Kini Sembara dan si dara cilik ini di kurung pendekar baung dan ke 3 anak buahnya, dari tadi wajah pendekar baung sudah mengilar melihat tubuh yang baru berkembang dari si dara manis ini.“Aku tak akan berlaku sungkan lagi pemuda ingusan, lebih baik kamu segera angkat kaki dari sini, atau mayatmu akan aku buang ke jurang dan jadi santapan ular piton!” ancam pendekar baung sambil menatap beringas tubuh Sembara.“Bodoh kalau menyerah, si tukang cabul ini tadi sempat mau gerayangi tubuhku,” semprot si dara manis ini, hingga mengejutkan Sembara.“Apaaa….keparat kamu Pendekar Baung, hari ini aku akan mengadu jiwa denganmu, kamu sudah sangat kurang ajar sekali, masa gadis kecil kamu ganggu juga!”“Siapa yang kecil, aku udah gede tau nggak, umurku sudah 11 tahun, bentar lagi 12 tahun!” si dara ini malah protes ke Sembara di bilang gadis kecil.“Lho itu kan masih muda, kalau gede itu kayak aku, usia sudah 15 tahunan,” sahut Sembara tak mau kalah.“Ihh siapa bilang, aku udah 2 kali menstruasi,
“Paman siapa, hebat banget tadi satu kali gebrakan penjahat perempuan itu sudah keok!” tanya dara manis itu, sambil memperbaiki bajunya yang tadi sobek.“Aku Prabu Malaki, hanya kebetulan lewat di sini, siapa nama kamu anak manis?” balik Prabu Malaki bertanya dengan suara lembut, persis sikap seorang ayah terhadap anaknya.“Hamba yang bodoh ini Ranina tuan prabu!” sahut dara itu yang langsung bersikap hormat, karena terperanjat mendengar seorang raja yang sangat dia kagumi, justru secara tak terduga muncul di sini dan menolong dirinya bersama Sembara.Kentara sekali kalau dara manis bernama Ranina ini tahu tata krama. Berbeda dengan Sembara, yang masih melongo hingga terus menatap tak berkedip pria tampan, yang berpakaian mewah dan ramah dan selalu menyungging senyum kecil ini.“Baiklah Ranina, kamu dan teman kamu segera pulang yaa, banyak penjahat berkeliaran, aku harus pergi sekarang!” tanpa menunggu jawaban Ranina dan Sembara, sekali melompat Prabu Malaki langsung melompat jauh bak
Sembara sebenarnya kadang malas jalan bersama Ranina, karena remaja cilik ini benar-benar slenge’an dan cuek, dan yang bikin Sembara jengah, Ranina benar-benar bak putri bangsawan. Apalagi selama ini dia sangat di manja Bik Ora, apapun keinginannya sulit dibantah.Sembara tentu saja tak tahu, gen Ranina memang aslinya dari bangsawan, apalagi ayah dan ibunya bukan orang sembarangan.Walaupun tanpa Sembara sadari, dia sendiri sebetulnya lebih hebat lagi, yakni anak kandung Prabu Malaki dari kekasih pertamanya, yakni pendekar wanita yang sakti, Rani, yang sempat salah jalan dan pernah bentrok dengan Prabu Malaki hingga membawa ajalnya (baca bab-bab awal serial ini).Beda dengan Sembara yang sejak bayi sudah hidup bak tak punya orang tua, dan sejak kecil hidup di gunung tentu saja mandiri sejak kecil hingga kini.Sembara walaupun ceria, tapi kadang dia sering termenung sendiri memikirkan anak siapa dia sebenarnya. Sehingga sikap cerianya hanyalah topeng menutupi getir hatinya karena tak k
Kedua orang yang ternyata preman ini makin tertawa-tawa tergelak, setelah pengaruh arak yang mereka minum makin kuat.Ucapan mereka pun makin menohok dan mengolok-ngolok ke empat prajurit itu. hebatnya, walaupun masih muda, tapi sang prajurit yang memiliki pangkat lebih tinggi daripada tiga rekannya itu terlihat tetap kalem dan tidak terpancing. Dia malah mengajak ke tiga anak buahnya yang juga masih muda-muda pergi dari sana, sehingga kedua preman itu pun bosan sendiri ngoceh, karena tak satupun pengunjung restoran, yang menggubris ucapan mereka.Tak lama keduanya itu juga kemudian pergi, Sembara akhirnya bisa bernafas lega, karena hampir saja kenakalan Ranina kumat, yakni ingin memberi pelajaran bagi kedua orang itu.Setelah kenyang, Ranina yang ceria lalu mengajak Sembara jalan-jalan menikmati keindahan kota ini, Ranina yang royal kembali belanja sepuas hati, dia bahkan membelikan Sembara beberapa stel pakaian dan sepatu baru, dan bilang sudah saatnya remaja ini berubah, jangan
Wanita jelita yang terlihat aristokrat ini memandang bak melihat makanan lezat dua pemuda tanggung nan tampan ini.Kalau Dalman yang biasa bergaul di kota, tak aneh melihat gaya wanita jelita seperti itu, tapi Sembara yang masih polos malah senyum-senyum kocak, sehingga wajahnya makin enak di lihat, karena membawa keceriaan, sedangkan Dalman terlihat memasang wajah cool.Sikapnya mirip gadis cilik yang terlihat juga cool serta seakan cuek dengan keadaan sekelilingnya, tapi sikapnya terlihat sangat agung serta sepertinya hanya si wanita jelita itu yang dia hormati, sedangkan 6 pengawal wanitanya tak begitu dia gubris. Dalman menowel lengan Sembara agar menikmati makanan mereka sudah datang dari tadi, Sembara kaget dan mengangguk malu.Tak lama kemudian datang Ranina dan dayangnya, dia pun langsung bergabung dengan Sembara dan Dalman sambil menikmati makanan yang terhidang.“Huhhh enak banget, lama sekali aku tak pernah makanan seenak ini,” ceplos Ranina sambil mencicipi semua hidangan
Sembara kini mulai waspada, pengalamannya mulai mengajarkan, kalau seseorang sudah mulai men tes kemampuannya, artinya dia harus mewaspadai orang seperti ini.“Terima kasih Putri atas jamuan minumnya, ku rasa kami harus permisi, karena kami mau kembali ke penginapan,” kali ini Sembara lalu berdiri dan menarik lengan Dalman, serta menatap Ranina, tanpa mau menunggu jawaban Putri Remi.“Huhh…tak sopan!” terdengar pelan suara Putri Kesha, Ranina langsung mendelik menatap putri jelita ini. Sembara dan Dalman ikutan kaget saat mendengar suara Putri Kesha yang ketus dan seakan menganggap mereka pemuda tak sopan.Sembara yang melihat Ranina mulai emosi, kali ini gagal menahan keceriwisan mulut ‘adik angkatnya’ ini.“Kalian yang tak sopan, kami mau minum malah dikerjain!” ceplos Ranina cepat, dan ucapannya sukses bikin kaget semuanya, sehingga sesat terdiam.Putri Remi yang tadinya senyum-senyum ikutan
Putri Remi kini menatap tajam Dalman dan Sembara, lalu dia juga menatap dengan pandangan menusuk ke arah Ranina. Tapi Ranina memang gadis bengal, dia malah balik menatap wajah putri yang tetap jelita di usianya mendekati 35 tahunan ini.“Tunggu dulu, maaf Putri Remi, kita tak ada permusuhan apapun, kenapa harus bertarung, walaupun ini hanya main-main?” Dalman yang biasanya kalem kini bersuara.“Hmm..kita hanya latihan sekaligus menguji saja pemuda ganteng!” sahut Putri Remi tersenyum manis, hingga Dalman jengah sendiri.“Baiklah, kami akan ladeni, tapi masa kami harus maju berdua?” Sembara kini memandang kurang yakin, walaupun punya ilmu silat tinggi, Sembara belum berpengalaman, dia tak yakin melihat penampilan Putri Remi yang lemah gemulai begitu.Putri Remi langsung tertawa hingga giginya yang putih dan lidahnya yang merah terlihat jelas, Sembara sampai kembali melongo.“Merah sekali kayak buah tomat,” gumam Sembara tanpa sadar.“Kamu bilang apa sihh, ganjen banget, kayak si pendek
Namun kematangan dan juga menang pengalaman membuat semua jurus-jurus dahsyat Sembara tak satupun yang kena ke tubuh Putri Remi.“Jurus ke tiga!” teriak Ranina memperingatkan Sembara.Sembara benar-benar mulai emosi, karena semua pukulan tak ada satupun yang mampu mengenai Putri Remi, padahal mantan selir Prabu Dipa tak sekalipun membalas pukulan.Secara tak terduga dan sangat cepat, Sembara meraih arak yang dipegang seorang warga yang menonton, lalu tanpa memperdulikan Putri Remi dan ratusan warga yang melihat pertandingan menarik ini, Sembara minum sampai berbunyi glegak-gleguk arak itu dan dia tengak sampai habis.Putri Remi sangat kaget melihat ulah Sembara.“Pendekar Mabuk…!” serunya tanpa sadar.Setelah sebotol arak itu habis, dengan kasar Sembara menghempaskan botol dari kendi ini hingga pecah berantakan ke tanah.Kini Sembara mulai bersilat dengan gaya berbeda, inilah campuran menari di atas awan dan pukulan halilintar, kadang panas kadang dingin menerpa Putri Remi, termasuk p
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma