Beranda / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 91 - Bab 100

537 Bab

Bab 91: Siasat Pangeran Biju

Ibu Kinanti, Putri Mani tergopoh keluar dari rumah mendengar bentakan suaminya ini terhadap Kinanti. Suara Pangeran Biju yang mengguntur terdengar sampai ke dalam Istana mereka, itulah yang membuat Putri Mani keluar dan mencari tahu apa yang terjadi antara putri tunggalnya dan suaminya ini.“Ada apa kanda, kok anak sendiri di marahin sampai segitunya!” kata Putri Mani sambil mendekati suaminya ini.“Kamu liat perut Kinanti…?” kata Pangeran Biju masih dengan wajah marah. Putri Mani langsung menatap tubuh putri kesayangannya ini dan dia pun kaget bukan main melihat Kinanti yang kini hanya bisa menunduk, karena tidak ada gunanya lagi dia menyembunyikan kehamilannya yang sudah berusia 5 bulanan ini.Putri Mani lalu mendekati Kinanti lalu menatap wajah cantik putri kesayangannya ini.“Kinanti…benarkah kamu hamil…siapa laki-laki yang telah menghamili kamu?” Kinanti hanya diam tak berani menjawab.P
Baca selengkapnya

Bab 92: Diawasi Musuh

Memang dibandingkan Perguruan Warik Putih yang cenderung lebih dekat dengan Prabu Dipa, kedua perguruan ini lebih dekat dan sering berhubungan dengan Pangeran Biju dan juga Pangeran Kurna.Diam-diam juga kedua perguruan besar ini ada sesuatu yang di janjikan, tentu saja tak semuanya tahu apalagi menyetujuinya.Tapi ada oknum-oknum tertentu yang bermain api dan mempunyai ambisi besar, tentunya tanpa sepengetahuan guru besar mereka.  Orang-orang ‘haus kekuasaan’ inilah yang sangat antusias membantu untuk turut membunuh Pendekar Pekok.  Ki Yatu dan Ki Tana bagi tugas, Ki Yatu menemui Tiga Pendekar Tasbeh Setan yang kini bertapa di gunung, sedangkan Ki Tana berangkat cepat menemui Ki Dardo, Pendekar Cangklong yang tinggal di daerah perbatasan, seorang tokoh hitam berilmu tinggi yang hidup bak raja di sana.Ki Dardo datang bersama dua sohibnya yang kesaktiannya tak kalah hebatnya, yakni Ki Mandor dan Ki Tara.Mereka diam-diam
Baca selengkapnya

Bab 93: Malaki jadi Target

Malaki mendekat perlahan dan kini hanya berjarak satu tombak dengan keduanya. “Siapa kalian dan apa tujuan kalian ingin membunuhku?” tanya Malaki pelan.“Persetannn dengan kauu…aukkkhhh aduhhhh ampunnnn!” orang yang melempar pisau tadi langsung berteriak kesakitan, saat sebuah pisau kembali di lemparkan Malaki dan tepat mengenai paha orang tersebut.“Cepat sebutkan, sebelum dua pisau sisa ini menembus jantung kalian dan mengakhiri riwayat kalian berdua!” ancam Malaki dingin.“Ampunnn…kami berdua hanya suruhan dari…aukkk..!” kedua orang ini langsung terdiam, Malaki melompat bak kilat mengejar pembokong yang mengirim senjata rahasia kepada dua orang di depannya ini.Tapi yang mengirimkan senjata rahasia itu sudah sangat jauh melompat melewati atap-atap rumah warga, Malaki lalu melempar dengan kecepatan kilat sisa dua pisau tadi ke si pembokong itu, tapi sang pembokong dengan lihai bersalto
Baca selengkapnya

Bab 94: Dikeroyok Tokoh-tokoh Sakti

Keluluhan Rani bukan karena pemberian dan juga perhatian Palasi yang di anggap Rani palsu, tapi itu semua karena sakit hatinya dengan Malaki.Sejak pertemuannya dengan Malaki yang sangat menyakitkan Rani di pegunungan Meratus dulu,Hati Rani bak terbakar saking cemburunya, karena menyaksikan langsung Malaki sangat akrab dengan Kinanti, ketika golongan putih dan hitam bentrok untuk memperebutkan kitab peninggalan Kakek Berhati Emas, yang akhirnya secara tak sengaja malah jatuh ke tangan Kinanti dan Malaki.Rani pun menerima cinta Palasi, walaupun dia tak cinta pria playboy ini, tapi rasa sakit hatinya menutupi semuanya. Namun setiap kali bercinta, Rani seakan mematikan indera nya, dia bak batang pisang, dingin-dingin saja.Sehingga Palasi lama-lama mulai bosan juga dengan Rani, karena dia bak menikmati badan mati setipa kali bercinta, tak ada sama sekali kemesraan, layaknya orang pacaran.Namun, ingin berbuat serong dengan wanita lain, Palasi masih
Baca selengkapnya

Bab 95: Rani Terluka Parah

“Tunggu apalagi, sakit kupingku dia ngoceh terus, sikat sekarang juga biar jasadnya jadi makanan cacing tanah!” sungut Ki Dardo, kini dia sudah mengisi cangklongnya dengan tembakaunya, asap berbau sangit pun terbang ke sana ke mari dan Ki Dardo sengaja meniup keras ke arah Malaki.Serangan pertama sudah dilancarkan Ki Dardo, lalu di susul serangan dahsyat berikutnya dari Tiga Pendekar tasbeh Setan.Tak tinggal diam, di susul serangan tak kalah dahsyatnya dari Ki Yatu dan Ki Tana. Ki Mandor dan Ki Tara kini ikut menyerang, termasuk Nyai Mawar dan 3 pengkutnya.Pendekar Pekok telah di keroyok 12 orang sekaligus yang memiliki kesaktian sangat tinggi. Ia langsung mencabut Pedang Bengkoknya dan memutar sedemikian rupa, sehingga semua serangan itu mental.Tapi serangan pertama itu terus susul menyusul bak air bah tiada jeda, bahkan mereka seakan tidak ingin memberikan Malaki kesempatan untuk membalas, debu-debu beterbangan termasuk daun-daun kering
Baca selengkapnya

Bab 96: Terkuaklah Rahasia Malaki

“Sudah cukup Malaki….agaknya nyawaku sudah tak bisa tertolong lagi…!” Malaki menggelengkan kepala dan bilang masih ada harapan sembuh.“Aku akan membawa kamu ke guruku Pendekar Sapu Jagat, pasti beliau akan mampu menyembuhkan kamu Rani!”“Tak mungkin…kalau kamu ingin membawa ke tempat Gurumu pasti sudah terlambat!” sahut Rani sambil menahan perih di dadanya.“Rani…kamu masih ingat daun yang dulu kita makan, aku akan membawa kamu ke sana lagi, agaknya itu lebih dekat daripada kita mencari guru yang kadang merantau kemana-mana!” Malaki langsung mengangkat tubuh Rani dan bak terbang saja dia menggendong tubuh ini secepat-cepatnya menuju ke gua di mana dulu mereka menemukan daun ajaib tersebut.Cukup jauh tempat di mana dulu Malaki dan Rani terjatuh ke dalam jurang dan sangkut di dalam gua setelah Rani terkena pukulan Ki Sunu, Ki Gambol dan Ki Jerangkong, lalu keduanya memakan daun Aj
Baca selengkapnya

Bab 97: Kondisi Rani Makin Payah

Mereka diam-diam mengontak seorang tokoh golongan hitam, yang berilmu tinggi untuk menculik kembali salah satu pangeran kembar itu dan rencananya akan mempermalukan permaisuri, lalu kelak permaisuri itu di salahkan dan dihukum gantung dan kedua bayi itu kelak akan ikut di bunuh, sehingga putra selir itulah yang akhirnya jadi raja.Namun, rencana yang sudah tersusun sangat rahasia dan rapi gagal total, Ki Sunu atau Jubah Tengkorak memang sukses merampas pangeran terbuang ini dari Bik Selai bahkan membunuh mantan Inang Pengasuh Istana ini, lalu di sebarkan berita kalau Bik Selai korban perampokan.Sementara saudara Bik Selai, yakni Bik Ora bisa selamat berkat pertolongan Pendekar Sapu Jagat yang kebetulan lewat di kampung itu, yang secara kebetulan mendengar rintihan Bik Ora yang terluka parah di tengah hutan.Pendekar ini lalu menolong Bik Ora dan dia mendengar keterangan Bik Ora, lalu bergegas menyusul kemana larinya Ki Sunu membawa kabur bayi malang itu. Sayang
Baca selengkapnya

Bab 98: Berpisah Dengan Rani Selamanya

“Maafkan aku Malaki, atau kini kamu Pangeran Malaki…ambisiku terlalu tinggi, sehingga aku meninggalkan kamu dan tidak mau terbuka soal anak kita. Seandainya aku sabar dan tau kamu seorang pangeran, sampai matipun aku tak bakal meninggalkan kamu, kecuali maut memisahkan kita…aku sampai kini tetap mencintai kamu…!” Rani meneteskan airmata.Malaki terdiam tak bisa berkata-kata, dia lalu memeluk tubuh Rani dan berbisik sama, kalau sampai detik ini cintanya terhadap Rani tak pernah berubah, walaupun dia kini di kenal sebagai pendekar romantis, saking tak pernah menolak cinta kasih wanita, tapi Malaki tak bisa melupakan cinta pertamanya pada sosok Rani ini.Malaki tak sadar, saat mengucapkan kalimat itu, Rani tersenyum bahagia dan kepalanya lalu terkulai lemah.Kebahagian dia akhirnya mengantar nyawanya sendiri, Rani meninggal dalam pelukan kekasihnya ini, yang telah memberinya seorang anak laki-laki.Rani meninggal sambil terse
Baca selengkapnya

Bab 99: Pendekar Pekok di Fitnah

Istana Kerajaan Hilir Sungai…Prabu Dipa dan Panglima Jenderal Ki Parong kini terdiam menyimak ucapan Pangeran Kurna, salah satu Menteri dan juga saudara se ayah Prabu Dipa, kedua orang yang paling berpengaruh di Kerajaan Hilir Sungai ini antara percaya dan tidak mendengar penuturan Pangeran Kurna ini.“Jadi…gerakan pemberontakan itu kembali bangkit…tapi kali ini berbeda pelakunya?”“Betul sekali Kanda Prabu, Pendekar Pekok sudah tahu jati dirinya sebagai saudara kembar Prabu Dipa, dia lalu sakit hati dan ingin mengambil mahkota itu dari Prabu Dipa, diam-diam juga dia telah menjalin kontak dengan beberapa panglima dari Kerajaan Surata!” kata Pangeran Kurna menyakinkan Prabu Dipa.Darimana Pangeran Kurna tahu kisah ini, tak lain dan tak bukan dari Pangeran Biju, pangeran ini akrab dengan mendiang Ki Sunu atau Pendekar Jubah Tengkorak, sehingga jati diri Pendekar Pekok terbongkar.Awalnya Pengeran Biju jug
Baca selengkapnya

Bab 100: Dikeroyok Pangeran Biju Cs

Mereka lalu membahas tentang marahnya Pangeran Biju dan Putri Mina, orang tua Kinanti gara-gara kehamilannya ini. Kinanti malah berujar setelah melahirkan, dia ingin mengikuti kemana saja Malaki merantau.“Kita akan merantau bertiga dengan anak kita sayang, aku bosan berada di rumah terus, pokoknya setelah bayi kita lahir, aku akan menyusul abang!” Malaki langsung mengangguk dan bilang dia pun akan menjemput langsung Kinanti, kalau kelak sudah melahirkan.“Aku masih punya tugas Kinanti…yakni ingin bertemu Ibu Suri sekaligus sowan ke Baginda Prabu Dipa!”“Iyaaah, sebaiknya cepat kamu lakukan Bang, eh Pangeran, duhh yang mana nih enaknya!” Kinanti tertawa sambil memeluk Malaki.Setelah berbincang lama, sambil mengatur siasat, keduanya sempat lepas kangen sebentar, lalu Malaki pun kembali ke jendela dan berjanji akan ke sini lagi menjemput Kinanti dan bayi mereka.Malaki tentu saja tak sadar, sej
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
54
DMCA.com Protection Status