"Sebentar kanda…eeh maksudnya kanda Prabu, aku mau menemui 2.000 pasukan kami dulu!” sela Putri Galuh.
“Silahkan Dinda Galuh…!” sahut Malaki tersenyum maklum. Diikuti Kinanti dan Mimi, Putri Galuh lalu berbalik dan berjalan menemui pasukannya.
Dengan suara tegas, putri Panglima Ki Parong menjelaskan siapa adanya Malaki ini, sekaligus memberitahu kalau Prabu Dipa sudah meninggal dunia.
Bagi yang pernah melihat Prabu Dipa, sempat mengira Malaki adalah Prabu Dipa, sejak tadi mereka sudah takjim memberi hormat pada sang prabu ini dan tak berani berbuat ribut, hanya mereka kaget kenapa ‘Prabu Dipa’ datang-datang langsung memeluk tiga wanita jelita ini..
Tapi setelah mendengar ucapan Putri Galuh, semuanya kini menjadi heboh beberapa saat, tak mereka duga itu adalah Pangeran Malaki, yang baru saja di dapuk sebagai Prabu Hilir Sungai, yang otomatis gelar pangeran berganti jadi Prabu.
Tak ingin menimbulkan kegaduh
Persiapan-persiapan yang dilakukan Pendekar Pekok atau kini Prabu Malaki tentu saja sampai ke ibukota Bajama. Prabu Durja murka bukan main, tapi diam-diam dia juga merasa sangat ngeri dengan kekuatan pasukan Prabu Malaki yang dikatakan panglima perangnya semakin hari makin bertambah banyak, baik dari prajurit yang desersi ataupun rakyat Hilir Sungai yang ikut bergabung. Belum lagi adanya kabar kalau tiga padepokan besar diam-diam murid-muridnya juga ikut bergabung, inilah yang membuat Prabu Durja makin takut kekuasaan yang dia raih berkat bantuan pasukan Majapahit akan segera berakhir singkat. Iapun lekas-lekas menemui anak buah Jenderal Kerta, Ki Juruk dan merundingkan apa langkah selanjutnya. “Hmm…ternyata Pangeran Malaki atau kini Prabu Malaki sedang menyusun kekuatan di Pesanggrahan yang terletak di Barat Pegunungan Meratus!” gumam Ki Juruk sambil mengelus jenggotnya. “Apa hasil dari telik sandi yang kamu kirimkan Prabu Durja!” Ki Juruk sambi memandang Prabu Durja, walau kedud
Pasukan besar inipun bergerak dengan gagah, Prabu Malaki kini menaiki kuda jantan warna hitam, kuda ini ternyata kuda khusus yang diberikan seorang warga Kadipaten Pangsa, kuda ini awalnya sangat liar dan sulit ditundukan.Tapi setelah Prabu Malaki menaikinya, dengan tenaga dalamnya yang sudah sangat sempurna dikuasai, Malaki akhirnya mampu menundukan kuda yang liar ini dan dijuluki si Hitam.Di kiri kanannya berjejer tiga istrinya yang jelita.Pasukan besar ini dibagi tiga dan bergerak secara bergelombang, gelombang pertama di pimpin langsung Prabu Malaki, gelombang kedua Panglima Jenderal Ki Jimi didampingi Pendekar Nargis, gelombang ke tiga di pimpin Jenderal Muda Ki Hura dan Jenderal Muda Dusman bersama istrinya Nalini.Gelombang pertama sebanyak 15 ribu pasukan, gelombang ke dua 20 ribu pasukan dan gelombang ke ketiga 25 ribu pasukan.Inilah taktik perang yang disampaikan Putri Galuh, sebagai putri mantan Panglima Ki Parong, putri cantik ini hapal cara-cara berperang agar selalu
Amukan Prabu Malaki makin membuat pasukan Hilir Sungai kocar-kacir, tapi disisi lain pasukannya juga kelabakan melawan ketangguhan gabungan pasukan Hilir Sungai di bantu pasukan Majapahit yang sangat berpengalaman dalam perang.Walaupun Prabu Malaki dan tiga istrinya sangat sakti dan tidak ada prajurit gabungan itu mampu melawannya, jelang sore pasukannya mulai kepayahan juga, karena prajurit yang terlatih dari Hilir Sungai dan Majapahit mampu menghajar para pejuang ini, sudah tak terhitung berapa ribu pasukannya yang jadi korban dan kalau di biarkan korban akan terus bertambah.Panglima Ki Ando tentu saja makin tertawa melihat pasukan pejuang mulai kepayahan, dia sangat licik tak mau dekat-dekat dengan Prabu Malaki dan tiga istrinya yang sangat sakti ini, tapi meminta ribuan prajuritnya mengeyorok.Prabu Malaki yang melihat ini lalu memberi tanda pada seorang anak buahnya agar melempar anak panah berapi ke udara, Prabu Malaki minta dua sekaligus, yakni ke Barat dan ke Timur, inilah
“Keparat kalian, majuuuu…!” sampai serak suara Panglima Ki Ando, tapi sia-sia belaka.Prabu Malaki berjalan pelan menuju ke arahnya, wajahnya merah padam tanda menahan murka.“Terimalah hukuman kamu..!” bersiuran lah suara ribuan tawon, namun bukan Panglima Ando yang meregang nyawa, di saat kritis itu, dua tenaga yang juga sama kuatnya menahannya.Malaki sambil mundur dua langkah, tapi orang yang menahan tebasannya justru sampi 5 langkah mundur, bahkan yang satunya sampai harus bersalto berkali-kali.Kini di depannya berdiri dua orang, yang satu orang bikin Malaki kaget sekaligus marah, yang satunya ia tak kenal. Karena orang yang ia marah adalah…Putri Remi, sedangkan teman Putri Remi yang mempunyai tenaga dalam hebat sama sekali tak Malaki kenal.“Putri Remi…hmmm kamu memang pengkhianat!” desis Malaki marah.“Malaki…atau Prabu Malaki…hebat sekali pukulan kamu, sampai pedang pusakaku rompal sediki, aku kakak seperguruan kamu….!” sela teman Putri Remi ini sambil memperhatikan pedangnya
“Wah-wah, sungguh memalukan, pukulan-pukulan kamu menerpa angin kosong Jantra ha-ha-ha!” Malaki yang setengah mabuk mengejek dan dia selalu mampu menghindar.Betapa marahnya Jantra, dia mengutuk dalam hati melihat Malaki mampu menghindari semua pukulan-pukulan dahsyatnya yang selama ini jarang menemuakn tanding yang sepadan, padahal Malaki setengah mabuk begitu.Jantra lalu melompat tinggi dan pukulannya menyambar dahsyat, tak percuma dia dijuluki Pendekar Petir, suara pukulannya luar biasa menggelegar.Padahal itu adalah inti dari pukulan Menari Di Atas Awan yang sudah dia rubah sendiri dan dinamakan Jurus Petir.Malaki malah sengaja menyambut dari bawah, dia mengembangkan kedua tangannya, inilah saling adu tenaga, keduanya sama yakin akan lebih kuat dan memenangkan pertarungan yang sangat seru ini.Tanpa keduanya sadari perang sudah usai, kita kemenangan di pihak pejuang, pertandingan seru ini malah di saksikan pejuang dan para panglima pejuang, semua kagum melihat pertarungan tingk
“Kamu …Suki dan Talos, kini kalian sudah tawanan, apa kehendak kalian sekarang?” Prabu Malaki menatap keduanya dengan tatapan tajam.Suki yang lebih berani balas menatap, hampir saja Ki Jimi mengemplang kepala perwira yang jadi tawanan ini karena dianggap sangat kurang ajar, tapi Prabu Malaki menggeleng, tanda biarkan saja dulu dan jangan diapa-apakan, Ki Jimi pun patuh dengan hati mengkal, tanganya memegang gagang pedang pusakanya, yang kemarin sangat banyak memeganggal kepala musuh.“Kami sudah jadi tawanan, mau bunuh lekas bunuh, bagiku mati di tangan musuh lebih mulia daripada menyerah begini, apalagi kalau sampai dibebaskan, mungkin aku mengambil pedang dan menusuk tubuhku sendiri, memalukan dibebaskan dan kalah perang. Apalagi kamu seorang pangeran yang sudah berselingkuh dengan selir Prabu Dipa, cihh… pengaran macam apa ini dan ku dengar kamu malah mengangkat diri jadi Raja, setelah Prabu Dipa mangkat, sangat memalukan punya Raja begini!” ucapan Suki lugas dan tanpa rasa takut,
Begitu sampai di tenda, Malaki yang kini duduk di hadapan ketiga istrinya menatap mereka satu persatu, ketiganya kini menunduk malu. Malu karena selama beberapa bulan ini sejak berkumpul mereka belum pernah mau melayani suami mereka ini, ganjalan kalau Malaki telah berselingkuh dengan Putri Remi membuat mereka malas berdamai. Walaupun di luar mereka tetap tersenyum dan terlihat rukun, namun mereka saat itu diam-diam menuntut, kapan suami mereka ini jujur terkait hubungannya dengan mantan selir Prabu Dipa, yakni Putri Remi. “Kenapa kalian sejak tadi diam saja, apa yang mengganjal batin kalian, sekarang ku minta buka saja saat ini?” pancing Malaki. Tengku Mimi dan Putri Galuh seakan sepakat kalau yang jadi jubir adalah Putri Kinanti, sejak tahu suami mereka ini jadi Raja, kedua wanita jelita sudah ‘ikhlas’ yang bakal jadi permaisuri adalah Putri Kinanti, karena wanita pertama yang dinikahi Prabu Malaki adalah putri mendiang Pangeran Biju ini. Putri Kinanti mengangkat wajahnya yang k
Dan tak lama kemudian terdengarlah sorak sorai pasukan Hilir Sungai, tapi mereka bukan menyerbu para pejuang, tapi teriakan hidup Prabu Malaki terus bergema saling sahut-sahutan.Prabu Malaki sendiri yang langsung menyambut kedatangan ribuan pasukan Hilir Sungai yang membelot dan bergabung dengan pasukannya ini.Begitu tiba di depan Prabu Malaki mereka langsung membentuk formasi pasukan dan kini Ki Pulo sendiri yang memimpin penghormatan, sebagaimana layaknya menghormati seorang raja yang sangat mereka hormati.Kini kehilangan ribuan pejuang yang berperang dua hari lalu, bak tergantikan dengan kehadiran pasukan Hilir Sungai ini.Prabu Malaki sampai berjalan berkeliling dan menyapa prajurit ini satu persatu, tentu saja semangat para prajurit ini naik berlipat-lipat, mereka merasa sangat terkesan dengan gaya Prabu Malaki ini, yang tak pernah dilakukan Raja-raja sebelumnya.Ribuan pasukan ini juga memberi penghormatan pada Panglima Ki Jimi, Ki Hura dan Dusman yang sudah di dapuk sebagai