Malaki menaksir, ada sekitar 300 orang prajurit yang datang mengurung tempat ini, agaknya Malaki akan di keroyok habis-habisan di sini, tapi dia tak gentar.
Tak ada jalan lagi untuk menghindar, Malaki lalu mulai mengangkat tangannya dan membuka telapak tangannya tersebut, inilah jurus pembuka Menari Di Atas Awan yang sudah sangat sempurna ia kuasai.
Malaki tak ingin lagi berdebat tak perlu, ia sudah sangat gatal untuk membasmi semua pengeroyoknya ini.
Sohail yang melihat gerakan Malaki langsung tegang, dia bersama jagoan-jagoan lainnya langsung meloloskan senjata masing-masing.
“Hati-hati, Pendekar Pekok sudah mengeluarkan jurus ter ampuhnya, siapkan senjata kalian!” perintah Sohail.
Suasana mulai tegang dan seram, karena saat Malaki mengangkat tangan, tiba-tiba keluarlah hawa yang sangat dingin, inilah hasil latihan Malaki bersama Tengku Mimi yang sudah dia rubah sedemikian rupa di pegunungan meratus bagian barat ketika me
Begitu matahari mulai condong ke barat, tanda sudah masuk sore hari, Malaki yang beberapa kali berusaha menerobos kepungan ribuan prajurit ini selalu menemui jalan buntu.Malaki benar-benar memuji kelebihan pasukan Majapahit ini yang bikin formasi baja sedemikian hebat.Tapi Malaki juga terus mencatat cara-cara pasukan bertahan dan menyerang, dia mengingat semuanya sebagai bekal kelak melatih pasukannya.Di sinilah kecerdikan Malaki, yang secara langsung melihat bagaimana kerjasama pasukan ini, benar-benar sulit di tembus kekuatan hebat sekalipun seperti yang Malaki lakukan saat ini.Mereka benar-benar pasukan berani mati, sudah tak terhitung lagi berapa jumlah prajurit yang tewas oleh amukan Malaki.Tapi setiap kali ada yang roboh, rekannya yang lain kembali menggantikannya, benar-benar alot dan pasukan berani mati.Matahari makin turun ke barat, Malaki akhirnya memperoleh kesempatan kabur, karena cuaca mulai remang-remang dan gelap.
Ki Mandar juga mengumumkan lebih luas kalau Pangeran Malaki kini adalah seorang Prabu, menggantikan Prabu sebelumnya yang mangkat.Itu dilakukan setelah lebih 20.000 para pejuang berkumpul di pesanggrahan itu. Melalui upacara yang sangat khimad, Ki Mandar memimpin penobatan secara resmi Pangeran Malaki sebagai Raja Hilir Sungai.“Sebagai seorang Hakim Agung yang diangkat mendiang Prabu Dipa, saya dengan ini menyatakan, mulai hari ini, Pangeran Malaki resmi sebagai Raja Hilir Sungai menggantikan yang mulia Prabu Dipa yang meninggal dunia!” kata Ki Mandar di hadapan puluhan ribu pejuang yang hening mendengarkan pengumuman maha penting ini.Hakim Agung Ki Mandar juga menitahkan serta membacakan tugas utama Prabu Malaki adalah mengambil alih kerajaan dari tangan Prabu Durja.Tanpa diketahui siapapun, diam-diam Ki Mandar ternyata membawa sebuah mahkota yang langsung dipasangkan ke kepala Prabu Malaki.Semua kaget dan kini berseru kagum, saat
"Sebentar kanda…eeh maksudnya kanda Prabu, aku mau menemui 2.000 pasukan kami dulu!” sela Putri Galuh.“Silahkan Dinda Galuh…!” sahut Malaki tersenyum maklum. Diikuti Kinanti dan Mimi, Putri Galuh lalu berbalik dan berjalan menemui pasukannya.Dengan suara tegas, putri Panglima Ki Parong menjelaskan siapa adanya Malaki ini, sekaligus memberitahu kalau Prabu Dipa sudah meninggal dunia.Bagi yang pernah melihat Prabu Dipa, sempat mengira Malaki adalah Prabu Dipa, sejak tadi mereka sudah takjim memberi hormat pada sang prabu ini dan tak berani berbuat ribut, hanya mereka kaget kenapa ‘Prabu Dipa’ datang-datang langsung memeluk tiga wanita jelita ini..Tapi setelah mendengar ucapan Putri Galuh, semuanya kini menjadi heboh beberapa saat, tak mereka duga itu adalah Pangeran Malaki, yang baru saja di dapuk sebagai Prabu Hilir Sungai, yang otomatis gelar pangeran berganti jadi Prabu.Tak ingin menimbulkan kegaduh
Persiapan-persiapan yang dilakukan Pendekar Pekok atau kini Prabu Malaki tentu saja sampai ke ibukota Bajama. Prabu Durja murka bukan main, tapi diam-diam dia juga merasa sangat ngeri dengan kekuatan pasukan Prabu Malaki yang dikatakan panglima perangnya semakin hari makin bertambah banyak, baik dari prajurit yang desersi ataupun rakyat Hilir Sungai yang ikut bergabung. Belum lagi adanya kabar kalau tiga padepokan besar diam-diam murid-muridnya juga ikut bergabung, inilah yang membuat Prabu Durja makin takut kekuasaan yang dia raih berkat bantuan pasukan Majapahit akan segera berakhir singkat. Iapun lekas-lekas menemui anak buah Jenderal Kerta, Ki Juruk dan merundingkan apa langkah selanjutnya. “Hmm…ternyata Pangeran Malaki atau kini Prabu Malaki sedang menyusun kekuatan di Pesanggrahan yang terletak di Barat Pegunungan Meratus!” gumam Ki Juruk sambil mengelus jenggotnya. “Apa hasil dari telik sandi yang kamu kirimkan Prabu Durja!” Ki Juruk sambi memandang Prabu Durja, walau kedud
Pasukan besar inipun bergerak dengan gagah, Prabu Malaki kini menaiki kuda jantan warna hitam, kuda ini ternyata kuda khusus yang diberikan seorang warga Kadipaten Pangsa, kuda ini awalnya sangat liar dan sulit ditundukan.Tapi setelah Prabu Malaki menaikinya, dengan tenaga dalamnya yang sudah sangat sempurna dikuasai, Malaki akhirnya mampu menundukan kuda yang liar ini dan dijuluki si Hitam.Di kiri kanannya berjejer tiga istrinya yang jelita.Pasukan besar ini dibagi tiga dan bergerak secara bergelombang, gelombang pertama di pimpin langsung Prabu Malaki, gelombang kedua Panglima Jenderal Ki Jimi didampingi Pendekar Nargis, gelombang ke tiga di pimpin Jenderal Muda Ki Hura dan Jenderal Muda Dusman bersama istrinya Nalini.Gelombang pertama sebanyak 15 ribu pasukan, gelombang ke dua 20 ribu pasukan dan gelombang ke ketiga 25 ribu pasukan.Inilah taktik perang yang disampaikan Putri Galuh, sebagai putri mantan Panglima Ki Parong, putri cantik ini hapal cara-cara berperang agar selalu
Amukan Prabu Malaki makin membuat pasukan Hilir Sungai kocar-kacir, tapi disisi lain pasukannya juga kelabakan melawan ketangguhan gabungan pasukan Hilir Sungai di bantu pasukan Majapahit yang sangat berpengalaman dalam perang.Walaupun Prabu Malaki dan tiga istrinya sangat sakti dan tidak ada prajurit gabungan itu mampu melawannya, jelang sore pasukannya mulai kepayahan juga, karena prajurit yang terlatih dari Hilir Sungai dan Majapahit mampu menghajar para pejuang ini, sudah tak terhitung berapa ribu pasukannya yang jadi korban dan kalau di biarkan korban akan terus bertambah.Panglima Ki Ando tentu saja makin tertawa melihat pasukan pejuang mulai kepayahan, dia sangat licik tak mau dekat-dekat dengan Prabu Malaki dan tiga istrinya yang sangat sakti ini, tapi meminta ribuan prajuritnya mengeyorok.Prabu Malaki yang melihat ini lalu memberi tanda pada seorang anak buahnya agar melempar anak panah berapi ke udara, Prabu Malaki minta dua sekaligus, yakni ke Barat dan ke Timur, inilah
“Keparat kalian, majuuuu…!” sampai serak suara Panglima Ki Ando, tapi sia-sia belaka.Prabu Malaki berjalan pelan menuju ke arahnya, wajahnya merah padam tanda menahan murka.“Terimalah hukuman kamu..!” bersiuran lah suara ribuan tawon, namun bukan Panglima Ando yang meregang nyawa, di saat kritis itu, dua tenaga yang juga sama kuatnya menahannya.Malaki sambil mundur dua langkah, tapi orang yang menahan tebasannya justru sampi 5 langkah mundur, bahkan yang satunya sampai harus bersalto berkali-kali.Kini di depannya berdiri dua orang, yang satu orang bikin Malaki kaget sekaligus marah, yang satunya ia tak kenal. Karena orang yang ia marah adalah…Putri Remi, sedangkan teman Putri Remi yang mempunyai tenaga dalam hebat sama sekali tak Malaki kenal.“Putri Remi…hmmm kamu memang pengkhianat!” desis Malaki marah.“Malaki…atau Prabu Malaki…hebat sekali pukulan kamu, sampai pedang pusakaku rompal sediki, aku kakak seperguruan kamu….!” sela teman Putri Remi ini sambil memperhatikan pedangnya
“Wah-wah, sungguh memalukan, pukulan-pukulan kamu menerpa angin kosong Jantra ha-ha-ha!” Malaki yang setengah mabuk mengejek dan dia selalu mampu menghindar.Betapa marahnya Jantra, dia mengutuk dalam hati melihat Malaki mampu menghindari semua pukulan-pukulan dahsyatnya yang selama ini jarang menemuakn tanding yang sepadan, padahal Malaki setengah mabuk begitu.Jantra lalu melompat tinggi dan pukulannya menyambar dahsyat, tak percuma dia dijuluki Pendekar Petir, suara pukulannya luar biasa menggelegar.Padahal itu adalah inti dari pukulan Menari Di Atas Awan yang sudah dia rubah sendiri dan dinamakan Jurus Petir.Malaki malah sengaja menyambut dari bawah, dia mengembangkan kedua tangannya, inilah saling adu tenaga, keduanya sama yakin akan lebih kuat dan memenangkan pertarungan yang sangat seru ini.Tanpa keduanya sadari perang sudah usai, kita kemenangan di pihak pejuang, pertandingan seru ini malah di saksikan pejuang dan para panglima pejuang, semua kagum melihat pertarungan tingk
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma