Home / Pendekar / Pendekar Romantis / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Pendekar Romantis: Chapter 121 - Chapter 130

537 Chapters

Bab 121: Pendekar Pekok di Keroyok

Suara pertarungan di luar sunyi, Malaki kaget hatinya langsung tak tenang. “Jangan-jangan Mimi sudah tertawan atau tewas!” batin Malaki gelisah, ia sangat khawatir istri keduanya ini kenapa-kenapa. Mata Malaki langsung bersinar tajam, menatapi mereka satu persatu, aroma marah mulai merasuki jiwanya. “Pendekar Pekok, sekali lagi aku menawarkan solusi buat kamu, daripada kamu tewas di sini, lebih baik kamu bergabung dengan kami. Kita gempur kerajaan saudara kamu itu…soal tahta kelak, nanti kita rundingkan, bisa saja kamu atau Pangeran Kurna yang menjabat nanti. Bahkan aku juga merestui hubunganmu dengan putriku, Kinanti!” Pangeran Biju yang kini sudah bergabung dengan kaum pemberontak langsung menawarkan ‘perdamaian’ buat Malaki. Malaki tersenyum sinis, andaikan Pangeran Biju ini bukan ayah Putri Kinanti, tentu sudah dia sumpahi ayah dari kekasih sekaligus mertuanya ini. Karena selama ini Pangeran Biju sudah menerima anugerah sebagai Menteri di Kerajaan Hilir S
Read more

Bab 122: Di Tolong Si Gila

Di sisi lain, baik Jenderal Lipa maupun Jenderal Gamisan memerintahkan agar jangan ada yang ikut menyerang, sebab sama dengan mengantar nyawa, karena ilmu silat para prajurit itu tidak tinggi, mereka hanya pandai ilmu perang, bukan ilmu kanuragan.  Pukulan-pukulan menari di atas awan, harimau menerkam mangsa dan elang mematuk mangsa yang dipadukan dengan tenaga dalam yang kadang sangat dingin lalu bisa berubah mendadak menjadi sangat panas seakan menemui tembok tebal, perpaduan puluhan pendekar sakti yang mengeroyoknya ini benar-benar mampu menjalin kerjasama yang apik dan hebat.Tapi musuhnya juga sama menderitanya, perubahan-perubahan pukulan yang dilakukan Pendekar Pekok membuat beberapa orang menahan nyeri yang luar biasa di dalam dada masing-masing.Pendekar Pekok akhirnya nekat, dia turun ke tanah dan menaruh pedangnya di dalam jubah.Kini dia mengeluarkan ilmu mujijatnya, Membetot Sukma, atau menyedot tenaga lawan dan akan membagi-bagikan ten
Read more

Bab 123: Si Gila yang Sakti

Si Gila terus membawa tubuh Malaki yang pingsan ini jauh dari benteng, hampir 3,5 jam dia berlari dengan kecepatan yang luar biasa tanpa berhenti sedetikpun.Bahkan kecepatannya sangat mengagumkan, dia dengan enteng saja mengempet tubuh tinggi besar Malaki, padahal tubuh si gila kurus dan tingginya hanya sebahu Malaki. Namun membawa tubuh besar pendekar sakti ini bak membawa lari anak kecil saja.Begitu melewati hutan yang sangat lebat dan agaknya akan sukar bagi siapapun mampu menyusulnya kalau tidak mempunyai kepandaian tinggi, karena jalan yang dilalui sangat sulit dan banyak lembah-lembahnya yang curam. Si gila pun berhenti di sebuah pinggir sungai yang jernih dan tidak terlalu dalam airnya, ia meletakan tubuh Malaki di sisi sungai, kemudian dia memeriksa sambil menotok-notok tubuh Malaki.Si gila tersenyum saat mengetahui tubuh Malaki yang masih sangat panas ini tidak mengalami luka apapun, hanya kelelahan saja.Dia lalu membiarkan tubuh Malaki terle
Read more

Bab 124: Si Gila Ternyata Ayah Rani!

Si gila ini ternyata bernama Panji Anom, saat menikah dengan Ibunya Rani yang bernama Roro Ningrum, Panji Anom menjabat seorang perwira menengah di Kerajaan Hilir Sungai, tapi di tugaskan di daerah perbatasan.Saat itu dia baru pulang dari dinasnya sebagai prajurit di Kadipaten Solak, kadipaten ini berbatasan langsung dengan wilayah Kerajaan Surata. Baru dua hari berada di kampungnya, kampung tersebut di jarah habis-habisan kelompok perampok Ki Jambrong dan puluhan anak buahnya.Sia-sia Panji Anom melawan keganasan para perampok, dia terluka parah, bahkan di kira sudah mati oleh para perampok dan juga istrinya.   Setelah menjarah dan merampok, wanita-wanita cantik ataupun gadis-gadis di bawa kelompok Ki Jambrong ke markas mereka yang sangat jauh masuk hutan, di daerah yang sukar di datangi, yang di namakan Lembah Bangkirai.  Tak lama setelah perampokan itu, kebetulan lewatlah sang pendekar sakti Kakek Berhati Emas di kam
Read more

Bab 125: Bertemu Kinanti dan Putri Cantiknya

Sepeninggal Si Gila alias Panji Anom, Malaki terdiam sejenak, antara kembali ke benteng dan membebaskan Mimi, atau ke ibukota Kerajaan Hilir Sungai untuk bertemu dengan Panglima Ki Jarong.Cukup lama dia termenung, hatinya gamang, tiba-tiba wajahnya berubah ceria, tanpa sadar dia menepuk jidatnya sendiri.“Oh iya baru aku ingat, kata paman Panji, Mimi aman-aman saja, karena yang menawan Jenderal Lipa yang juga pamannya sendiri. Kalau begitu aku harus segera ke Kota Bajama menemui Panglima Ki Parong…maafkan aku Mimi…aku juga sekalian ingin menjenguk Kinanti!” batin Malaki.Lalu bak terbang saja, Malaki kemudian berlari sangat cepat menuju pusat kerajaan Hilir Sungai, dia melupakan sejenak urusan pribadinya, yakni mencari anaknya dan juga Mimi yang kini di tawan di benteng itu. Di saat Malaki berpacu dengan waktu menuju ibukota, semenjak penyerbuannya bersama Mimi dan dia lolos berkat bantuan Si Gila alias Panji Anom, rencana
Read more

Bab 126: Di Tasbihkan Sebagai Pangeran

Sesuai janji Panglima Ki Parong, dia bersama Malaki pagi-pagi menghadap Prabu Dipa. Sebetulnya bukan hal yang mudah bisa bertemu dengan Prabu Dipa, ada proses protokuler yang harus di lewati. Namun kalau yang menghadap adalah Panglima Ki Parong, maka semua prosedur bisa di tepikan.Apalagi saat bertemu kepala pengawal sang Prabu yang juga sahabat karib sang Panglima, kedua orang ini langsung berbincang akrab dan Panglima Ki Parong pun di antar ke ruang kerja pribadi Prabu Dipa. Malaki yang terus mendampingi Panglima Ki Parong mengagumi interior istana yang sangat mewah dan artistic ini, sepanjang jalan di lorong istana yang megah ini, Malaki hanya diam namun matanya tak lepas dari tatapan ke kiri dan kanan.Saat melihat tiga patung yang berdiri berjejer di sebuah ruangan yang lumayan luas, Malaki sampai tertegun sebentar menatap patung-patung tersebut.Wajah ketiga patung itu agak mirip, namun yang membuat keduanya terlihat angker, kumis dan janggut
Read more

Bab 127: Rumah Dato Kalio Di Jaga Ketat

Malaki bergerak sangat cepat menuju ke kerajaan Surata, dengan kesaktiannya yang sangat tinggi, tak sampai sebulan dia akhirnya sampai ke wilayah perbatasan, yakni Wilayah Kadipaten Antang, yang masih masuk wilayah Kerajaan Hilir Sungai.Malaki sempat heran saat masuk ke wilayah Serawak Timur yang sudah masuk daerah Kerajaan Surata, karena sangat banyak pasukan kerajaan Surata yang agaknya sedang bersiaga penuh.Kesiagaan para prajurit itu bak akan terjadi perang saja dalam waktu dekat.Malaki tidak mau terlibat bentrokan pasukan kerajaan itu, dia langsung saja menuju ke kediaman Dato Kalio, dia tak ingin membuang-buang waktu.Begitu sampai di rumah itu, Malaki kaget karena rumah Dato Kalio juga di jaga sangat ketat oleh ratusan prajurit kerajaan.Malaki lalu menyelinap dan tidak mau terburu-buru masuk ke rumah itu, karena dia melihat ada hal-hal yang aneh dan sangat mencurigakan.“Sebaiknya aku malam ini saja menuju rumah Dato Kalio,
Read more

