Beranda / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 101 - Bab 110

537 Bab

Bab 101: Dikeroyok Dirumah Pengeran Biju

Tentu saja yang paling berbahaya adalah serangan Pangeran Biju dan dua temannya, serta serangan sepasang pendekar iblis, yang justru makin lihai walaupun hanya memiliki masing-masing satu lengan.Berkat latihan keras mereka selama berbulan-bulan dan membawa hati yang luar biasa dendamnya terhadap Malaki.Keributan di taman Pangeran Biju ternyata diketahui Panglima Ki Parong, anak buahnya melaporkan terjadi keributan di taman belakang sang pangeran itu.“Pendekar Pekok di keroyok puluhan orang, pertarungan sedang berlangsung!” lapor prajurit berpakain preman itu, yang merupakan salah satu telik sandi panglima ini.Panglima yang memiliki kesaktian tinggi ini lalu mengontak 5 pengawalnya yang sangat lihai, diiringi 200 prajurit mereka langsung mendatangi keributan itu.Begitu tiba, Panglima Ki Parong ikut berdecak kagum melihat Malaki di keroyok sedemikian rupa oleh puluhan pendekar sakti, tapi tak terlihat dia terdesak, malah Malaki beber
Baca selengkapnya

Bab 102: Akhirnya Bertemu Ibu Suri

Pangeran Biju lalu mengajak ke 20 orang yang ternyata juga kepayahan dan banyak yang menderita pukulan tenaga dalam untuk kembali ke Istananya dan mengobati lukanya masing-masing.“Luar biasa…belum pernah aku melihat pendekar yang sehebat dan setangguh Pendekar Pekok!” kata Ki Palor dari perguruan Kuyuk Hitam, dalam hati yang paling dalam, Ki Palor sebetulnya tak yakin kalau Pendekar Pekok ini pemberontak.Dia sempat kenal saat dulu sama-sama mencari kitab Kakek Berhati Emas di pegunungan Meratus dan dia sudah simpati dengan jiwa pendekar Malaki ini.Namun, karena perintah dari salah seorang gurunya, agar membantu Pangeran Biju, diapun terpaksa mengikuti dan ikut mengeroyok Pendekar Pekok.Dia tahu, diam-diam salah satu gurunya itu mempunyai ambisi tinggi, yakni ingin jadi Menteri di kerajaan ini, padahal guru besar mereka yakni Ki Turangga, sangat melarang semua guru-guru dan ribuan muridnya ikut-ikutan berpolitik.“Padepo
Baca selengkapnya

Bab 103: Di Minta Bersihkan Nama

“Sebenarnya, Putri Selasih itu yang pertama akan dijadikan ayahanda kamu sebagai Putri Permaisuri, namun ayahanda kamu lebih memilih bunda kamu ini sebagai permaisuri dan Putri Selasih jadi selir pertama!” kata Putri Kirna.Putri Kirna mengisahkan saat dulu muda, sang raja di sodorkan dua wanita cantik untuk di jadikan permaisuri, dan sudah bisa di tebak Putri Kirna yang berpenampilan lembut dan suka tersenyum jadi pilihan Prabu Kerta untuk di jadikan Ratu dan Putri Selasih terima nasib sebagai Selir utama.Pertentangan kedua putri cantik itu terus berlanjut hingga keduanya sama-sama melahirkan putra.“Nahh saat Ibunda kamu ini melahirkan bayi kembar, mereka menyusun fitnah keji, kalau lahir kembar maka salah satu bayi harus di bunuh, karena akan berbahaya bagi kerajaan. Ayahanda kamu Prabu Kerta percaya sekali dengan ucapan Tabib Safar yang sejak dulu akrab dengan Putri Selasih itu,” kata Putri Kirna.Untungnya Putri Kirna yang sa
Baca selengkapnya

Bab 104: Bertemu Panglima Perang

Malamnya, Malaki dengan kesaktiannya yang tinggi berhasil masuk ke rumah Panglima Ki Parong, ternyata penjagaan di rumah panglima ini sangat longgar.Tak seketat lingkungan Istana Pangeran Biju, padahal sebagai panglima yang membawahi ratusan ribu prajurit, sangat wajar sebenarnya Istana Panglima ini di jaga ketat.Tapi siapa juga yang berani mati mengganggu kediaman Panglima yang terkenal memiliki kesaktian tinggi ini.Panglima Ki Parong hanya kaget sebentar saat melihat Malaki yang tiba-tiba sudah berada di rumahnya, saat dia santai di taman belakang bersama anak kesayangannya, Putri Galuh.“Ihh Pendekar Pekok, bikin kaget aja tiba-tiba muncul di sini!” seru Putri Galuh yang duluan menyapa, tadi ia sempat terkejut dengan kehadiran Malaki.Malaki langsung bersikap hormat pada putri cantik ini.“Putriku…kamu harus segera menghormat balik dia, karena Pendekar Pekok ini adik dari Prabu Dipa, berarti dia saat ini adalah
Baca selengkapnya

Bab 105: Mimi yang Manja

Malaki ke sana terus kemari mencari informasi keberadaan Nyai Mawar, tapi rata-rata tidak ada yang tahu, kemana wanita yang suka berpakaian mewah warna merah ini pindah.Malaki kemudian terus menyusuri jejak Nyai Mawar dan dia terpaksa jauh kembali meninggalkan Ibukota Kerajaan Hilir Sungai.Pendekar Romantis ini tak tahu kalau istrinya Putri Kinanti telah melahirkan anak mereka, yakni seorang putri cantik. Tanpa terasa perjalanan Malaki mencari anaknya bernama Sembara kini telah sangat jauh hingga daerah Barat, yang justru dekat dengan Kerajaan Surata, kerajaan yang di sebut sebagai musuh sengit Kerajaan Hilir Sungai padahal bertetangga.Malaki kini memasuki Kadipaten Serawak Timur, yang merupakan masuk wilayah kerajaan yang selalu bermusuhan dengan Kerajaan Hilir Sungai sejak dulu. Tak ada kekhawatiran sang pendekar sakti ini akan di curigai sebagai penyusup oleh penjaga keamanan Kerajaan Surata.Kenapa Malaki sampai ke daerah ini, karena dia dapat info
Baca selengkapnya

Bab 106: Kagetnya Dusman-Nalini Tau Siapa Malaki

“Heeiii kamu tak tahu apa-apa siapa yang mau kami ambil hartanya, itu adalah rentenir yang suka meminjamkan uang pada warga, lalu minta warga bayar dengan bunga berlipat-lipat. Kalau warga tak mau membayar mereka merampas harta warga. Nah kami ingin mengambil kembali harta-harta itu, lalu akan di kembalikan lagi ke warga yang mereka rampas tadi!” ceplos Mimi dengan nada suara tinggi.    Dusman dan Nalini sangat kaget, mereka saling pandang lalu menatap Mimi dan Malaki bergantian.“Ohhh…kalau begitu kamu minta maaf gad…!” Dusman terdiam kembali karena kalimat terpotong ucapan Mimi.“Panggil aku Mimi…bukan gadis tau…eh aku masih gadis, belum punya suami!” potong Mimi ketus tapi mimiknya kini terlihat lucu, Malaki langsung tertawa kecil.“Ohh hanya itu masalahnya, ya udah Mimi, kedua rekanku ini sudah minta maaf, maka ku harap Mimi dan kawan-kawan mau memaafkan persoalan ke
Baca selengkapnya

Bab 107: Di Tantang Pendekar Cakar Harimau

Malaki tanpa banyak cincong langsung mengangguk dan pria tak di kenal ini lalu menyodorkan surat dan dia lalu permisi dengan Langkah terburu-buru.“Pangeran Malaki…jadi abang ini…?” Nalini termasuk Dusman masih menatap wajah Malaki hampir tak percaya kalau Pendekar Pekok ini adalah seorang Pangeran di Kerajaan Hilir Sungai.Malaki mengangguk, lalu menghela nafas panjang sambil menatap suami istri pendekar ini.“Baiklah aku akan cerita pada kalian berdua kenapa aku kini di sebut Pangeran, ku anggap kalian bukan orang lain bagiku, kalian bak adik-adiku sendiri dan berhak tahu siapa adanya diriku kini…!”Dusman dan Nalini kini yakin se yakinnya, karena secara tak sengaja keduanya melihat kalung mutiara yang menyembul dari balik jubah Malaki.Mereka berdua tahu, hanya para pangeran saja yang memiliki kalung istimewa ini, dan pangeran itu harus lahir dari Raja dan Ratu Permaisuri Kerajaan Hilir Sungai, kalau
Baca selengkapnya

Bab 108: Malaki Ditantang Berkelahi

Dato Kalio sendiri sudah tua, umurnya di taksir Malaki tak jauh beda dengan Panglima Ki Parong, yakni sekitar 55 atau 57 tahunan.Tapi penampilan Dato Kalio terlihat flamboyant, pakaiannya mewah dan pakai topi seperti ala-ala Raja Melayu.Saat berdiri, Dato Kalio tingginya hampir sama dengan Malaki, hanya perutnya sedikit buncit, sedangkan Malaki rata dan agak kurus.“Pendekar Pekok…atau Pangeran Malaki, luar biasa kami benar-benar mendapatkan kehormatan hari ini di kunjungi seorang pangeran yang sangat tampan dan memiliki kesaktian luar biasa seperti anda!” sambut Dato Kalio dan langsung memeluk Malaki dengan erat.Malaki sampai jengah sendiri, ternyata Dato Kalio bukan menganggapnya musuh, tapi bak sahabat lama yang baru berkunjung kembali.Padahal Malaki sudah berpikir sejak kemarin, agaknya dia akan terlibat bentrok dengan ayah dari Tengku Mimi ini.Malaki pun lalu balas menjura hormat, Dato Kalio terlihat makin senang
Baca selengkapnya

Bab 109: Kejutan Buat Pendekar Pekok

Kini tangan keduanya saling melekat, Malaki lalu otomatis mengeluarkan jurus membetok sukma di tangan kanan, di saat Dato Kalio menerjang dengan menambah daya tenaga dalamnya, tangan kiri Malaki justru mengembalikan tenaga dalam maha dingin dari Dato Kalio ini.Kaget lah Pendekar Harimau ini, tak menyangka musuhnya luar biasa hebatnya, karena mengembalikan tenaganya melalui tangan kiri.“Gilaa…ini benar-benar ilmu setan, mampu mengembalikan tenagaku melalui tangan satunya!” pucatlah wajah Dato Kalio, karena dia menerima pukulan tenaganya sendiri yang membalik.Tapi saat Malaki melirik ke samping dan melihat kehadiran Tengku Mimi, Malaki langsung teringat kalau dia menang maka Dato Kalio akan menyerahkan anaknya pada Malaki untuk belajar silat.Malaki lalu menurunkan tenaganya, secara otomatis daya sedotnya juga berkurang dan akibatnya dia menerima hantaman keras di dalam dadanya, akibat pukulan dahsyat dan dingin dari tenaga dalam Dato
Baca selengkapnya

Bab 110: Ancaman Buat Dua Kerajaan

“Aku pensiun satu tahun yang lalu sebagai menteri, kemudian membuka padepokan di sini, sesekali aku masih dipanggil sebagai penasehat kerajaan, usiaku sudah 60 tahunan lebih, dan akupun terlambat memiliki anak. Saat usiaku sudah 44 tahun lebih, barulah istri ke empatku hamil, dan lahirlah Tengku Mimi ini!” ungkap Dato Kalio sambil tertawa.Tengku Mimi tersenyum malu-malu, dan Malaki harus mengakui betapa jelitanya Tengku Mimi, belakangan dia baru tahu, ibu Tengku Mimi ternyata seorang putri campuran, yakni campuran melayu dan barat, sehingga kecantikan Putri Mimi sangat khas dan tentu saja cocok dengan julukannya ‘Mata Bidadari’.Sebab kecantikan Mimi benar-benar bak bidadari saja, menurut Dato Kalio, sudah tak terhitung para pria ingin melamar putrinya ini. Tapi semuanya di tolak putrinya, dengan alasan saat bertanding silat, tak mampu mengalahkannya.Ada satu cerita dari Dato Kalio yang membuat Malaki tertarik, soal Jenderal Lapi tadi,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
54
DMCA.com Protection Status