“Sudah cukup Malaki….agaknya nyawaku sudah tak bisa tertolong lagi…!” Malaki menggelengkan kepala dan bilang masih ada harapan sembuh.
“Aku akan membawa kamu ke guruku Pendekar Sapu Jagat, pasti beliau akan mampu menyembuhkan kamu Rani!”
“Tak mungkin…kalau kamu ingin membawa ke tempat Gurumu pasti sudah terlambat!” sahut Rani sambil menahan perih di dadanya.
“Rani…kamu masih ingat daun yang dulu kita makan, aku akan membawa kamu ke sana lagi, agaknya itu lebih dekat daripada kita mencari guru yang kadang merantau kemana-mana!” Malaki langsung mengangkat tubuh Rani dan bak terbang saja dia menggendong tubuh ini secepat-cepatnya menuju ke gua di mana dulu mereka menemukan daun ajaib tersebut.
Cukup jauh tempat di mana dulu Malaki dan Rani terjatuh ke dalam jurang dan sangkut di dalam gua setelah Rani terkena pukulan Ki Sunu, Ki Gambol dan Ki Jerangkong, lalu keduanya memakan daun Aj
Mereka diam-diam mengontak seorang tokoh golongan hitam, yang berilmu tinggi untuk menculik kembali salah satu pangeran kembar itu dan rencananya akan mempermalukan permaisuri, lalu kelak permaisuri itu di salahkan dan dihukum gantung dan kedua bayi itu kelak akan ikut di bunuh, sehingga putra selir itulah yang akhirnya jadi raja.Namun, rencana yang sudah tersusun sangat rahasia dan rapi gagal total, Ki Sunu atau Jubah Tengkorak memang sukses merampas pangeran terbuang ini dari Bik Selai bahkan membunuh mantan Inang Pengasuh Istana ini, lalu di sebarkan berita kalau Bik Selai korban perampokan.Sementara saudara Bik Selai, yakni Bik Ora bisa selamat berkat pertolongan Pendekar Sapu Jagat yang kebetulan lewat di kampung itu, yang secara kebetulan mendengar rintihan Bik Ora yang terluka parah di tengah hutan.Pendekar ini lalu menolong Bik Ora dan dia mendengar keterangan Bik Ora, lalu bergegas menyusul kemana larinya Ki Sunu membawa kabur bayi malang itu. Sayang
“Maafkan aku Malaki, atau kini kamu Pangeran Malaki…ambisiku terlalu tinggi, sehingga aku meninggalkan kamu dan tidak mau terbuka soal anak kita. Seandainya aku sabar dan tau kamu seorang pangeran, sampai matipun aku tak bakal meninggalkan kamu, kecuali maut memisahkan kita…aku sampai kini tetap mencintai kamu…!” Rani meneteskan airmata.Malaki terdiam tak bisa berkata-kata, dia lalu memeluk tubuh Rani dan berbisik sama, kalau sampai detik ini cintanya terhadap Rani tak pernah berubah, walaupun dia kini di kenal sebagai pendekar romantis, saking tak pernah menolak cinta kasih wanita, tapi Malaki tak bisa melupakan cinta pertamanya pada sosok Rani ini.Malaki tak sadar, saat mengucapkan kalimat itu, Rani tersenyum bahagia dan kepalanya lalu terkulai lemah.Kebahagian dia akhirnya mengantar nyawanya sendiri, Rani meninggal dalam pelukan kekasihnya ini, yang telah memberinya seorang anak laki-laki.Rani meninggal sambil terse
Istana Kerajaan Hilir Sungai…Prabu Dipa dan Panglima Jenderal Ki Parong kini terdiam menyimak ucapan Pangeran Kurna, salah satu Menteri dan juga saudara se ayah Prabu Dipa, kedua orang yang paling berpengaruh di Kerajaan Hilir Sungai ini antara percaya dan tidak mendengar penuturan Pangeran Kurna ini.“Jadi…gerakan pemberontakan itu kembali bangkit…tapi kali ini berbeda pelakunya?”“Betul sekali Kanda Prabu, Pendekar Pekok sudah tahu jati dirinya sebagai saudara kembar Prabu Dipa, dia lalu sakit hati dan ingin mengambil mahkota itu dari Prabu Dipa, diam-diam juga dia telah menjalin kontak dengan beberapa panglima dari Kerajaan Surata!” kata Pangeran Kurna menyakinkan Prabu Dipa.Darimana Pangeran Kurna tahu kisah ini, tak lain dan tak bukan dari Pangeran Biju, pangeran ini akrab dengan mendiang Ki Sunu atau Pendekar Jubah Tengkorak, sehingga jati diri Pendekar Pekok terbongkar.Awalnya Pengeran Biju jug
Mereka lalu membahas tentang marahnya Pangeran Biju dan Putri Mina, orang tua Kinanti gara-gara kehamilannya ini. Kinanti malah berujar setelah melahirkan, dia ingin mengikuti kemana saja Malaki merantau.“Kita akan merantau bertiga dengan anak kita sayang, aku bosan berada di rumah terus, pokoknya setelah bayi kita lahir, aku akan menyusul abang!”Malaki langsung mengangguk dan bilang dia pun akan menjemput langsung Kinanti, kalau kelak sudah melahirkan.“Aku masih punya tugas Kinanti…yakni ingin bertemu Ibu Suri sekaligus sowan ke Baginda Prabu Dipa!”“Iyaaah, sebaiknya cepat kamu lakukan Bang, eh Pangeran, duhh yang mana nih enaknya!” Kinanti tertawa sambil memeluk Malaki.Setelah berbincang lama, sambil mengatur siasat, keduanya sempat lepas kangen sebentar, lalu Malaki pun kembali ke jendela dan berjanji akan ke sini lagi menjemput Kinanti dan bayi mereka.Malaki tentu saja tak sadar, sej
Tentu saja yang paling berbahaya adalah serangan Pangeran Biju dan dua temannya, serta serangan sepasang pendekar iblis, yang justru makin lihai walaupun hanya memiliki masing-masing satu lengan.Berkat latihan keras mereka selama berbulan-bulan dan membawa hati yang luar biasa dendamnya terhadap Malaki.Keributan di taman Pangeran Biju ternyata diketahui Panglima Ki Parong, anak buahnya melaporkan terjadi keributan di taman belakang sang pangeran itu.“Pendekar Pekok di keroyok puluhan orang, pertarungan sedang berlangsung!” lapor prajurit berpakain preman itu, yang merupakan salah satu telik sandi panglima ini.Panglima yang memiliki kesaktian tinggi ini lalu mengontak 5 pengawalnya yang sangat lihai, diiringi 200 prajurit mereka langsung mendatangi keributan itu.Begitu tiba, Panglima Ki Parong ikut berdecak kagum melihat Malaki di keroyok sedemikian rupa oleh puluhan pendekar sakti, tapi tak terlihat dia terdesak, malah Malaki beber
Pangeran Biju lalu mengajak ke 20 orang yang ternyata juga kepayahan dan banyak yang menderita pukulan tenaga dalam untuk kembali ke Istananya dan mengobati lukanya masing-masing.“Luar biasa…belum pernah aku melihat pendekar yang sehebat dan setangguh Pendekar Pekok!” kata Ki Palor dari perguruan Kuyuk Hitam, dalam hati yang paling dalam, Ki Palor sebetulnya tak yakin kalau Pendekar Pekok ini pemberontak.Dia sempat kenal saat dulu sama-sama mencari kitab Kakek Berhati Emas di pegunungan Meratus dan dia sudah simpati dengan jiwa pendekar Malaki ini.Namun, karena perintah dari salah seorang gurunya, agar membantu Pangeran Biju, diapun terpaksa mengikuti dan ikut mengeroyok Pendekar Pekok.Dia tahu, diam-diam salah satu gurunya itu mempunyai ambisi tinggi, yakni ingin jadi Menteri di kerajaan ini, padahal guru besar mereka yakni Ki Turangga, sangat melarang semua guru-guru dan ribuan muridnya ikut-ikutan berpolitik.“Padepo
“Sebenarnya, Putri Selasih itu yang pertama akan dijadikan ayahanda kamu sebagai Putri Permaisuri, namun ayahanda kamu lebih memilih bunda kamu ini sebagai permaisuri dan Putri Selasih jadi selir pertama!” kata Putri Kirna.Putri Kirna mengisahkan saat dulu muda, sang raja di sodorkan dua wanita cantik untuk di jadikan permaisuri, dan sudah bisa di tebak Putri Kirna yang berpenampilan lembut dan suka tersenyum jadi pilihan Prabu Kerta untuk di jadikan Ratu dan Putri Selasih terima nasib sebagai Selir utama.Pertentangan kedua putri cantik itu terus berlanjut hingga keduanya sama-sama melahirkan putra.“Nahh saat Ibunda kamu ini melahirkan bayi kembar, mereka menyusun fitnah keji, kalau lahir kembar maka salah satu bayi harus di bunuh, karena akan berbahaya bagi kerajaan. Ayahanda kamu Prabu Kerta percaya sekali dengan ucapan Tabib Safar yang sejak dulu akrab dengan Putri Selasih itu,” kata Putri Kirna.Untungnya Putri Kirna yang sa
Malamnya, Malaki dengan kesaktiannya yang tinggi berhasil masuk ke rumah Panglima Ki Parong, ternyata penjagaan di rumah panglima ini sangat longgar.Tak seketat lingkungan Istana Pangeran Biju, padahal sebagai panglima yang membawahi ratusan ribu prajurit, sangat wajar sebenarnya Istana Panglima ini di jaga ketat.Tapi siapa juga yang berani mati mengganggu kediaman Panglima yang terkenal memiliki kesaktian tinggi ini.Panglima Ki Parong hanya kaget sebentar saat melihat Malaki yang tiba-tiba sudah berada di rumahnya, saat dia santai di taman belakang bersama anak kesayangannya, Putri Galuh.“Ihh Pendekar Pekok, bikin kaget aja tiba-tiba muncul di sini!” seru Putri Galuh yang duluan menyapa, tadi ia sempat terkejut dengan kehadiran Malaki.Malaki langsung bersikap hormat pada putri cantik ini.“Putriku…kamu harus segera menghormat balik dia, karena Pendekar Pekok ini adik dari Prabu Dipa, berarti dia saat ini adalah
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma