Sembara kini mulai waspada, pengalamannya mulai mengajarkan, kalau seseorang sudah mulai men tes kemampuannya, artinya dia harus mewaspadai orang seperti ini.“Terima kasih Putri atas jamuan minumnya, ku rasa kami harus permisi, karena kami mau kembali ke penginapan,” kali ini Sembara lalu berdiri dan menarik lengan Dalman, serta menatap Ranina, tanpa mau menunggu jawaban Putri Remi.“Huhh…tak sopan!” terdengar pelan suara Putri Kesha, Ranina langsung mendelik menatap putri jelita ini. Sembara dan Dalman ikutan kaget saat mendengar suara Putri Kesha yang ketus dan seakan menganggap mereka pemuda tak sopan.Sembara yang melihat Ranina mulai emosi, kali ini gagal menahan keceriwisan mulut ‘adik angkatnya’ ini.“Kalian yang tak sopan, kami mau minum malah dikerjain!” ceplos Ranina cepat, dan ucapannya sukses bikin kaget semuanya, sehingga sesat terdiam.Putri Remi yang tadinya senyum-senyum ikutan
Putri Remi kini menatap tajam Dalman dan Sembara, lalu dia juga menatap dengan pandangan menusuk ke arah Ranina. Tapi Ranina memang gadis bengal, dia malah balik menatap wajah putri yang tetap jelita di usianya mendekati 35 tahunan ini.“Tunggu dulu, maaf Putri Remi, kita tak ada permusuhan apapun, kenapa harus bertarung, walaupun ini hanya main-main?” Dalman yang biasanya kalem kini bersuara.“Hmm..kita hanya latihan sekaligus menguji saja pemuda ganteng!” sahut Putri Remi tersenyum manis, hingga Dalman jengah sendiri.“Baiklah, kami akan ladeni, tapi masa kami harus maju berdua?” Sembara kini memandang kurang yakin, walaupun punya ilmu silat tinggi, Sembara belum berpengalaman, dia tak yakin melihat penampilan Putri Remi yang lemah gemulai begitu.Putri Remi langsung tertawa hingga giginya yang putih dan lidahnya yang merah terlihat jelas, Sembara sampai kembali melongo.“Merah sekali kayak buah tomat,” gumam Sembara tanpa sadar.“Kamu bilang apa sihh, ganjen banget, kayak si pendek
Namun kematangan dan juga menang pengalaman membuat semua jurus-jurus dahsyat Sembara tak satupun yang kena ke tubuh Putri Remi.“Jurus ke tiga!” teriak Ranina memperingatkan Sembara.Sembara benar-benar mulai emosi, karena semua pukulan tak ada satupun yang mampu mengenai Putri Remi, padahal mantan selir Prabu Dipa tak sekalipun membalas pukulan.Secara tak terduga dan sangat cepat, Sembara meraih arak yang dipegang seorang warga yang menonton, lalu tanpa memperdulikan Putri Remi dan ratusan warga yang melihat pertandingan menarik ini, Sembara minum sampai berbunyi glegak-gleguk arak itu dan dia tengak sampai habis.Putri Remi sangat kaget melihat ulah Sembara.“Pendekar Mabuk…!” serunya tanpa sadar.Setelah sebotol arak itu habis, dengan kasar Sembara menghempaskan botol dari kendi ini hingga pecah berantakan ke tanah.Kini Sembara mulai bersilat dengan gaya berbeda, inilah campuran menari di atas awan dan pukulan halilintar, kadang panas kadang dingin menerpa Putri Remi, termasuk p
Tak ada gangguan di perjalanan mereka, karena semakin mendekati kota Barubang dan nanti menuju ke ibukota Bajama, situasi keamanan sangat kondusif. Sembara bahkan sering berseru wow melihat betapa majunya Barubang, yang kini sangat banyak bangunan-bangunan mewah, bukan hanya dari kayu tapi juga dari beton.Inilah buah dari hasil persahabatan dengan negara-negara luar yang dilakukan Prabu Malaki, terutama kerajaan-kerajaan tetangga seperti dari Indochina dan Jawa, serta Sumatera sehingga membawa kemajuan yang luar biasa selama puluhan tahun ini.Bahkan persenjataan pasukan Kerajaan Hilir Sungai juga sudah mengalami kemajuan, yakni menggunakan bahan peledak yang di racik sedemikian rupa, Prabu Malaki bahkan sampai takjub melihat hal ini.Apalagi Dalman ternyata banyak kenal para prajurit, sehingga hari ke 9 mereka akhirnya sampai di Ibukota Bajama. Yang makin membuat Sembara terkagum-kagum, dia bak orang kampung yang tersesat di kota besar ini.“Sembara, selama di sini kamu sebaiknya ti
