“Wah-wah, sungguh memalukan, pukulan-pukulan kamu menerpa angin kosong Jantra ha-ha-ha!” Malaki yang setengah mabuk mengejek dan dia selalu mampu menghindar.Betapa marahnya Jantra, dia mengutuk dalam hati melihat Malaki mampu menghindari semua pukulan-pukulan dahsyatnya yang selama ini jarang menemuakn tanding yang sepadan, padahal Malaki setengah mabuk begitu.Jantra lalu melompat tinggi dan pukulannya menyambar dahsyat, tak percuma dia dijuluki Pendekar Petir, suara pukulannya luar biasa menggelegar.Padahal itu adalah inti dari pukulan Menari Di Atas Awan yang sudah dia rubah sendiri dan dinamakan Jurus Petir.Malaki malah sengaja menyambut dari bawah, dia mengembangkan kedua tangannya, inilah saling adu tenaga, keduanya sama yakin akan lebih kuat dan memenangkan pertarungan yang sangat seru ini.Tanpa keduanya sadari perang sudah usai, kita kemenangan di pihak pejuang, pertandingan seru ini malah di saksikan pejuang dan para panglima pejuang, semua kagum melihat pertarungan tingk
“Kamu …Suki dan Talos, kini kalian sudah tawanan, apa kehendak kalian sekarang?” Prabu Malaki menatap keduanya dengan tatapan tajam.Suki yang lebih berani balas menatap, hampir saja Ki Jimi mengemplang kepala perwira yang jadi tawanan ini karena dianggap sangat kurang ajar, tapi Prabu Malaki menggeleng, tanda biarkan saja dulu dan jangan diapa-apakan, Ki Jimi pun patuh dengan hati mengkal, tanganya memegang gagang pedang pusakanya, yang kemarin sangat banyak memeganggal kepala musuh.“Kami sudah jadi tawanan, mau bunuh lekas bunuh, bagiku mati di tangan musuh lebih mulia daripada menyerah begini, apalagi kalau sampai dibebaskan, mungkin aku mengambil pedang dan menusuk tubuhku sendiri, memalukan dibebaskan dan kalah perang. Apalagi kamu seorang pangeran yang sudah berselingkuh dengan selir Prabu Dipa, cihh… pengaran macam apa ini dan ku dengar kamu malah mengangkat diri jadi Raja, setelah Prabu Dipa mangkat, sangat memalukan punya Raja begini!” ucapan Suki lugas dan tanpa rasa takut,
Begitu sampai di tenda, Malaki yang kini duduk di hadapan ketiga istrinya menatap mereka satu persatu, ketiganya kini menunduk malu. Malu karena selama beberapa bulan ini sejak berkumpul mereka belum pernah mau melayani suami mereka ini, ganjalan kalau Malaki telah berselingkuh dengan Putri Remi membuat mereka malas berdamai. Walaupun di luar mereka tetap tersenyum dan terlihat rukun, namun mereka saat itu diam-diam menuntut, kapan suami mereka ini jujur terkait hubungannya dengan mantan selir Prabu Dipa, yakni Putri Remi. “Kenapa kalian sejak tadi diam saja, apa yang mengganjal batin kalian, sekarang ku minta buka saja saat ini?” pancing Malaki. Tengku Mimi dan Putri Galuh seakan sepakat kalau yang jadi jubir adalah Putri Kinanti, sejak tahu suami mereka ini jadi Raja, kedua wanita jelita sudah ‘ikhlas’ yang bakal jadi permaisuri adalah Putri Kinanti, karena wanita pertama yang dinikahi Prabu Malaki adalah putri mendiang Pangeran Biju ini. Putri Kinanti mengangkat wajahnya yang k
Dan tak lama kemudian terdengarlah sorak sorai pasukan Hilir Sungai, tapi mereka bukan menyerbu para pejuang, tapi teriakan hidup Prabu Malaki terus bergema saling sahut-sahutan.Prabu Malaki sendiri yang langsung menyambut kedatangan ribuan pasukan Hilir Sungai yang membelot dan bergabung dengan pasukannya ini.Begitu tiba di depan Prabu Malaki mereka langsung membentuk formasi pasukan dan kini Ki Pulo sendiri yang memimpin penghormatan, sebagaimana layaknya menghormati seorang raja yang sangat mereka hormati.Kini kehilangan ribuan pejuang yang berperang dua hari lalu, bak tergantikan dengan kehadiran pasukan Hilir Sungai ini.Prabu Malaki sampai berjalan berkeliling dan menyapa prajurit ini satu persatu, tentu saja semangat para prajurit ini naik berlipat-lipat, mereka merasa sangat terkesan dengan gaya Prabu Malaki ini, yang tak pernah dilakukan Raja-raja sebelumnya.Ribuan pasukan ini juga memberi penghormatan pada Panglima Ki Jimi, Ki Hura dan Dusman yang sudah di dapuk sebagai
“Hmm sejak kapan kamu ikut-ikutan panggil si Malaki itu Prabu, kamu benar-benar tak mneghargai aku, dasar selir!” sungut Prabu Durja terlihat kurang senang, sambil menghembuskan asap cerutunya.“Ha-ha-ha…emank dia Prabu kan, Prabu Dipa sudah jelas-jelas mengangkat Pangeran Malaki sebagai penggantinya, malah sudah di resmikan Hakim Agung Ki Mandar, nahh sah bukan pengangkatan dia, sedangkan kamu…?” sahut Putri Remi cuek dan malah asekk minum tuak, hingga saat tuak merah itu melewati lehernya yang putih mulus, air tuak hitam itu bak terlihat jelas.Hampir saja Prabu Durja melempar cerutunya ke wajah Putri Remi, tapi dia ingat putri ini sangat tinggi ilmu silatnya, karena dia merupakan murid tunggal Jantra alias si Pendekar Petir.Dia juga ingat jasa Putri Remi yang punya andil besar mendudukannya sebagai raja saat ini, itulah yang membuat Prabu Durja tak berkutik dengan putri cantik ini.“Kamu sendiri bak pelacur rendahan, gagal merayu Malaki, malah anaknya kamu culik!”Putri Remi langs
Ki Ando dan Ki Tiso yang memimpin pasukan Hilir Sungai tak pernah mengira hampir 30 ribu pasukan yang mereka pimpin di Kadipaten Barubang untuk mencegat pasukan pejuang masuk ibukota Bajama terjadi perubahan radikal.Awalnya pasukan ini sangat bersemangat melawan pasukan pejuang yang di pimpin Prabu Malaki, janji-janji bonus sudah dikeluarkan.Namun, setelah tiga mingguan lebih terjadilah perubahan yang luar biasa ini, 25 ribu lebih pasukan Hilir Sungai justru kini berbalik melawan dua panglima ini, sebelumnya mereka sering rapat diam-diam terkait gerakan hari ini.Ki Ando dan Ki Tiso yang saat itu sedang bersantai di sebuah tenda bersama selir-selir mereka, perbuatan yang makin membuat pasukannya sangat jengkel dan marah, di saat mau perang begini, malah masih sempat bersenang-senang.Keduanya terkaget-kaget saat mendengar keributan di luar tenda. Mereka pun bergegas keluar sambil merapikan bajunya.Alangkah kagetnya dua panglima ini tenda mereka kini sudah dikurung puluhan ribu pasu
Prabu Malaki sudah tak mau lagi membuang waktu, dia langsung memerintahkan agar di kubur semua jenazah prajurit Hilir Sungai secara massal.Ki Tukas pun bergegas melaksanakan perintah itu, dia bersama ribuan prajurit menggali lubang besar dan mulai mengubur semua mayat dan membersihkan bekas-bekas peperangan.Saat melihat mayat Ki Ando dan Ki Tiso yang tercerai berai, Prabu Malaki sampai geleng-geleng kepala, kini hatinya lega, orang yang membantai iparnya Putri Delima dan dua keponakannya yang harusnya jadi Putra Mahkota, serta Perdana Menteri Haja dan keluarga kini jasadnya sangat mengenaskan, di bantai prajuritnya sendiri.Bahkan para prajurit tak ada hormat-hormatnya dengan dua panglima ini, jasad itu di lempar bak membuang sampah saja di lubang besar yang tadi gali beramai-ramai, lalu setelah semua prajurit yang tewas di kubur massal, ribuan prajurit beramai-ramai menguruk tanah tersebut.Namun, khusus untuk jasad para prajurit yang membunuh pasukan yang sebelumnya loyal dengan d
“Iya…maafkan anakmu ini bunda, yang terlambat datang, hingga paman Durja berbuat kejam terhadap ibunda suri…!” bergetar suara Malaki melihat kondisi ibu kandungnya yang sangat kurus, lemah dan pucat ini.Putri Kirna ingin bangkit, tapi tenaganya tak ada, Malaki buru-buru membantu, tak lama kemudian terdengar langkah kaki, ternyata Putri Kinanti, Tengku Mimi dan Putri Galuh juga sudah tiba dan memasuki kamar ini, Putri Kinanti lalu pelan-pelan membuka jendela hingga kamar besar ini terang.Putri Kirna sampai silau melihat cahaya terang, Malaki makin ternyuh melihat kondisi tubuh Putri Suri yang sangat kurus.“Malaki…anakku…di mana Prabu Dipa kakanda kamu dan siapa tiga wanita cantik ini!”Malaki saling pandang dengan ketiga istrinya, Putri Kinanti langsung mendekati Putri Suri dan menyembah kaki mertuanya ini.“Ibunda…sebaiknya ibunda mengaso dulu, nanti kanda Malaki akan bercerita panjang lebar, sekarang Istana sudah kita kuasai lagi…!” Putri Kinanti lalu mengenalkan kembali dia, Teng