Tanpa sadar Sembara terdiam dan dia teringat bagaimana dengan Ranina yang harus mengikuti Putri Remi selama 5 tahun.Rupanya diamnya Sembara jadi perhatian Jenderal Dusman dan istrinya Nalini yang juga seorang pendekar murid kesayangan Ki Jarong yang juga saudara seperguruan Prabu Malaki (baca di bab-bab awal), sedangkan Dalman dan Putri Emi aseek menikmati makanan penutup, berupa buah-buahan segar.“Kamu tentu bingung bukan kenapa Putri Remi jadi buronan, jadi begini kisahnya…!” Jenderal Dusman yang mengira Dusman kaget karena mantan selir itu jadi buronan itu, lalu menceritakan secara singkat sebabnya dan siapa sosok Putri Remi yang dulu sangat dicintai mendiang Prabu Dipa.Padahal pikiran Sembara bukan ke sana, tapi ke Ranina. Sampai Dusman selesai bercerita, Sembara hanya diam saja. Sehingga Dusman dan Nalini serta Dalman dan Putri Emi berpikir kalau Sembara sedang menyimak kisah itu, Dalman sendiri sampai kaget, karena dia baru tahu riwayat Putri Remi.Dia bersyukur dia dan Semba
Tak terasa selama 1 tahun Sembara menjadi siswa di sekolah kerajaan itu, selama itu pula dia tak pernah bertemu dengan Prabu Malaki, walaupun dalam kegiatan pesta rakyat dari kejauhan dia melihat bagaimana prabu tampan itu selalu dielu-elukan ribuan rakyat bersama ketiga istrinya dan tiga anak-anaknya yang juga mulai beranjak remaja.Tanpa Sembara sadari, wajah Putra Mahkota Pangeran Dipa ada kemiripan dengan wajahnya, walaupun belum begitu kentara, karena sang putra mahkota itu masih berusia 10 tahunan.Di sekolah Sembara sudah dianggap sebagai siswa yang sangat pandai dan pintar membawa diri.Ki Jaman diam-diam sudah memproyesikan Sembara kelak bisa bekerja di sebuah kantor kerajaan, karena Sembara mempunyai otak yang sangat encer dan yang bikin kagum Ki Jaman, Sembara diketahuinya memiliki kesaktian.Hal itu dia ketahui tanpa sengaja, ketika secara diam-diam dia pernah melakukan razia ke asrama dan kaget melihat Sembara berlatih seorang diri di belakang asrama itu.Angin bersiuran
Putri Emi yang kini sudah berusia 12 tahun, bak gadis remaja jelita yang mulai mekar, pakaiannya tetap mewah, rambutnya panjang lurus di beri pita, sehingga penampilan Putri Emi ini benar-benar manis dan sedap di pandang mata, dia berjalan bersama Sembara yang berbaju pelajar sehingga menambah tampan wajah remaja ini.Semenjak jadi siswa, Sembara kini lebih suka berpakan bak pelajar, walaupun bukan dari bahan mewah, tapi tetap tak bisa menyembunyikan ketampanannya, yang makin nampak seiring bertambahnya usianya.Pakis yang berwajah pas-pasan sering melucu dan ikut menemani dua remaja tampan dan jelita ini, tak hanya satu dua orang yang melihat iri pasangan remaja ini saat mereka berjalan beriringan. Namun saat tau itu adalah Putri Emi, semua orang langsung memberi hormat.Nama besar Jenderal Dusman dan pendekar Nalini istrinya, sudah membuat seorang orang jerih dan hormat dengan si putri yang ternyata tetap ramah pada siapapun ini. Walaupun sangat di manja kedua orang dan kakaknya.Ca
Cukup dengan sentilan sedikit, Somo, Parhun dan Huki kini bergelimpangan di tanah dan mengaduh-ngaduh ke sakitan.Karena dengan lihainya Sembara menotok lengan mereka, dengan gerakan yang sangat cepat dan tak terlihat ke tiganya.Dulung kaget bukan main tiga rekannya jatuh dalam waktu yang sangat singkat, Dulung kini celingak-celinguk menunggu pengawalnya datang, Sembara yang hanya ingin memberi pelajaran sudah tahu kalau pengawal Dulung kini datang bersama dua orang lagi.Sembara langsung dikurung tiga orang ini, Sembara tenang-tenang saja.“Pukul…hajarrr!” teriak Dulung beri perintah pada tiga orang ini, sifat pengecutnya keluar dan tentunya keberaniannya hanyalah main keroyokan.“Tunggu dulu, aku tak punya salah pada kalian, kenapa kalian tiba-tiba ingin menghajarku,” Sembara menahan langkah ketiga orang yang baru datang ini, dan terlihat malah sudah mencabut golok.Ketiga orang ini saling pandang, namun saat melihat wajah Dulung mereka kembali menatap wajah Sembara dengan pandanga
Sembara kini pergi menggunakan kudanya, kuda yang selalu mengingatkan Sembara dengan Ranina, karena remaja cilik itulah yang dulu membelikan kuda jantan hitam ber strip putih ini.Sembara tak pernah berpikir jelek, dia yakin yang menulis surat itu benar Putri Emi, ditambah lagi Pakis menyakinkan dirinya.Sehingga tanpa berprasangka jelek menuju tempat yang ditulis Putri Emi. Sembara tiba saat matahari mulai condong ke barat, dia tidak menemukan Putri Emi, tapi dia menghibur hati, mungkin Putri Emi belum datang, karena dia terlalu cepat datangnya.Sembara membiarkan kuda nya jalan sendiri mencari makan di pinggiran hutan ini, ia menatap sungai yang lumayan deras, sungai yang dikatakan warga Hilir Sungai dengan sebutan Barito, selain luas juga sangat panjang alirannya. Saat itu terlihat lumayan deras dan dalam, karena saat ini lagi musim hujan.Setelah duduk di akar pohon besar di pinggir sungai itu, Sembara merenung sendiri dan minum arak yang sengaja dia bawa.Ingat kebiasaannya minum
Mata Sembara memerah, kini dia percaya ucapan Palasi, tapi kenyataan ini bak racun dalam hatinya, dia sangat marah dengan Palasi, tapi lebih marah lagi dengan Prabu Malaki.Tak dia sangka, seorang Maharaja yang dia kagumi sejak kecil dan terkenal bijaksana dan menyayangi rakyatnya, justru telah menyia-nyiakan ibunya, hingga ibunya jatuh dalam pelukan penjahat wanita ini.Dan dia sejak bayi malah dititipkan di padepokan mawar merah, lalu secara tak sengaja di tolong Si Gila, yang ternyata kakek kandungnya sendiri.“Jahat sekali kamu ternyata Prabu Malaki…selain menyia-nyiakan ibu dan aku, kamu juga membunuh ibundaku!” desis Sembara sambil menahan isaknya. Dan menyambut serangan dahsyat dari Palasi.Pendekar Baung sudah menerjang maju lagi, kini selain menerjang hebat, juga mengarahkan goloknya pada bagian berbahaya di tubuh Sembara.Pendeknya, serangannya kini adalah serangan maut yang amat dahsyat. Kembali tubuh Sembara menyelinap dan menghindar dari serangan Pendekar Baung ini.Saat
“Hmmm bagus, ingat keberadaanku jangan sampai ada yang tahu, kamu dan tiga sahabatmu ini kalau sampai membocorkan, ku penggal kepala kalian!” Dulung, Somi, Parhun dan Huki langsung mengangguk paham, ancaman Palasi ngeri-ngeri sedap bagi mereka.Tanpa membuang waktu, Dulung mengajak Pendekar Baung ke pesanggrahan milik ayahnya. Semenjak saat itu Pendekar Baung bersembunyi di sana, dia juga tak kekurangan uang, hoby nya pelesir tersalur dengan baik, karena semua di jamin Dulung. Pendekar Baung tak lagi mencuri uang, karena dia ngeri sendiri, penjagaan di Ibukota Bajama sangat ketat, juga sangat banyak orang sakti.Pendekar Baung menepati janjinya, dia melatih Dulung dan tiga rekannya ilmu silat, ternyata yang berbakat hanya Dulung, tapi ketiga sahabatnya yang juga anak buahnya tak berkecil hati, mereka tetap ikut latihan.Pandekar Baung juga sering mengajak Dulung cs pelesir, sehingga kenakalan Dulung kini bak fotocopi Pendekar Baung. Tapi hanya 3 bulan, Pendekar Baung lalu pamit ke Du
Sepanjang jalan Prabu Malaki bertanya bagaimana bisa Sembara bisa kenal dengan Dusman dan keluarganya.Jenderal Dusman pun menceritakan semuanya, termasuk ketika mereka bertemu Putri Remi yang sempat bertarung dengan Sembara dan anaknya Dalman.“Hmmm…Putri Remi….jadi Sembara sekarang sudah besar dan usianya kini 15 tahunan?”“Betul paduka, tinggi badannya bahkan hampir sama dengan hamba, walaupun badannya agak kurus, tapi sangat kokoh, karena dia mewarisi kesaktian kakeknya Si Gila!”Dusman kini mengisahkan profil badan Sembara yang tampan dan sangat mirip Prabu Malaki saat muda, termasuk istrinya yang sempat curiga dengan sosok Sembara tersebut, karena ada kemiripan yang terlihat dari wajah Sembara.Begitu tiba di sekolah kerajaan, seluruh guru dan juga Ki Jaman yang kaget dengan kunjungan sang maharaja yang tak disangka-sangka ini, terlebih diiringi Jenderal Dusman ini, Ki Jaman pun secara tergesa-gesa melakukan penyambutan.“Ki Jaman…di mana Sembara!” Ki Jaman langsung kaget, karen
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma