Beranda / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 181 - Bab 190

537 Bab

Bab 181: Perang Tak Imbang

Malaki menaksir, ada sekitar 300 orang prajurit yang datang mengurung tempat ini, agaknya Malaki akan di keroyok habis-habisan di sini, tapi dia tak gentar.Tak ada jalan lagi untuk menghindar, Malaki lalu mulai mengangkat tangannya dan membuka telapak tangannya tersebut, inilah jurus pembuka Menari Di Atas Awan yang sudah sangat sempurna ia kuasai.Malaki tak ingin lagi berdebat tak perlu, ia sudah sangat gatal untuk membasmi semua pengeroyoknya ini.Sohail yang melihat gerakan Malaki langsung tegang, dia bersama jagoan-jagoan lainnya langsung meloloskan senjata masing-masing.“Hati-hati, Pendekar Pekok sudah mengeluarkan jurus ter ampuhnya, siapkan senjata kalian!” perintah Sohail.   Suasana mulai tegang dan seram, karena saat Malaki mengangkat tangan, tiba-tiba keluarlah hawa yang sangat dingin, inilah hasil latihan Malaki bersama Tengku Mimi yang sudah dia rubah sedemikian rupa di pegunungan meratus bagian barat ketika me
Baca selengkapnya

Bab 182: Amuk Meratus

Begitu matahari mulai condong ke barat, tanda sudah masuk sore hari, Malaki yang beberapa kali berusaha menerobos kepungan ribuan prajurit ini selalu menemui jalan buntu.Malaki benar-benar memuji kelebihan pasukan Majapahit ini yang bikin formasi baja sedemikian hebat.Tapi Malaki juga terus mencatat cara-cara pasukan bertahan dan menyerang, dia mengingat semuanya sebagai bekal kelak melatih pasukannya.Di sinilah kecerdikan Malaki, yang secara langsung melihat bagaimana kerjasama pasukan ini, benar-benar sulit di tembus kekuatan hebat sekalipun seperti yang Malaki lakukan saat ini.Mereka benar-benar pasukan berani mati, sudah tak terhitung lagi berapa jumlah prajurit yang tewas oleh amukan Malaki.Tapi setiap kali ada yang roboh, rekannya yang lain kembali menggantikannya, benar-benar alot dan pasukan berani mati.Matahari makin turun ke barat, Malaki akhirnya memperoleh kesempatan kabur, karena cuaca mulai remang-remang dan gelap.
Baca selengkapnya

Bab 183: Bertemu dengan Tiga Istri

Ki Mandar juga mengumumkan lebih luas kalau Pangeran Malaki kini adalah seorang Prabu, menggantikan Prabu sebelumnya yang mangkat.Itu dilakukan setelah lebih 20.000 para pejuang berkumpul di pesanggrahan itu. Melalui upacara yang sangat khimad, Ki Mandar memimpin penobatan secara resmi Pangeran Malaki sebagai Raja Hilir Sungai.“Sebagai seorang Hakim Agung yang diangkat mendiang Prabu Dipa, saya dengan ini menyatakan, mulai hari ini, Pangeran Malaki resmi sebagai Raja Hilir Sungai menggantikan yang mulia Prabu Dipa yang meninggal dunia!” kata Ki Mandar di hadapan puluhan ribu pejuang yang hening mendengarkan pengumuman maha penting ini.Hakim Agung Ki Mandar juga menitahkan serta membacakan tugas utama Prabu Malaki adalah mengambil alih kerajaan dari tangan Prabu Durja.Tanpa diketahui siapapun, diam-diam Ki Mandar ternyata membawa sebuah mahkota yang langsung dipasangkan ke kepala Prabu Malaki.Semua kaget dan kini berseru kagum, saat
Baca selengkapnya

Bab 184: Putri Malaki dan Kinanti Diculik

"Sebentar kanda…eeh maksudnya kanda Prabu, aku mau menemui 2.000 pasukan kami dulu!” sela Putri Galuh.“Silahkan Dinda Galuh…!” sahut Malaki tersenyum maklum. Diikuti Kinanti dan Mimi, Putri Galuh lalu berbalik dan berjalan menemui pasukannya.Dengan suara tegas, putri Panglima Ki Parong menjelaskan siapa adanya Malaki ini, sekaligus memberitahu kalau Prabu Dipa sudah meninggal dunia.Bagi yang pernah melihat Prabu Dipa, sempat mengira Malaki adalah Prabu Dipa, sejak tadi mereka sudah takjim memberi hormat pada sang prabu ini dan tak berani berbuat ribut, hanya mereka kaget kenapa ‘Prabu Dipa’ datang-datang langsung memeluk tiga wanita jelita ini..Tapi setelah mendengar ucapan Putri Galuh, semuanya kini menjadi heboh beberapa saat, tak mereka duga itu adalah Pangeran Malaki, yang baru saja di dapuk sebagai Prabu Hilir Sungai, yang otomatis gelar pangeran berganti jadi Prabu.Tak ingin menimbulkan kegaduh
Baca selengkapnya

Bab 185: Persiapan Perang Besar

Persiapan-persiapan yang dilakukan Pendekar Pekok atau kini Prabu Malaki tentu saja sampai ke ibukota Bajama. Prabu Durja murka bukan main, tapi diam-diam dia juga merasa sangat ngeri dengan kekuatan pasukan Prabu Malaki yang dikatakan panglima perangnya semakin hari makin bertambah banyak, baik dari prajurit yang desersi ataupun rakyat Hilir Sungai yang ikut bergabung. Belum lagi adanya kabar kalau tiga padepokan besar diam-diam murid-muridnya juga ikut bergabung, inilah yang membuat Prabu Durja makin takut kekuasaan yang dia raih berkat bantuan pasukan Majapahit akan segera berakhir singkat. Iapun lekas-lekas menemui anak buah Jenderal Kerta, Ki Juruk dan merundingkan apa langkah selanjutnya. “Hmm…ternyata Pangeran Malaki atau kini Prabu Malaki sedang menyusun kekuatan di Pesanggrahan yang terletak di Barat Pegunungan Meratus!” gumam Ki Juruk sambil mengelus jenggotnya. “Apa hasil dari telik sandi yang kamu kirimkan Prabu Durja!” Ki Juruk sambi memandang Prabu Durja, walau kedud
Baca selengkapnya

Bab 186: Perang Besar Berkobar

Pasukan besar inipun bergerak dengan gagah, Prabu Malaki kini menaiki kuda jantan warna hitam, kuda ini ternyata kuda khusus yang diberikan seorang warga Kadipaten Pangsa, kuda ini awalnya sangat liar dan sulit ditundukan.Tapi setelah Prabu Malaki menaikinya, dengan tenaga dalamnya yang sudah sangat sempurna dikuasai, Malaki akhirnya mampu menundukan kuda yang liar ini dan dijuluki si Hitam.Di kiri kanannya berjejer tiga istrinya yang jelita.Pasukan besar ini dibagi tiga dan bergerak secara bergelombang, gelombang pertama di pimpin langsung Prabu Malaki, gelombang kedua Panglima Jenderal Ki Jimi didampingi Pendekar Nargis, gelombang ke tiga di pimpin Jenderal Muda Ki Hura dan Jenderal Muda Dusman bersama istrinya Nalini.Gelombang pertama sebanyak 15 ribu pasukan, gelombang ke dua 20 ribu pasukan dan gelombang ke ketiga 25 ribu pasukan.Inilah taktik perang yang disampaikan Putri Galuh, sebagai putri mantan Panglima Ki Parong, putri cantik ini hapal cara-cara berperang agar selalu
Baca selengkapnya

Bab 187: Kekalahan Telak Pasukan Hilir Sungai

Amukan Prabu Malaki makin membuat pasukan Hilir Sungai kocar-kacir, tapi disisi lain pasukannya juga kelabakan melawan ketangguhan gabungan pasukan Hilir Sungai di bantu pasukan Majapahit yang sangat berpengalaman dalam perang.Walaupun Prabu Malaki dan tiga istrinya sangat sakti dan tidak ada prajurit gabungan itu mampu melawannya, jelang sore pasukannya mulai kepayahan juga, karena prajurit yang terlatih dari Hilir Sungai dan Majapahit mampu menghajar para pejuang ini, sudah tak terhitung berapa ribu pasukannya yang jadi korban dan kalau di biarkan korban akan terus bertambah.Panglima Ki Ando tentu saja makin tertawa melihat pasukan pejuang mulai kepayahan, dia sangat licik tak mau dekat-dekat dengan Prabu Malaki dan tiga istrinya yang sangat sakti ini, tapi meminta ribuan prajuritnya mengeyorok.Prabu Malaki yang melihat ini lalu memberi tanda pada seorang anak buahnya agar melempar anak panah berapi ke udara, Prabu Malaki minta dua sekaligus, yakni ke Barat dan ke Timur, inilah
Baca selengkapnya