Bab 128: Bertemu Prabu Tago

“Katanya negara dalam keadaan genting, ada penyerbuan dari Kerajaan Hilir Sungai yang sedang bergerak menuju wilayah perbatasan, kabarnya di bantu pasukan asing dari Mongol!” kata orang yang berpakaian agak mentereng, lengkap dengan lawung khas melayunya, yang menandakan orang ini sosok yang mempunyai gelar kebangsawanan di Kerajaan Surata. “Sssttt…katanya malah ada rencana pemberontakan, otaknya seorang penasehat senior kerajaan?” sahut yang lain. “Ahhh yang benar…katanya malah Wakil Panglima Jenderal Lipa otaknya, kabarnya Putri Amali, istrinya yang juga kakak dari sang prabu yang sejak dulu tak suka dengan penobatan Putra Mahkota Tago juga ikut terlibat?” bisik satu orang lagi, lalu menoleh kiri kanan, takut kedengaran yang pengunjung lain. “Waaahh gawat juga yaa, kalau sesama anggota kerajaan saling bentrok, bakalan rusak negara ini!” sahut yang pake lawung ini sambil menghisap cerutunya. “Kabarnya kini prajurit juga banyak yang terbelah, ada yang
Read more

Bab 129: Malaki bantu Dua Kerajaan Sekaligus

Malam itu juga terjadi ketegangan dan kegegeran yang luar biasa di ibukota Kerajaan Surata, Sreawak, terjadi penangkapan hampir 2.000 prajurit yang di duga terang-terangan berkhianat dan di ketahui ada 3.000 lebih yang pergi ke benteng alias desersi karena takut di tangkap, setelah keluar perintah tegas dari Panglima Jenderal Sri Dato Angki, yakni tiada ampun bagi para pengkhianat.Bagi yang ikut-ikutan terbujuk di saat itu juga di minta tobat dan segera kembali bersiap perang, sedang yang memang sudah tak bisa di perbaiki lagi ketika di intoregasi, terjadilah hal yang sangat mengerikan, yakni hukum gantung di markas prajurit tersebut.Sambil melihat kesibukan dan ketegangan luar biasa itulah, Prabu Tago dan Panglima Sri Dato Angki bertanya tentang jati diri Malaki, yang di tulis dalam surat Dato Kalio, kalau Malaki selain berjuluk Pendekar Pekok, dia juga adik dari Prabu Dipa.“Oh yaa…jadi kamu Pangeran Malaki, adik dari Prabu Dipa!” tanya Pr
Read more

Bab 130: Pemilik Warung yang Misterius

Malaki sengaja menghindar bertemu siapapun, agar perjalanannya tidak terganggu, dia melihat suasana amat sangat tegang, di beberapa desa yang dia lewati, selalu berseleweran para prajurit Kerajaan Surata yang terlihat bersiaga penuh.Namun Malaki tidak memperdulikan itu semua, karena dia tak ingin datang terlambat ke benteng tersebut.Tapi pendekar ini tak melepaskan sikapnya sebagai pembela kebenaran, tak sekali dua kali Malaki melihat kelakuan para prajurit yang di luar batas terhadap para warga, Malaki biasanya turun tangan secara cepat.Dia menotok para prajurit jahat itu, lalu pergi secepatnya tanpa di ketahui warga yang dia tolong dan juga prajurit yang kebingungan kenapa badannya bisa kaku.Dia sengaja menghindar dari bentrokan, agar perjalanannya lancar, dengan terus melakukan lompatan-lompatan yang sangat cepat. Malaki hanya berhenti kalau badannya sudah sangat capek dan beristirahat sejenak untuk mengisi perutnya, setelah itu dia kembali melesat
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
54
DMCA.com Protection Status