Pangeran Biju lalu mengajak ke 20 orang yang ternyata juga kepayahan dan banyak yang menderita pukulan tenaga dalam untuk kembali ke Istananya dan mengobati lukanya masing-masing.
“Luar biasa…belum pernah aku melihat pendekar yang sehebat dan setangguh Pendekar Pekok!” kata Ki Palor dari perguruan Kuyuk Hitam, dalam hati yang paling dalam, Ki Palor sebetulnya tak yakin kalau Pendekar Pekok ini pemberontak.
Dia sempat kenal saat dulu sama-sama mencari kitab Kakek Berhati Emas di pegunungan Meratus dan dia sudah simpati dengan jiwa pendekar Malaki ini.
Namun, karena perintah dari salah seorang gurunya, agar membantu Pangeran Biju, diapun terpaksa mengikuti dan ikut mengeroyok Pendekar Pekok.
Dia tahu, diam-diam salah satu gurunya itu mempunyai ambisi tinggi, yakni ingin jadi Menteri di kerajaan ini, padahal guru besar mereka yakni Ki Turangga, sangat melarang semua guru-guru dan ribuan muridnya ikut-ikutan berpolitik.
“Padepo
“Sebenarnya, Putri Selasih itu yang pertama akan dijadikan ayahanda kamu sebagai Putri Permaisuri, namun ayahanda kamu lebih memilih bunda kamu ini sebagai permaisuri dan Putri Selasih jadi selir pertama!” kata Putri Kirna.Putri Kirna mengisahkan saat dulu muda, sang raja di sodorkan dua wanita cantik untuk di jadikan permaisuri, dan sudah bisa di tebak Putri Kirna yang berpenampilan lembut dan suka tersenyum jadi pilihan Prabu Kerta untuk di jadikan Ratu dan Putri Selasih terima nasib sebagai Selir utama.Pertentangan kedua putri cantik itu terus berlanjut hingga keduanya sama-sama melahirkan putra.“Nahh saat Ibunda kamu ini melahirkan bayi kembar, mereka menyusun fitnah keji, kalau lahir kembar maka salah satu bayi harus di bunuh, karena akan berbahaya bagi kerajaan. Ayahanda kamu Prabu Kerta percaya sekali dengan ucapan Tabib Safar yang sejak dulu akrab dengan Putri Selasih itu,” kata Putri Kirna.Untungnya Putri Kirna yang sa
Malamnya, Malaki dengan kesaktiannya yang tinggi berhasil masuk ke rumah Panglima Ki Parong, ternyata penjagaan di rumah panglima ini sangat longgar.Tak seketat lingkungan Istana Pangeran Biju, padahal sebagai panglima yang membawahi ratusan ribu prajurit, sangat wajar sebenarnya Istana Panglima ini di jaga ketat.Tapi siapa juga yang berani mati mengganggu kediaman Panglima yang terkenal memiliki kesaktian tinggi ini.Panglima Ki Parong hanya kaget sebentar saat melihat Malaki yang tiba-tiba sudah berada di rumahnya, saat dia santai di taman belakang bersama anak kesayangannya, Putri Galuh.“Ihh Pendekar Pekok, bikin kaget aja tiba-tiba muncul di sini!” seru Putri Galuh yang duluan menyapa, tadi ia sempat terkejut dengan kehadiran Malaki.Malaki langsung bersikap hormat pada putri cantik ini.“Putriku…kamu harus segera menghormat balik dia, karena Pendekar Pekok ini adik dari Prabu Dipa, berarti dia saat ini adalah
Malaki ke sana terus kemari mencari informasi keberadaan Nyai Mawar, tapi rata-rata tidak ada yang tahu, kemana wanita yang suka berpakaian mewah warna merah ini pindah.Malaki kemudian terus menyusuri jejak Nyai Mawar dan dia terpaksa jauh kembali meninggalkan Ibukota Kerajaan Hilir Sungai.Pendekar Romantis ini tak tahu kalau istrinya Putri Kinanti telah melahirkan anak mereka, yakni seorang putri cantik. Tanpa terasa perjalanan Malaki mencari anaknya bernama Sembara kini telah sangat jauh hingga daerah Barat, yang justru dekat dengan Kerajaan Surata, kerajaan yang di sebut sebagai musuh sengit Kerajaan Hilir Sungai padahal bertetangga.Malaki kini memasuki Kadipaten Serawak Timur, yang merupakan masuk wilayah kerajaan yang selalu bermusuhan dengan Kerajaan Hilir Sungai sejak dulu. Tak ada kekhawatiran sang pendekar sakti ini akan di curigai sebagai penyusup oleh penjaga keamanan Kerajaan Surata.Kenapa Malaki sampai ke daerah ini, karena dia dapat info
“Heeiii kamu tak tahu apa-apa siapa yang mau kami ambil hartanya, itu adalah rentenir yang suka meminjamkan uang pada warga, lalu minta warga bayar dengan bunga berlipat-lipat. Kalau warga tak mau membayar mereka merampas harta warga. Nah kami ingin mengambil kembali harta-harta itu, lalu akan di kembalikan lagi ke warga yang mereka rampas tadi!” ceplos Mimi dengan nada suara tinggi. Dusman dan Nalini sangat kaget, mereka saling pandang lalu menatap Mimi dan Malaki bergantian.“Ohhh…kalau begitu kamu minta maaf gad…!” Dusman terdiam kembali karena kalimat terpotong ucapan Mimi.“Panggil aku Mimi…bukan gadis tau…eh aku masih gadis, belum punya suami!” potong Mimi ketus tapi mimiknya kini terlihat lucu, Malaki langsung tertawa kecil.“Ohh hanya itu masalahnya, ya udah Mimi, kedua rekanku ini sudah minta maaf, maka ku harap Mimi dan kawan-kawan mau memaafkan persoalan ke
Malaki tanpa banyak cincong langsung mengangguk dan pria tak di kenal ini lalu menyodorkan surat dan dia lalu permisi dengan Langkah terburu-buru.“Pangeran Malaki…jadi abang ini…?” Nalini termasuk Dusman masih menatap wajah Malaki hampir tak percaya kalau Pendekar Pekok ini adalah seorang Pangeran di Kerajaan Hilir Sungai.Malaki mengangguk, lalu menghela nafas panjang sambil menatap suami istri pendekar ini.“Baiklah aku akan cerita pada kalian berdua kenapa aku kini di sebut Pangeran, ku anggap kalian bukan orang lain bagiku, kalian bak adik-adiku sendiri dan berhak tahu siapa adanya diriku kini…!”Dusman dan Nalini kini yakin se yakinnya, karena secara tak sengaja keduanya melihat kalung mutiara yang menyembul dari balik jubah Malaki.Mereka berdua tahu, hanya para pangeran saja yang memiliki kalung istimewa ini, dan pangeran itu harus lahir dari Raja dan Ratu Permaisuri Kerajaan Hilir Sungai, kalau
Dato Kalio sendiri sudah tua, umurnya di taksir Malaki tak jauh beda dengan Panglima Ki Parong, yakni sekitar 55 atau 57 tahunan.Tapi penampilan Dato Kalio terlihat flamboyant, pakaiannya mewah dan pakai topi seperti ala-ala Raja Melayu.Saat berdiri, Dato Kalio tingginya hampir sama dengan Malaki, hanya perutnya sedikit buncit, sedangkan Malaki rata dan agak kurus.“Pendekar Pekok…atau Pangeran Malaki, luar biasa kami benar-benar mendapatkan kehormatan hari ini di kunjungi seorang pangeran yang sangat tampan dan memiliki kesaktian luar biasa seperti anda!” sambut Dato Kalio dan langsung memeluk Malaki dengan erat.Malaki sampai jengah sendiri, ternyata Dato Kalio bukan menganggapnya musuh, tapi bak sahabat lama yang baru berkunjung kembali.Padahal Malaki sudah berpikir sejak kemarin, agaknya dia akan terlibat bentrok dengan ayah dari Tengku Mimi ini.Malaki pun lalu balas menjura hormat, Dato Kalio terlihat makin senang
Kini tangan keduanya saling melekat, Malaki lalu otomatis mengeluarkan jurus membetok sukma di tangan kanan, di saat Dato Kalio menerjang dengan menambah daya tenaga dalamnya, tangan kiri Malaki justru mengembalikan tenaga dalam maha dingin dari Dato Kalio ini.Kaget lah Pendekar Harimau ini, tak menyangka musuhnya luar biasa hebatnya, karena mengembalikan tenaganya melalui tangan kiri.“Gilaa…ini benar-benar ilmu setan, mampu mengembalikan tenagaku melalui tangan satunya!” pucatlah wajah Dato Kalio, karena dia menerima pukulan tenaganya sendiri yang membalik.Tapi saat Malaki melirik ke samping dan melihat kehadiran Tengku Mimi, Malaki langsung teringat kalau dia menang maka Dato Kalio akan menyerahkan anaknya pada Malaki untuk belajar silat.Malaki lalu menurunkan tenaganya, secara otomatis daya sedotnya juga berkurang dan akibatnya dia menerima hantaman keras di dalam dadanya, akibat pukulan dahsyat dan dingin dari tenaga dalam Dato
“Aku pensiun satu tahun yang lalu sebagai menteri, kemudian membuka padepokan di sini, sesekali aku masih dipanggil sebagai penasehat kerajaan, usiaku sudah 60 tahunan lebih, dan akupun terlambat memiliki anak. Saat usiaku sudah 44 tahun lebih, barulah istri ke empatku hamil, dan lahirlah Tengku Mimi ini!” ungkap Dato Kalio sambil tertawa.Tengku Mimi tersenyum malu-malu, dan Malaki harus mengakui betapa jelitanya Tengku Mimi, belakangan dia baru tahu, ibu Tengku Mimi ternyata seorang putri campuran, yakni campuran melayu dan barat, sehingga kecantikan Putri Mimi sangat khas dan tentu saja cocok dengan julukannya ‘Mata Bidadari’.Sebab kecantikan Mimi benar-benar bak bidadari saja, menurut Dato Kalio, sudah tak terhitung para pria ingin melamar putrinya ini. Tapi semuanya di tolak putrinya, dengan alasan saat bertanding silat, tak mampu mengalahkannya.Ada satu cerita dari Dato Kalio yang membuat Malaki tertarik, soal Jenderal Lapi tadi,
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma