Sembara kini di undang ke rumah sang kepala dusun, tak enak menolak karena dia penasaran dengan musuhnya tadi, lalu Sembara pun mengikutinya.Ki Saha, sang kepala dusun lalu bercerita, 10 harian yang lalu kampung mereka di masuki 3 perampok, mereka menguras harta warga Dusun Kembangan ini.“Tiba-tiba datang seorang pria perlente dan dia mampu mengusir para perampok itu, sebagai rasa ungkapan terima kasih, kami menjamu pria itu dan juga memberikan dia sebuah rumah buat beristirahat, karena dia bilang seorang perantau yang kebetulan lewat di desa kami!”Menurut Ki Saha pria itu mengenalkan diri dengan nama Pendekar Baung, mendengar bahwa pria perlente ini seorang pendekar, warga desa pun makin hormat saja, selain segan pastinya.Karena pendekar ini tentunya mempunyai kesaktian tinggi, namun dua hari setelah tinggal di sini, mulai belang Pendekar Baung terbongkar, dia ternyata suka menggoda perempuan cantik di desa ini, tak peduli perempuan itu janda, istri orang terlebih para gadis.Ban
Melihat yang menegur hanya hanya dara cilik yang beranjak remaja dan pakaiannya terlihat mewah bak putri bangsawan, ketiga preman sangar ini awalnya kaget, setelah tertawa terbahak-bahak.“Hadeuhhh anakk manisss…andai kamu gede dikit lagi, wuihh betapa cantiknya kamu, udah sono cuci kaki terus bobok siang sama ibu kamu biar cepat gede dan cuantikk, ntar aku lamar dehh jadi bini ke 5!” kata seorang preman yang kumisnya melintang di atas bibir, sambil mengelus-ngelus goloknya dan tertawa, agar dara cilik ini ketakutan.“Heii kumis ijuk, badan kamu bau kayak kambing, lebih baik kalian yang angkat kaki dari sini, ganggu keramaian orang saja!” sahut si dara ini makin berani, hingga bikin ketiga preman melongo, lalu meledaklah tertawa kedua rekannya, karena olokan si gadis cilik ini benar adanya, selain kumisnya kayak ijuk, si kumis ini juga malas mandi, hingga baunya kayak kambing.“Keparat, baru besar dikit sudah berani kurang ajar!” si Kumis mulai emosi, apalagi kedua rekannya sampai men
Kini Sembara dan si dara cilik ini di kurung pendekar baung dan ke 3 anak buahnya, dari tadi wajah pendekar baung sudah mengilar melihat tubuh yang baru berkembang dari si dara manis ini.“Aku tak akan berlaku sungkan lagi pemuda ingusan, lebih baik kamu segera angkat kaki dari sini, atau mayatmu akan aku buang ke jurang dan jadi santapan ular piton!” ancam pendekar baung sambil menatap beringas tubuh Sembara.“Bodoh kalau menyerah, si tukang cabul ini tadi sempat mau gerayangi tubuhku,” semprot si dara manis ini, hingga mengejutkan Sembara.“Apaaa….keparat kamu Pendekar Baung, hari ini aku akan mengadu jiwa denganmu, kamu sudah sangat kurang ajar sekali, masa gadis kecil kamu ganggu juga!”“Siapa yang kecil, aku udah gede tau nggak, umurku sudah 11 tahun, bentar lagi 12 tahun!” si dara ini malah protes ke Sembara di bilang gadis kecil.“Lho itu kan masih muda, kalau gede itu kayak aku, usia sudah 15 tahunan,” sahut Sembara tak mau kalah.“Ihh siapa bilang, aku udah 2 kali menstruasi,
“Paman siapa, hebat banget tadi satu kali gebrakan penjahat perempuan itu sudah keok!” tanya dara manis itu, sambil memperbaiki bajunya yang tadi sobek.“Aku Prabu Malaki, hanya kebetulan lewat di sini, siapa nama kamu anak manis?” balik Prabu Malaki bertanya dengan suara lembut, persis sikap seorang ayah terhadap anaknya.“Hamba yang bodoh ini Ranina tuan prabu!” sahut dara itu yang langsung bersikap hormat, karena terperanjat mendengar seorang raja yang sangat dia kagumi, justru secara tak terduga muncul di sini dan menolong dirinya bersama Sembara.Kentara sekali kalau dara manis bernama Ranina ini tahu tata krama. Berbeda dengan Sembara, yang masih melongo hingga terus menatap tak berkedip pria tampan, yang berpakaian mewah dan ramah dan selalu menyungging senyum kecil ini.“Baiklah Ranina, kamu dan teman kamu segera pulang yaa, banyak penjahat berkeliaran, aku harus pergi sekarang!” tanpa menunggu jawaban Ranina dan Sembara, sekali melompat Prabu Malaki langsung melompat jauh bak
Sembara sebenarnya kadang malas jalan bersama Ranina, karena remaja cilik ini benar-benar slenge’an dan cuek, dan yang bikin Sembara jengah, Ranina benar-benar bak putri bangsawan. Apalagi selama ini dia sangat di manja Bik Ora, apapun keinginannya sulit dibantah.Sembara tentu saja tak tahu, gen Ranina memang aslinya dari bangsawan, apalagi ayah dan ibunya bukan orang sembarangan.Walaupun tanpa Sembara sadari, dia sendiri sebetulnya lebih hebat lagi, yakni anak kandung Prabu Malaki dari kekasih pertamanya, yakni pendekar wanita yang sakti, Rani, yang sempat salah jalan dan pernah bentrok dengan Prabu Malaki hingga membawa ajalnya (baca bab-bab awal serial ini).Beda dengan Sembara yang sejak bayi sudah hidup bak tak punya orang tua, dan sejak kecil hidup di gunung tentu saja mandiri sejak kecil hingga kini.Sembara walaupun ceria, tapi kadang dia sering termenung sendiri memikirkan anak siapa dia sebenarnya. Sehingga sikap cerianya hanyalah topeng menutupi getir hatinya karena tak k
Kedua orang yang ternyata preman ini makin tertawa-tawa tergelak, setelah pengaruh arak yang mereka minum makin kuat.Ucapan mereka pun makin menohok dan mengolok-ngolok ke empat prajurit itu. hebatnya, walaupun masih muda, tapi sang prajurit yang memiliki pangkat lebih tinggi daripada tiga rekannya itu terlihat tetap kalem dan tidak terpancing. Dia malah mengajak ke tiga anak buahnya yang juga masih muda-muda pergi dari sana, sehingga kedua preman itu pun bosan sendiri ngoceh, karena tak satupun pengunjung restoran, yang menggubris ucapan mereka.Tak lama keduanya itu juga kemudian pergi, Sembara akhirnya bisa bernafas lega, karena hampir saja kenakalan Ranina kumat, yakni ingin memberi pelajaran bagi kedua orang itu.Setelah kenyang, Ranina yang ceria lalu mengajak Sembara jalan-jalan menikmati keindahan kota ini, Ranina yang royal kembali belanja sepuas hati, dia bahkan membelikan Sembara beberapa stel pakaian dan sepatu baru, dan bilang sudah saatnya remaja ini berubah, jangan
Wanita jelita yang terlihat aristokrat ini memandang bak melihat makanan lezat dua pemuda tanggung nan tampan ini.Kalau Dalman yang biasa bergaul di kota, tak aneh melihat gaya wanita jelita seperti itu, tapi Sembara yang masih polos malah senyum-senyum kocak, sehingga wajahnya makin enak di lihat, karena membawa keceriaan, sedangkan Dalman terlihat memasang wajah cool.Sikapnya mirip gadis cilik yang terlihat juga cool serta seakan cuek dengan keadaan sekelilingnya, tapi sikapnya terlihat sangat agung serta sepertinya hanya si wanita jelita itu yang dia hormati, sedangkan 6 pengawal wanitanya tak begitu dia gubris. Dalman menowel lengan Sembara agar menikmati makanan mereka sudah datang dari tadi, Sembara kaget dan mengangguk malu.Tak lama kemudian datang Ranina dan dayangnya, dia pun langsung bergabung dengan Sembara dan Dalman sambil menikmati makanan yang terhidang.“Huhhh enak banget, lama sekali aku tak pernah makanan seenak ini,” ceplos Ranina sambil mencicipi semua hidangan
Sembara kini mulai waspada, pengalamannya mulai mengajarkan, kalau seseorang sudah mulai men tes kemampuannya, artinya dia harus mewaspadai orang seperti ini.“Terima kasih Putri atas jamuan minumnya, ku rasa kami harus permisi, karena kami mau kembali ke penginapan,” kali ini Sembara lalu berdiri dan menarik lengan Dalman, serta menatap Ranina, tanpa mau menunggu jawaban Putri Remi.“Huhh…tak sopan!” terdengar pelan suara Putri Kesha, Ranina langsung mendelik menatap putri jelita ini. Sembara dan Dalman ikutan kaget saat mendengar suara Putri Kesha yang ketus dan seakan menganggap mereka pemuda tak sopan.Sembara yang melihat Ranina mulai emosi, kali ini gagal menahan keceriwisan mulut ‘adik angkatnya’ ini.“Kalian yang tak sopan, kami mau minum malah dikerjain!” ceplos Ranina cepat, dan ucapannya sukses bikin kaget semuanya, sehingga sesat terdiam.Putri Remi yang tadinya senyum-senyum ikutan