Dato Kalio sendiri sudah tua, umurnya di taksir Malaki tak jauh beda dengan Panglima Ki Parong, yakni sekitar 55 atau 57 tahunan.
Tapi penampilan Dato Kalio terlihat flamboyant, pakaiannya mewah dan pakai topi seperti ala-ala Raja Melayu.
Saat berdiri, Dato Kalio tingginya hampir sama dengan Malaki, hanya perutnya sedikit buncit, sedangkan Malaki rata dan agak kurus.
“Pendekar Pekok…atau Pangeran Malaki, luar biasa kami benar-benar mendapatkan kehormatan hari ini di kunjungi seorang pangeran yang sangat tampan dan memiliki kesaktian luar biasa seperti anda!” sambut Dato Kalio dan langsung memeluk Malaki dengan erat.
Malaki sampai jengah sendiri, ternyata Dato Kalio bukan menganggapnya musuh, tapi bak sahabat lama yang baru berkunjung kembali.
Padahal Malaki sudah berpikir sejak kemarin, agaknya dia akan terlibat bentrok dengan ayah dari Tengku Mimi ini.
Malaki pun lalu balas menjura hormat, Dato Kalio terlihat makin senang
Kini tangan keduanya saling melekat, Malaki lalu otomatis mengeluarkan jurus membetok sukma di tangan kanan, di saat Dato Kalio menerjang dengan menambah daya tenaga dalamnya, tangan kiri Malaki justru mengembalikan tenaga dalam maha dingin dari Dato Kalio ini.Kaget lah Pendekar Harimau ini, tak menyangka musuhnya luar biasa hebatnya, karena mengembalikan tenaganya melalui tangan kiri.“Gilaa…ini benar-benar ilmu setan, mampu mengembalikan tenagaku melalui tangan satunya!” pucatlah wajah Dato Kalio, karena dia menerima pukulan tenaganya sendiri yang membalik.Tapi saat Malaki melirik ke samping dan melihat kehadiran Tengku Mimi, Malaki langsung teringat kalau dia menang maka Dato Kalio akan menyerahkan anaknya pada Malaki untuk belajar silat.Malaki lalu menurunkan tenaganya, secara otomatis daya sedotnya juga berkurang dan akibatnya dia menerima hantaman keras di dalam dadanya, akibat pukulan dahsyat dan dingin dari tenaga dalam Dato
“Aku pensiun satu tahun yang lalu sebagai menteri, kemudian membuka padepokan di sini, sesekali aku masih dipanggil sebagai penasehat kerajaan, usiaku sudah 60 tahunan lebih, dan akupun terlambat memiliki anak. Saat usiaku sudah 44 tahun lebih, barulah istri ke empatku hamil, dan lahirlah Tengku Mimi ini!” ungkap Dato Kalio sambil tertawa.Tengku Mimi tersenyum malu-malu, dan Malaki harus mengakui betapa jelitanya Tengku Mimi, belakangan dia baru tahu, ibu Tengku Mimi ternyata seorang putri campuran, yakni campuran melayu dan barat, sehingga kecantikan Putri Mimi sangat khas dan tentu saja cocok dengan julukannya ‘Mata Bidadari’.Sebab kecantikan Mimi benar-benar bak bidadari saja, menurut Dato Kalio, sudah tak terhitung para pria ingin melamar putrinya ini. Tapi semuanya di tolak putrinya, dengan alasan saat bertanding silat, tak mampu mengalahkannya.Ada satu cerita dari Dato Kalio yang membuat Malaki tertarik, soal Jenderal Lapi tadi,
“Paman, apakah pernah mendengar Padepokan Mawar Merah yang dipimpin Nyai Mawar?” tanya Malaki, kini Malaki sengaja bertanya soal padepokan milik Nyai Mawar ini.Dato Kalio terdiam sejenak, dia lalu meminta Dato Kato yang paling sering berpetualang untuk bicara.“Aku pernah mendengar padepokan ini dulunya di tinggal di Wilayah Pangsa, lalu informasi terakhir pindah ke perbatasan di wilayah Timur Pegunungan Meratus!” kata Dato Kato.“Kenapa kamu mencari padepokan itu Ananda Pangeran?” tanya Dato Kalio.“Dulu padepokan ini kabarnya sempat ingin ikut pemberontakan, nahh saya curiga kepindahan mereka dari wilayah Kerajaan Hilir Sungai, tentu ada kaitannya dengan rencana pemberontakan ini, makanya saya berniat akan mulai penyelidikan ke padepokan ini dulu paman!” Malaki sengaja bikin alibi yang masuk akal.Padahal niat hati Malaki yang utama ingin menyelidiki dan mengambil anaknya Sembara, yang dikata
Suatu hari keduanya sampai di sisi pegunungan meratus, terdengar suara seperti sebuah pertarungan, Malaki dan Mimi saling berpandangan dan keduanya sepakat akan melihat siapa yang lagi bertarung tersebut.Lalu dengan melompat jauh dan keduanya sampai di tempat itu, kini kemajuan ilmu silat Mimi sudah sangat tinggi, berkat latihan yang diajarkan Malaki selama ini.Begitu sampai dan melihat siapa yang bertarung, kagetlah Malaki, karena yang bertarung itu gurunya sendiri yakni Pendekar Sapu Jagat dengan seorang wanita tua yang tak dia kenal.Malaki dan Mimi tak berani terlalu mendekat, karena efek pertarungan ini sangat dahsyat, angin panas dan dingin silih berganti bertebaran di dekat pertarungan itu.Malaki dan Mimi sampai silau melihat saking cepatnya gurunya dan wanita tua berloncatan ke sana kemari dan saling memukul, hingga menimbulkan suara nyaring seperti ledakan.“Nata Sembrana, kini tibalah ajalmu, puluhan tahun aku mencarimu dan hari
Tentu saja Mimi tak pernah menduga, kalau kesaktian Pendekar Ki Sapu Jagat sangat tinggi, malah lebih tinggi dari Malaki.“Baiklah…agar kalian berdua tak bingung, aku akan bercerita soal asmaraku saat masih muda!” Malaki dan Mimi pun duduk di kiri dan kanan pendekar sakti yang sudah tua ini dan tetap bersandar pada sebuah batu.Pendekar Sapu Jagat lalu menghela nafas panjang, untuk meredakan nafasnya yang sesak dan dadanya yang teramat sakit, akibat menerima tenaga dalam dahsyat dari Nyai Nini tadi.Inilah cerita Pendekar Sapu Jagat…Pendekar Sapu jagat saat muda lebih di kenal dengan nama Nata Sembrana, wajahnya tak beda jauh dengan kakeknya, si Pendekar Asmara atau Ki Jaya Sembrana, yang tewas di tangan para pendekar, gara-gara kesalahan tangan membunuh pangeran dan istrinya dari kerajaan Hilir Sungai (silahkan baca kisahnya di bab sebelumnya).Yakni sama tampan, sama romantik dan suka berpetualang dengan wanita-wanita c
Setelah hampir setengah hari, akhirnya dia bertemu dengan 15 orang anak buah Ki Jonggos yang membawa hasil rampokan dan beberapa wanita sebagai hasil rampasan, Nata Sembrana langsung turun tangan.Tanpa ampun ke 15 orang ini dia bantai semuanya, sakit hati karena bayi dan kekasihnya sudah di bunuh membuat Nata Sembrana gelap mata. Nata kemudian bak orang lumpuh setelah melihat hasil amukannya, di mana wujud jasad ke 15 perampok itu sudah tak berbentuk lagi.Sebagai orang yang berhati lembut dan romantic, baru kali ini Nata sampai kalap dan berbuat sangat kejam pada musuh-musuhnya, diapun sangat menyesali perbuatannya itu. Namun Nata Sembrana tak mungkin membalikan waktu.Wanita-wanita hasil rampasan tadi sudah di suruh Nata pulang kembali ke kampung mereka dan membawa lagi hasil rampokan itu.Saat kalut itulah Nata Sembrana secara tak sengaja bertemu seorang kakek misterius, yang belakangan dia tahu itulah Kakek Berhati Emas yang dulu waktu muda ber
Bagi Mimi, seorang pria memiliki istri lebih dari satu tidak ada larangan, karena dia sudah melihat ayahnya sendiri Dato Kalio yang malah memiliki 4 istri sekaligus dan rukun-rukun saja sampai kini.Malaki lalu melepas pelukan Mimi dan dia berjalan pelan di bawah rembulan yang kini bersinar sangat terang.Alangkah sempurnanya perpaduan antara bulan yang bersinar terang di atas langit, dengan bulan lain yang tak kalah indahnya bersinar dan berada di depan Malaki.Malaki lalu kembali menatap wajah Mimi, terangnya rembulan memang menambah nilai kecantikan Mimi naik berlipat-lipat.Malaki akhirnya menyunggingkan tersenyum, dia sedapat mungkin mengalihkan pemandangan indah ini agar tak larut semakin dalam. Godaan Mimi benar-benar telah melenakan dirinya, apakah dia sanggup bertahan, kalau terus bersama gadis jelita ini.“Mi…coba kamu buka kitab pemberian Nyai Nini, agaknya itu berisi ilmu-ilmu silat tinggi!” Malaki sengaja menga
“Agaknya cocok di sini kamu bersemedhi, sekarang kamu praktikan jurus Mengejar Cinta, lalu laksanakan apa yang diperintahkan di kitab itu!” Malaki kemudian memberi Mimi petunjuk, Mimi tanpa membuang waktu langsung bersilat dan lama-kelamaan tubuhnya berubah jadi hangat.Malaki kini duduk agak ke dalam dan berpaling ke jurusan lain, karena Mimi kini mulai melepas pakaiannya satu per satu, sesuai petunjuk di kitab itu.Mimi lalu tenggelam dalam semedhinya dengan tubuh polos, wajahnya menatap ke luar gua sambil memejamkan mata membelakangi Malaki yang berada di dalam gua.Siluet tubuh Mimi membuat Malaki hampir tak konsentrasi bersemedhi, tak lama kemudian badai es makin menggila, bahkan batu-batu es sebagian masuk ke dalam gua, di mana Mimi dan Malaki berada.Awalnya Malaki rada khawatir juga melihat tubuh Mimi yang terkena batu-batu es, tapi ia pun mulai terperangah, tubuh Mimi seakan mempunyai benteng tebal, batu-batu es itu malah melele