Tanpa sadar Sembara terdiam dan dia teringat bagaimana dengan Ranina yang harus mengikuti Putri Remi selama 5 tahun.Rupanya diamnya Sembara jadi perhatian Jenderal Dusman dan istrinya Nalini yang juga seorang pendekar murid kesayangan Ki Jarong yang juga saudara seperguruan Prabu Malaki (baca di bab-bab awal), sedangkan Dalman dan Putri Emi aseek menikmati makanan penutup, berupa buah-buahan segar.“Kamu tentu bingung bukan kenapa Putri Remi jadi buronan, jadi begini kisahnya…!” Jenderal Dusman yang mengira Dusman kaget karena mantan selir itu jadi buronan itu, lalu menceritakan secara singkat sebabnya dan siapa sosok Putri Remi yang dulu sangat dicintai mendiang Prabu Dipa.Padahal pikiran Sembara bukan ke sana, tapi ke Ranina. Sampai Dusman selesai bercerita, Sembara hanya diam saja. Sehingga Dusman dan Nalini serta Dalman dan Putri Emi berpikir kalau Sembara sedang menyimak kisah itu, Dalman sendiri sampai kaget, karena dia baru tahu riwayat Putri Remi.Dia bersyukur dia dan Semba
Tak terasa selama 1 tahun Sembara menjadi siswa di sekolah kerajaan itu, selama itu pula dia tak pernah bertemu dengan Prabu Malaki, walaupun dalam kegiatan pesta rakyat dari kejauhan dia melihat bagaimana prabu tampan itu selalu dielu-elukan ribuan rakyat bersama ketiga istrinya dan tiga anak-anaknya yang juga mulai beranjak remaja.Tanpa Sembara sadari, wajah Putra Mahkota Pangeran Dipa ada kemiripan dengan wajahnya, walaupun belum begitu kentara, karena sang putra mahkota itu masih berusia 10 tahunan.Di sekolah Sembara sudah dianggap sebagai siswa yang sangat pandai dan pintar membawa diri.Ki Jaman diam-diam sudah memproyesikan Sembara kelak bisa bekerja di sebuah kantor kerajaan, karena Sembara mempunyai otak yang sangat encer dan yang bikin kagum Ki Jaman, Sembara diketahuinya memiliki kesaktian.Hal itu dia ketahui tanpa sengaja, ketika secara diam-diam dia pernah melakukan razia ke asrama dan kaget melihat Sembara berlatih seorang diri di belakang asrama itu.Angin bersiuran
Putri Emi yang kini sudah berusia 12 tahun, bak gadis remaja jelita yang mulai mekar, pakaiannya tetap mewah, rambutnya panjang lurus di beri pita, sehingga penampilan Putri Emi ini benar-benar manis dan sedap di pandang mata, dia berjalan bersama Sembara yang berbaju pelajar sehingga menambah tampan wajah remaja ini.Semenjak jadi siswa, Sembara kini lebih suka berpakan bak pelajar, walaupun bukan dari bahan mewah, tapi tetap tak bisa menyembunyikan ketampanannya, yang makin nampak seiring bertambahnya usianya.Pakis yang berwajah pas-pasan sering melucu dan ikut menemani dua remaja tampan dan jelita ini, tak hanya satu dua orang yang melihat iri pasangan remaja ini saat mereka berjalan beriringan. Namun saat tau itu adalah Putri Emi, semua orang langsung memberi hormat.Nama besar Jenderal Dusman dan pendekar Nalini istrinya, sudah membuat seorang orang jerih dan hormat dengan si putri yang ternyata tetap ramah pada siapapun ini. Walaupun sangat di manja kedua orang dan kakaknya.Ca
Cukup dengan sentilan sedikit, Somo, Parhun dan Huki kini bergelimpangan di tanah dan mengaduh-ngaduh ke sakitan.Karena dengan lihainya Sembara menotok lengan mereka, dengan gerakan yang sangat cepat dan tak terlihat ke tiganya.Dulung kaget bukan main tiga rekannya jatuh dalam waktu yang sangat singkat, Dulung kini celingak-celinguk menunggu pengawalnya datang, Sembara yang hanya ingin memberi pelajaran sudah tahu kalau pengawal Dulung kini datang bersama dua orang lagi.Sembara langsung dikurung tiga orang ini, Sembara tenang-tenang saja.“Pukul…hajarrr!” teriak Dulung beri perintah pada tiga orang ini, sifat pengecutnya keluar dan tentunya keberaniannya hanyalah main keroyokan.“Tunggu dulu, aku tak punya salah pada kalian, kenapa kalian tiba-tiba ingin menghajarku,” Sembara menahan langkah ketiga orang yang baru datang ini, dan terlihat malah sudah mencabut golok.Ketiga orang ini saling pandang, namun saat melihat wajah Dulung mereka kembali menatap wajah Sembara dengan pandanga