Bab 188: Putri Remi dan Pendekar Petir

“Keparat kalian, majuuuu…!” sampai serak suara Panglima Ki Ando, tapi sia-sia belaka.Prabu Malaki berjalan pelan menuju ke arahnya, wajahnya merah padam tanda menahan murka.“Terimalah hukuman kamu..!” bersiuran lah suara ribuan tawon, namun bukan Panglima Ando yang meregang nyawa, di saat kritis itu, dua tenaga yang juga sama kuatnya menahannya.Malaki sambil mundur dua langkah, tapi orang yang menahan tebasannya justru sampi 5 langkah mundur, bahkan yang satunya sampai harus bersalto berkali-kali.Kini di depannya berdiri dua orang, yang satu orang bikin Malaki kaget sekaligus marah, yang satunya ia tak kenal. Karena orang yang ia marah adalah…Putri Remi, sedangkan teman Putri Remi yang mempunyai tenaga dalam hebat sama sekali tak Malaki kenal.“Putri Remi…hmmm kamu memang pengkhianat!” desis Malaki marah.“Malaki…atau Prabu Malaki…hebat sekali pukulan kamu, sampai pedang pusakaku rompal sediki, aku kakak seperguruan kamu….!” sela teman Putri Remi ini sambil memperhatikan pedangnya
Baca selengkapnya

Bab 189: Jantra Ditolong Pendekar Misterius

“Wah-wah, sungguh memalukan, pukulan-pukulan kamu menerpa angin kosong Jantra ha-ha-ha!” Malaki yang setengah mabuk mengejek dan dia selalu mampu menghindar.Betapa marahnya Jantra, dia mengutuk dalam hati melihat Malaki mampu menghindari semua pukulan-pukulan dahsyatnya yang selama ini jarang menemuakn tanding yang sepadan, padahal Malaki setengah mabuk begitu.Jantra lalu melompat tinggi dan pukulannya menyambar dahsyat, tak percuma dia dijuluki Pendekar Petir, suara pukulannya luar biasa menggelegar.Padahal itu adalah inti dari pukulan Menari Di Atas Awan yang sudah dia rubah sendiri dan dinamakan Jurus Petir.Malaki malah sengaja menyambut dari bawah, dia mengembangkan kedua tangannya, inilah saling adu tenaga, keduanya sama yakin akan lebih kuat dan memenangkan pertarungan yang sangat seru ini.Tanpa keduanya sadari perang sudah usai, kita kemenangan di pihak pejuang, pertandingan seru ini malah di saksikan pejuang dan para panglima pejuang, semua kagum melihat pertarungan tingk
Baca selengkapnya

Bab 190: Pilihan Buat Prajurit Hilir Sungai

“Kamu …Suki dan Talos, kini kalian sudah tawanan, apa kehendak kalian sekarang?” Prabu Malaki menatap keduanya dengan tatapan tajam.Suki yang lebih berani balas menatap, hampir saja Ki Jimi mengemplang kepala perwira yang jadi tawanan ini karena dianggap sangat kurang ajar, tapi Prabu Malaki menggeleng, tanda biarkan saja dulu dan jangan diapa-apakan, Ki Jimi pun patuh dengan hati mengkal, tanganya memegang gagang pedang pusakanya, yang kemarin sangat banyak memeganggal kepala musuh.“Kami sudah jadi tawanan, mau bunuh lekas bunuh, bagiku mati di tangan musuh lebih mulia daripada menyerah begini, apalagi kalau sampai dibebaskan, mungkin aku mengambil pedang dan menusuk tubuhku sendiri, memalukan dibebaskan dan kalah perang. Apalagi kamu seorang pangeran yang sudah berselingkuh dengan selir Prabu Dipa, cihh… pengaran macam apa ini dan ku dengar kamu malah mengangkat diri jadi Raja, setelah Prabu Dipa mangkat, sangat memalukan punya Raja begini!” ucapan Suki lugas dan tanpa rasa takut,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
54
DMCA.com Protection Status