, ketiganya kini menunduk malu. Malu karena selama beberapa bulan ini sejak berkumpul mereka belum pernah mau melayani suami mereka ini, ganjalan kalau Malaki telah berselingkuh dengan Putri Remi membuat mereka malas berdamai. Walaupun di luar mereka tetap tersenyum dan terlihat rukun, namun mereka saat itu diam-diam menuntut, kapan suami mereka ini jujur terkait hubungannya dengan mantan selir Prabu Dipa, yakni Putri Remi. “Kenapa kalian sejak tadi diam saja, apa yang mengganjal batin kalian, sekarang ku minta buka saja saat ini?” pancing Malaki. Tengku Mimi dan Putri Galuh seakan sepakat kalau yang jadi jubir adalah Putri Kinanti, sejak tahu suami mereka ini jadi Raja, kedua wanita jelita sudah ‘ikhlas’ yang bakal jadi permaisuri adalah Putri Kinanti, karena wanita pertama yang dinikahi Prabu Malaki adalah putri mendiang Pangeran Biju ini. Putri Kinanti mengangkat wajahnya yang k
Read more

Bab 192: Paniknya Prabu Durja

Dan tak lama kemudian terdengarlah sorak sorai pasukan Hilir Sungai, tapi mereka bukan menyerbu para pejuang, tapi teriakan hidup Prabu Malaki terus bergema saling sahut-sahutan.Prabu Malaki sendiri yang langsung menyambut kedatangan ribuan pasukan Hilir Sungai yang membelot dan bergabung dengan pasukannya ini.Begitu tiba di depan Prabu Malaki mereka langsung membentuk formasi pasukan dan kini Ki Pulo sendiri yang memimpin penghormatan, sebagaimana layaknya menghormati seorang raja yang sangat mereka hormati.Kini kehilangan ribuan pejuang yang berperang dua hari lalu, bak tergantikan dengan kehadiran pasukan Hilir Sungai ini.Prabu Malaki sampai berjalan berkeliling dan menyapa prajurit ini satu persatu, tentu saja semangat para prajurit ini naik berlipat-lipat, mereka merasa sangat terkesan dengan gaya Prabu Malaki ini, yang tak pernah dilakukan Raja-raja sebelumnya.Ribuan pasukan ini juga memberi penghormatan pada Panglima Ki Jimi, Ki Hura dan Dusman yang sudah di dapuk sebagai
Read more

Bab 193: Ibukota Hilir Sungai Diam-diam Mulai Sepi

“Hmm sejak kapan kamu ikut-ikutan panggil si Malaki itu Prabu, kamu benar-benar tak mneghargai aku, dasar selir!” sungut Prabu Durja terlihat kurang senang, sambil menghembuskan asap cerutunya.“Ha-ha-ha…emank dia Prabu kan, Prabu Dipa sudah jelas-jelas mengangkat Pangeran Malaki sebagai penggantinya, malah sudah di resmikan Hakim Agung Ki Mandar, nahh sah bukan pengangkatan dia, sedangkan kamu…?” sahut Putri Remi cuek dan malah asekk minum tuak, hingga saat tuak merah itu melewati lehernya yang putih mulus, air tuak hitam itu bak terlihat jelas.Hampir saja Prabu Durja melempar cerutunya ke wajah Putri Remi, tapi dia ingat putri ini sangat tinggi ilmu silatnya, karena dia merupakan murid tunggal Jantra alias si Pendekar Petir.Dia juga ingat jasa Putri Remi yang punya andil besar mendudukannya sebagai raja saat ini, itulah yang membuat Prabu Durja tak berkutik dengan putri cantik ini.“Kamu sendiri bak pelacur rendahan, gagal merayu Malaki, malah anaknya kamu culik!”Putri Remi langs
Read more

Bab 194: Pasukan Hilir Sungai Memberontak

Ki Ando dan Ki Tiso yang memimpin pasukan Hilir Sungai tak pernah mengira hampir 30 ribu pasukan yang mereka pimpin di Kadipaten Barubang untuk mencegat pasukan pejuang masuk ibukota Bajama terjadi perubahan radikal.Awalnya pasukan ini sangat bersemangat melawan pasukan pejuang yang di pimpin Prabu Malaki, janji-janji bonus sudah dikeluarkan.Namun, setelah tiga mingguan lebih terjadilah perubahan yang luar biasa ini, 25 ribu lebih pasukan Hilir Sungai justru kini berbalik melawan dua panglima ini, sebelumnya mereka sering rapat diam-diam terkait gerakan hari ini.Ki Ando dan Ki Tiso yang saat itu sedang bersantai di sebuah tenda bersama selir-selir mereka, perbuatan yang makin membuat pasukannya sangat jengkel dan marah, di saat mau perang begini, malah masih sempat bersenang-senang.Keduanya terkaget-kaget saat mendengar keributan di luar tenda. Mereka pun bergegas keluar sambil merapikan bajunya.Alangkah kagetnya dua panglima ini tenda mereka kini sudah dikurung puluhan ribu pasu
Read more

Bab 195: Istana Kosong Melompong

Prabu Malaki sudah tak mau lagi membuang waktu, dia langsung memerintahkan agar di kubur semua jenazah prajurit Hilir Sungai secara massal.Ki Tukas pun bergegas melaksanakan perintah itu, dia bersama ribuan prajurit menggali lubang besar dan mulai mengubur semua mayat dan membersihkan bekas-bekas peperangan.Saat melihat mayat Ki Ando dan Ki Tiso yang tercerai berai, Prabu Malaki sampai geleng-geleng kepala, kini hatinya lega, orang yang membantai iparnya Putri Delima dan dua keponakannya yang harusnya jadi Putra Mahkota, serta Perdana Menteri Haja dan keluarga kini jasadnya sangat mengenaskan, di bantai prajuritnya sendiri.Bahkan para prajurit tak ada hormat-hormatnya dengan dua panglima ini, jasad itu di lempar bak membuang sampah saja di lubang besar yang tadi gali beramai-ramai, lalu setelah semua prajurit yang tewas di kubur massal, ribuan prajurit beramai-ramai menguruk tanah tersebut.Namun, khusus untuk jasad para prajurit yang membunuh pasukan yang sebelumnya loyal dengan d
Read more

Bab 196: Pembersihan Istana

“Iya…maafkan anakmu ini bunda, yang terlambat datang, hingga paman Durja berbuat kejam terhadap ibunda suri…!” bergetar suara Malaki melihat kondisi ibu kandungnya yang sangat kurus, lemah dan pucat ini.Putri Kirna ingin bangkit, tapi tenaganya tak ada, Malaki buru-buru membantu, tak lama kemudian terdengar langkah kaki, ternyata Putri Kinanti, Tengku Mimi dan Putri Galuh juga sudah tiba dan memasuki kamar ini, Putri Kinanti lalu pelan-pelan membuka jendela hingga kamar besar ini terang.Putri Kirna sampai silau melihat cahaya terang, Malaki makin ternyuh melihat kondisi tubuh Putri Suri yang sangat kurus.“Malaki…anakku…di mana Prabu Dipa kakanda kamu dan siapa tiga wanita cantik ini!”Malaki saling pandang dengan ketiga istrinya, Putri Kinanti langsung mendekati Putri Suri dan menyembah kaki mertuanya ini.“Ibunda…sebaiknya ibunda mengaso dulu, nanti kanda Malaki akan bercerita panjang lebar, sekarang Istana sudah kita kuasai lagi…!” Putri Kinanti lalu mengenalkan kembali dia, Teng
Read more

Bab 197: Perantau Mabuk

Ini atas permintaan Putri Kinanti sendiri, sehingga kedudukan tiga istri Prabu Malaki ini sejajar, hanya statusnya saja yang membedakan, yakni Putri Kinanti jadi permaisuri utama. Prabu Malaki tak keberatan.Hakim Agung Ki Mandar yang mempunyai kedudukan kuat dan bisa membatalkan kebijakan yang dianggap bertentangan, walaupun itu keputusan Raja Malaki sekalipun, juga tak mempermasalahkan soal kedudukan permaisuri ini.Hanya untuk putra mahkota, apabila kelak Putri Kinanti tak melahirkan seorang putra, maka anak dari Tengku Mimi penggantinya, kalau Tengku Mimi juga hanya melahirkan seorang putri, maka anak permaisuri ketiga yakni Putri Galuh lah yang akan di angkat sebagai Putra Mahkota.Prabu Malaki kembali menyetujui usulan Hakim Agung ini, yang lalu dibuatkan semacam piagam khusus, atau Undang-undang terkait Putra Mahkota ini, yang hanya boleh di isi seorang Pangeran, bukan Putri.Demikianlah, detilnya Hakim Agung membuat Undang-undang Kerajaan, termasuk soal yang lain-lain, Ki Mand
Read more

Bab 198: Bertemu Pendekar Baung

Sembara kini berjalan-jalan sambil bernyanyi-nyanyi, ditangannya tertenteng sebotol arak yang tadi dia beli. Keadaan Kadipaten Pangsa setelah kini merdeka dari tangan penjajah Mapajahit dan di tangan Raja Malaki sudah sangat aman, sangat jarang terjadi tindak kejahatan.Kehidupan rakyat juga terlihat sejahtera, keamanan menjadi sesuatu yang sangat Prabu Malaki utamakan, agar rakyat nyaman dan aman.Prajurit kerajaan juga rutin berpatroli, sehingga para penjahat berpikir 100X kalau ingin menjalankan aksinya.Namun di daerah pedesaan terkadang ada saja penjahat yang leluasa beraksi, walaupun imbasnya mereka jadi buronan pasukan kerajaan.Sembara yang berjalan tanpa tujuan jelas ini, kini sampai ke sebuah desa yang terletak di pinggiran kota Pangsa.Saat melewati sebuah rumah warga, Sembara tertarik dengan suara wanita yang agak lirih dan agaknya minta tolong.Sebagai seorang remaja berilmu tinggi, Sembara bisa membedakan yang mana suara minta tolong dan juga suara biasa-biasa saja.Semb
Read more

Bab 199: Akal Bulus Pendekar Baung

Sembara kini di undang ke rumah sang kepala dusun, tak enak menolak karena dia penasaran dengan musuhnya tadi, lalu Sembara pun mengikutinya.Ki Saha, sang kepala dusun lalu bercerita, 10 harian yang lalu kampung mereka di masuki 3 perampok, mereka menguras harta warga Dusun Kembangan ini.“Tiba-tiba datang seorang pria perlente dan dia mampu mengusir para perampok itu, sebagai rasa ungkapan terima kasih, kami menjamu pria itu dan juga memberikan dia sebuah rumah buat beristirahat, karena dia bilang seorang perantau yang kebetulan lewat di desa kami!”Menurut Ki Saha pria itu mengenalkan diri dengan nama Pendekar Baung, mendengar bahwa pria perlente ini seorang pendekar, warga desa pun makin hormat saja, selain segan pastinya.Karena pendekar ini tentunya mempunyai kesaktian tinggi, namun dua hari setelah tinggal di sini, mulai belang Pendekar Baung terbongkar, dia ternyata suka menggoda perempuan cantik di desa ini, tak peduli perempuan itu janda, istri orang terlebih para gadis.Ban
Read more

Bab 200: Dara Cilik yang Sakti dan Nakal

Melihat yang menegur hanya hanya dara cilik yang beranjak remaja dan pakaiannya terlihat mewah bak putri bangsawan, ketiga preman sangar ini awalnya kaget, setelah tertawa terbahak-bahak.“Hadeuhhh anakk manisss…andai kamu gede dikit lagi, wuihh betapa cantiknya kamu, udah sono cuci kaki terus bobok siang sama ibu kamu biar cepat gede dan cuantikk, ntar aku lamar dehh jadi bini ke 5!” kata seorang preman yang kumisnya melintang di atas bibir, sambil mengelus-ngelus goloknya dan tertawa, agar dara cilik ini ketakutan.“Heii kumis ijuk, badan kamu bau kayak kambing, lebih baik kalian yang angkat kaki dari sini, ganggu keramaian orang saja!” sahut si dara ini makin berani, hingga bikin ketiga preman melongo, lalu meledaklah tertawa kedua rekannya, karena olokan si gadis cilik ini benar adanya, selain kumisnya kayak ijuk, si kumis ini juga malas mandi, hingga baunya kayak kambing.“Keparat, baru besar dikit sudah berani kurang ajar!” si Kumis mulai emosi, apalagi kedua rekannya sampai men
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
54
DMCA.com Protection Status