“Hmm sejak kapan kamu ikut-ikutan panggil si Malaki itu Prabu, kamu benar-benar tak mneghargai aku, dasar selir!” sungut Prabu Durja terlihat kurang senang, sambil menghembuskan asap cerutunya.“Ha-ha-ha…emank dia Prabu kan, Prabu Dipa sudah jelas-jelas mengangkat Pangeran Malaki sebagai penggantinya, malah sudah di resmikan Hakim Agung Ki Mandar, nahh sah bukan pengangkatan dia, sedangkan kamu…?” sahut Putri Remi cuek dan malah asekk minum tuak, hingga saat tuak merah itu melewati lehernya yang putih mulus, air tuak hitam itu bak terlihat jelas.Hampir saja Prabu Durja melempar cerutunya ke wajah Putri Remi, tapi dia ingat putri ini sangat tinggi ilmu silatnya, karena dia merupakan murid tunggal Jantra alias si Pendekar Petir.Dia juga ingat jasa Putri Remi yang punya andil besar mendudukannya sebagai raja saat ini, itulah yang membuat Prabu Durja tak berkutik dengan putri cantik ini.“Kamu sendiri bak pelacur rendahan, gagal merayu Malaki, malah anaknya kamu culik!”Putri Remi langs
Ki Ando dan Ki Tiso yang memimpin pasukan Hilir Sungai tak pernah mengira hampir 30 ribu pasukan yang mereka pimpin di Kadipaten Barubang untuk mencegat pasukan pejuang masuk ibukota Bajama terjadi perubahan radikal.Awalnya pasukan ini sangat bersemangat melawan pasukan pejuang yang di pimpin Prabu Malaki, janji-janji bonus sudah dikeluarkan.Namun, setelah tiga mingguan lebih terjadilah perubahan yang luar biasa ini, 25 ribu lebih pasukan Hilir Sungai justru kini berbalik melawan dua panglima ini, sebelumnya mereka sering rapat diam-diam terkait gerakan hari ini.Ki Ando dan Ki Tiso yang saat itu sedang bersantai di sebuah tenda bersama selir-selir mereka, perbuatan yang makin membuat pasukannya sangat jengkel dan marah, di saat mau perang begini, malah masih sempat bersenang-senang.Keduanya terkaget-kaget saat mendengar keributan di luar tenda. Mereka pun bergegas keluar sambil merapikan bajunya.Alangkah kagetnya dua panglima ini tenda mereka kini sudah dikurung puluhan ribu pasu
Prabu Malaki sudah tak mau lagi membuang waktu, dia langsung memerintahkan agar di kubur semua jenazah prajurit Hilir Sungai secara massal.Ki Tukas pun bergegas melaksanakan perintah itu, dia bersama ribuan prajurit menggali lubang besar dan mulai mengubur semua mayat dan membersihkan bekas-bekas peperangan.Saat melihat mayat Ki Ando dan Ki Tiso yang tercerai berai, Prabu Malaki sampai geleng-geleng kepala, kini hatinya lega, orang yang membantai iparnya Putri Delima dan dua keponakannya yang harusnya jadi Putra Mahkota, serta Perdana Menteri Haja dan keluarga kini jasadnya sangat mengenaskan, di bantai prajuritnya sendiri.Bahkan para prajurit tak ada hormat-hormatnya dengan dua panglima ini, jasad itu di lempar bak membuang sampah saja di lubang besar yang tadi gali beramai-ramai, lalu setelah semua prajurit yang tewas di kubur massal, ribuan prajurit beramai-ramai menguruk tanah tersebut.Namun, khusus untuk jasad para prajurit yang membunuh pasukan yang sebelumnya loyal dengan d
“Iya…maafkan anakmu ini bunda, yang terlambat datang, hingga paman Durja berbuat kejam terhadap ibunda suri…!” bergetar suara Malaki melihat kondisi ibu kandungnya yang sangat kurus, lemah dan pucat ini.Putri Kirna ingin bangkit, tapi tenaganya tak ada, Malaki buru-buru membantu, tak lama kemudian terdengar langkah kaki, ternyata Putri Kinanti, Tengku Mimi dan Putri Galuh juga sudah tiba dan memasuki kamar ini, Putri Kinanti lalu pelan-pelan membuka jendela hingga kamar besar ini terang.Putri Kirna sampai silau melihat cahaya terang, Malaki makin ternyuh melihat kondisi tubuh Putri Suri yang sangat kurus.“Malaki…anakku…di mana Prabu Dipa kakanda kamu dan siapa tiga wanita cantik ini!”Malaki saling pandang dengan ketiga istrinya, Putri Kinanti langsung mendekati Putri Suri dan menyembah kaki mertuanya ini.“Ibunda…sebaiknya ibunda mengaso dulu, nanti kanda Malaki akan bercerita panjang lebar, sekarang Istana sudah kita kuasai lagi…!” Putri Kinanti lalu mengenalkan kembali dia, Teng
Ini atas permintaan Putri Kinanti sendiri, sehingga kedudukan tiga istri Prabu Malaki ini sejajar, hanya statusnya saja yang membedakan, yakni Putri Kinanti jadi permaisuri utama. Prabu Malaki tak keberatan.Hakim Agung Ki Mandar yang mempunyai kedudukan kuat dan bisa membatalkan kebijakan yang dianggap bertentangan, walaupun itu keputusan Raja Malaki sekalipun, juga tak mempermasalahkan soal kedudukan permaisuri ini.Hanya untuk putra mahkota, apabila kelak Putri Kinanti tak melahirkan seorang putra, maka anak dari Tengku Mimi penggantinya, kalau Tengku Mimi juga hanya melahirkan seorang putri, maka anak permaisuri ketiga yakni Putri Galuh lah yang akan di angkat sebagai Putra Mahkota.Prabu Malaki kembali menyetujui usulan Hakim Agung ini, yang lalu dibuatkan semacam piagam khusus, atau Undang-undang terkait Putra Mahkota ini, yang hanya boleh di isi seorang Pangeran, bukan Putri.Demikianlah, detilnya Hakim Agung membuat Undang-undang Kerajaan, termasuk soal yang lain-lain, Ki Mand
Sembara kini berjalan-jalan sambil bernyanyi-nyanyi, ditangannya tertenteng sebotol arak yang tadi dia beli. Keadaan Kadipaten Pangsa setelah kini merdeka dari tangan penjajah Mapajahit dan di tangan Raja Malaki sudah sangat aman, sangat jarang terjadi tindak kejahatan.Kehidupan rakyat juga terlihat sejahtera, keamanan menjadi sesuatu yang sangat Prabu Malaki utamakan, agar rakyat nyaman dan aman.Prajurit kerajaan juga rutin berpatroli, sehingga para penjahat berpikir 100X kalau ingin menjalankan aksinya.Namun di daerah pedesaan terkadang ada saja penjahat yang leluasa beraksi, walaupun imbasnya mereka jadi buronan pasukan kerajaan.Sembara yang berjalan tanpa tujuan jelas ini, kini sampai ke sebuah desa yang terletak di pinggiran kota Pangsa.Saat melewati sebuah rumah warga, Sembara tertarik dengan suara wanita yang agak lirih dan agaknya minta tolong.Sebagai seorang remaja berilmu tinggi, Sembara bisa membedakan yang mana suara minta tolong dan juga suara biasa-biasa saja.Semb
Sembara kini di undang ke rumah sang kepala dusun, tak enak menolak karena dia penasaran dengan musuhnya tadi, lalu Sembara pun mengikutinya.Ki Saha, sang kepala dusun lalu bercerita, 10 harian yang lalu kampung mereka di masuki 3 perampok, mereka menguras harta warga Dusun Kembangan ini.“Tiba-tiba datang seorang pria perlente dan dia mampu mengusir para perampok itu, sebagai rasa ungkapan terima kasih, kami menjamu pria itu dan juga memberikan dia sebuah rumah buat beristirahat, karena dia bilang seorang perantau yang kebetulan lewat di desa kami!”Menurut Ki Saha pria itu mengenalkan diri dengan nama Pendekar Baung, mendengar bahwa pria perlente ini seorang pendekar, warga desa pun makin hormat saja, selain segan pastinya.Karena pendekar ini tentunya mempunyai kesaktian tinggi, namun dua hari setelah tinggal di sini, mulai belang Pendekar Baung terbongkar, dia ternyata suka menggoda perempuan cantik di desa ini, tak peduli perempuan itu janda, istri orang terlebih para gadis.Ban
Melihat yang menegur hanya hanya dara cilik yang beranjak remaja dan pakaiannya terlihat mewah bak putri bangsawan, ketiga preman sangar ini awalnya kaget, setelah tertawa terbahak-bahak.“Hadeuhhh anakk manisss…andai kamu gede dikit lagi, wuihh betapa cantiknya kamu, udah sono cuci kaki terus bobok siang sama ibu kamu biar cepat gede dan cuantikk, ntar aku lamar dehh jadi bini ke 5!” kata seorang preman yang kumisnya melintang di atas bibir, sambil mengelus-ngelus goloknya dan tertawa, agar dara cilik ini ketakutan.“Heii kumis ijuk, badan kamu bau kayak kambing, lebih baik kalian yang angkat kaki dari sini, ganggu keramaian orang saja!” sahut si dara ini makin berani, hingga bikin ketiga preman melongo, lalu meledaklah tertawa kedua rekannya, karena olokan si gadis cilik ini benar adanya, selain kumisnya kayak ijuk, si kumis ini juga malas mandi, hingga baunya kayak kambing.“Keparat, baru besar dikit sudah berani kurang ajar!” si Kumis mulai emosi, apalagi kedua rekannya sampai men
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma