Kedua orang yang ternyata preman ini makin tertawa-tawa tergelak, setelah pengaruh arak yang mereka minum makin kuat.Ucapan mereka pun makin menohok dan mengolok-ngolok ke empat prajurit itu. hebatnya, walaupun masih muda, tapi sang prajurit yang memiliki pangkat lebih tinggi daripada tiga rekannya itu terlihat tetap kalem dan tidak terpancing. Dia malah mengajak ke tiga anak buahnya yang juga masih muda-muda pergi dari sana, sehingga kedua preman itu pun bosan sendiri ngoceh, karena tak satupun pengunjung restoran, yang menggubris ucapan mereka.Tak lama keduanya itu juga kemudian pergi, Sembara akhirnya bisa bernafas lega, karena hampir saja kenakalan Ranina kumat, yakni ingin memberi pelajaran bagi kedua orang itu.Setelah kenyang, Ranina yang ceria lalu mengajak Sembara jalan-jalan menikmati keindahan kota ini, Ranina yang royal kembali belanja sepuas hati, dia bahkan membelikan Sembara beberapa stel pakaian dan sepatu baru, dan bilang sudah saatnya remaja ini berubah, jangan
Wanita jelita yang terlihat aristokrat ini memandang bak melihat makanan lezat dua pemuda tanggung nan tampan ini.Kalau Dalman yang biasa bergaul di kota, tak aneh melihat gaya wanita jelita seperti itu, tapi Sembara yang masih polos malah senyum-senyum kocak, sehingga wajahnya makin enak di lihat, karena membawa keceriaan, sedangkan Dalman terlihat memasang wajah cool.Sikapnya mirip gadis cilik yang terlihat juga cool serta seakan cuek dengan keadaan sekelilingnya, tapi sikapnya terlihat sangat agung serta sepertinya hanya si wanita jelita itu yang dia hormati, sedangkan 6 pengawal wanitanya tak begitu dia gubris. Dalman menowel lengan Sembara agar menikmati makanan mereka sudah datang dari tadi, Sembara kaget dan mengangguk malu.Tak lama kemudian datang Ranina dan dayangnya, dia pun langsung bergabung dengan Sembara dan Dalman sambil menikmati makanan yang terhidang.“Huhhh enak banget, lama sekali aku tak pernah makanan seenak ini,” ceplos Ranina sambil mencicipi semua hidangan
Sembara kini mulai waspada, pengalamannya mulai mengajarkan, kalau seseorang sudah mulai men tes kemampuannya, artinya dia harus mewaspadai orang seperti ini.“Terima kasih Putri atas jamuan minumnya, ku rasa kami harus permisi, karena kami mau kembali ke penginapan,” kali ini Sembara lalu berdiri dan menarik lengan Dalman, serta menatap Ranina, tanpa mau menunggu jawaban Putri Remi.“Huhh…tak sopan!” terdengar pelan suara Putri Kesha, Ranina langsung mendelik menatap putri jelita ini. Sembara dan Dalman ikutan kaget saat mendengar suara Putri Kesha yang ketus dan seakan menganggap mereka pemuda tak sopan.Sembara yang melihat Ranina mulai emosi, kali ini gagal menahan keceriwisan mulut ‘adik angkatnya’ ini.“Kalian yang tak sopan, kami mau minum malah dikerjain!” ceplos Ranina cepat, dan ucapannya sukses bikin kaget semuanya, sehingga sesat terdiam.Putri Remi yang tadinya senyum-senyum ikutan
Putri Remi kini menatap tajam Dalman dan Sembara, lalu dia juga menatap dengan pandangan menusuk ke arah Ranina. Tapi Ranina memang gadis bengal, dia malah balik menatap wajah putri yang tetap jelita di usianya mendekati 35 tahunan ini.“Tunggu dulu, maaf Putri Remi, kita tak ada permusuhan apapun, kenapa harus bertarung, walaupun ini hanya main-main?” Dalman yang biasanya kalem kini bersuara.“Hmm..kita hanya latihan sekaligus menguji saja pemuda ganteng!” sahut Putri Remi tersenyum manis, hingga Dalman jengah sendiri.“Baiklah, kami akan ladeni, tapi masa kami harus maju berdua?” Sembara kini memandang kurang yakin, walaupun punya ilmu silat tinggi, Sembara belum berpengalaman, dia tak yakin melihat penampilan Putri Remi yang lemah gemulai begitu.Putri Remi langsung tertawa hingga giginya yang putih dan lidahnya yang merah terlihat jelas, Sembara sampai kembali melongo.“Merah sekali kayak buah tomat,” gumam Sembara tanpa sadar.“Kamu bilang apa sihh, ganjen banget, kayak si pendek
Namun kematangan dan juga menang pengalaman membuat semua jurus-jurus dahsyat Sembara tak satupun yang kena ke tubuh Putri Remi.“Jurus ke tiga!” teriak Ranina memperingatkan Sembara.Sembara benar-benar mulai emosi, karena semua pukulan tak ada satupun yang mampu mengenai Putri Remi, padahal mantan selir Prabu Dipa tak sekalipun membalas pukulan.Secara tak terduga dan sangat cepat, Sembara meraih arak yang dipegang seorang warga yang menonton, lalu tanpa memperdulikan Putri Remi dan ratusan warga yang melihat pertandingan menarik ini, Sembara minum sampai berbunyi glegak-gleguk arak itu dan dia tengak sampai habis.Putri Remi sangat kaget melihat ulah Sembara.“Pendekar Mabuk…!” serunya tanpa sadar.Setelah sebotol arak itu habis, dengan kasar Sembara menghempaskan botol dari kendi ini hingga pecah berantakan ke tanah.Kini Sembara mulai bersilat dengan gaya berbeda, inilah campuran menari di atas awan dan pukulan halilintar, kadang panas kadang dingin menerpa Putri Remi, termasuk p
Tak ada gangguan di perjalanan mereka, karena semakin mendekati kota Barubang dan nanti menuju ke ibukota Bajama, situasi keamanan sangat kondusif. Sembara bahkan sering berseru wow melihat betapa majunya Barubang, yang kini sangat banyak bangunan-bangunan mewah, bukan hanya dari kayu tapi juga dari beton.Inilah buah dari hasil persahabatan dengan negara-negara luar yang dilakukan Prabu Malaki, terutama kerajaan-kerajaan tetangga seperti dari Indochina dan Jawa, serta Sumatera sehingga membawa kemajuan yang luar biasa selama puluhan tahun ini.Bahkan persenjataan pasukan Kerajaan Hilir Sungai juga sudah mengalami kemajuan, yakni menggunakan bahan peledak yang di racik sedemikian rupa, Prabu Malaki bahkan sampai takjub melihat hal ini.Apalagi Dalman ternyata banyak kenal para prajurit, sehingga hari ke 9 mereka akhirnya sampai di Ibukota Bajama. Yang makin membuat Sembara terkagum-kagum, dia bak orang kampung yang tersesat di kota besar ini.“Sembara, selama di sini kamu sebaiknya ti
Tanpa sadar Sembara terdiam dan dia teringat bagaimana dengan Ranina yang harus mengikuti Putri Remi selama 5 tahun.Rupanya diamnya Sembara jadi perhatian Jenderal Dusman dan istrinya Nalini yang juga seorang pendekar murid kesayangan Ki Jarong yang juga saudara seperguruan Prabu Malaki (baca di bab-bab awal), sedangkan Dalman dan Putri Emi aseek menikmati makanan penutup, berupa buah-buahan segar.“Kamu tentu bingung bukan kenapa Putri Remi jadi buronan, jadi begini kisahnya…!” Jenderal Dusman yang mengira Dusman kaget karena mantan selir itu jadi buronan itu, lalu menceritakan secara singkat sebabnya dan siapa sosok Putri Remi yang dulu sangat dicintai mendiang Prabu Dipa.Padahal pikiran Sembara bukan ke sana, tapi ke Ranina. Sampai Dusman selesai bercerita, Sembara hanya diam saja. Sehingga Dusman dan Nalini serta Dalman dan Putri Emi berpikir kalau Sembara sedang menyimak kisah itu, Dalman sendiri sampai kaget, karena dia baru tahu riwayat Putri Remi.Dia bersyukur dia dan Semba
Tak terasa selama 1 tahun Sembara menjadi siswa di sekolah kerajaan itu, selama itu pula dia tak pernah bertemu dengan Prabu Malaki, walaupun dalam kegiatan pesta rakyat dari kejauhan dia melihat bagaimana prabu tampan itu selalu dielu-elukan ribuan rakyat bersama ketiga istrinya dan tiga anak-anaknya yang juga mulai beranjak remaja.Tanpa Sembara sadari, wajah Putra Mahkota Pangeran Dipa ada kemiripan dengan wajahnya, walaupun belum begitu kentara, karena sang putra mahkota itu masih berusia 10 tahunan.Di sekolah Sembara sudah dianggap sebagai siswa yang sangat pandai dan pintar membawa diri.Ki Jaman diam-diam sudah memproyesikan Sembara kelak bisa bekerja di sebuah kantor kerajaan, karena Sembara mempunyai otak yang sangat encer dan yang bikin kagum Ki Jaman, Sembara diketahuinya memiliki kesaktian.Hal itu dia ketahui tanpa sengaja, ketika secara diam-diam dia pernah melakukan razia ke asrama dan kaget melihat Sembara berlatih seorang diri di belakang asrama itu.Angin bersiuran