Ibu Kinanti, Putri Mani tergopoh keluar dari rumah mendengar bentakan suaminya ini terhadap Kinanti. Suara Pangeran Biju yang mengguntur terdengar sampai ke dalam Istana mereka, itulah yang membuat Putri Mani keluar dan mencari tahu apa yang terjadi antara putri tunggalnya dan suaminya ini.
“Ada apa kanda, kok anak sendiri di marahin sampai segitunya!” kata Putri Mani sambil mendekati suaminya ini.
“Kamu liat perut Kinanti…?” kata Pangeran Biju masih dengan wajah marah. Putri Mani langsung menatap tubuh putri kesayangannya ini dan dia pun kaget bukan main melihat Kinanti yang kini hanya bisa menunduk, karena tidak ada gunanya lagi dia menyembunyikan kehamilannya yang sudah berusia 5 bulanan ini.
Putri Mani lalu mendekati Kinanti lalu menatap wajah cantik putri kesayangannya ini.
“Kinanti…benarkah kamu hamil…siapa laki-laki yang telah menghamili kamu?” Kinanti hanya diam tak berani menjawab.
P
Memang dibandingkan Perguruan Warik Putih yang cenderung lebih dekat dengan Prabu Dipa, kedua perguruan ini lebih dekat dan sering berhubungan dengan Pangeran Biju dan juga Pangeran Kurna.Diam-diam juga kedua perguruan besar ini ada sesuatu yang di janjikan, tentu saja tak semuanya tahu apalagi menyetujuinya.Tapi ada oknum-oknum tertentu yang bermain api dan mempunyai ambisi besar, tentunya tanpa sepengetahuan guru besar mereka. Orang-orang ‘haus kekuasaan’ inilah yang sangat antusias membantu untuk turut membunuh Pendekar Pekok.Ki Yatu dan Ki Tana bagi tugas, Ki Yatu menemui Tiga Pendekar Tasbeh Setan yang kini bertapa di gunung, sedangkan Ki Tana berangkat cepat menemui Ki Dardo, Pendekar Cangklong yang tinggal di daerah perbatasan, seorang tokoh hitam berilmu tinggi yang hidup bak raja di sana.Ki Dardo datang bersama dua sohibnya yang kesaktiannya tak kalah hebatnya, yakni Ki Mandor dan Ki Tara.Mereka diam-diam
Malaki mendekat perlahan dan kini hanya berjarak satu tombak dengan keduanya. “Siapa kalian dan apa tujuan kalian ingin membunuhku?” tanya Malaki pelan.“Persetannn dengan kauu…aukkkhhh aduhhhh ampunnnn!” orang yang melempar pisau tadi langsung berteriak kesakitan, saat sebuah pisau kembali di lemparkan Malaki dan tepat mengenai paha orang tersebut.“Cepat sebutkan, sebelum dua pisau sisa ini menembus jantung kalian dan mengakhiri riwayat kalian berdua!” ancam Malaki dingin.“Ampunnn…kami berdua hanya suruhan dari…aukkk..!” kedua orang ini langsung terdiam, Malaki melompat bak kilat mengejar pembokong yang mengirim senjata rahasia kepada dua orang di depannya ini.Tapi yang mengirimkan senjata rahasia itu sudah sangat jauh melompat melewati atap-atap rumah warga, Malaki lalu melempar dengan kecepatan kilat sisa dua pisau tadi ke si pembokong itu, tapi sang pembokong dengan lihai bersalto
Keluluhan Rani bukan karena pemberian dan juga perhatian Palasi yang di anggap Rani palsu, tapi itu semua karena sakit hatinya dengan Malaki.Sejak pertemuannya dengan Malaki yang sangat menyakitkan Rani di pegunungan Meratus dulu,Hati Rani bak terbakar saking cemburunya, karena menyaksikan langsung Malaki sangat akrab dengan Kinanti, ketika golongan putih dan hitam bentrok untuk memperebutkan kitab peninggalan Kakek Berhati Emas, yang akhirnya secara tak sengaja malah jatuh ke tangan Kinanti dan Malaki.Rani pun menerima cinta Palasi, walaupun dia tak cinta pria playboy ini, tapi rasa sakit hatinya menutupi semuanya. Namun setiap kali bercinta, Rani seakan mematikan indera nya, dia bak batang pisang, dingin-dingin saja.Sehingga Palasi lama-lama mulai bosan juga dengan Rani, karena dia bak menikmati badan mati setipa kali bercinta, tak ada sama sekali kemesraan, layaknya orang pacaran.Namun, ingin berbuat serong dengan wanita lain, Palasi masih
“Tunggu apalagi, sakit kupingku dia ngoceh terus, sikat sekarang juga biar jasadnya jadi makanan cacing tanah!” sungut Ki Dardo, kini dia sudah mengisi cangklongnya dengan tembakaunya, asap berbau sangit pun terbang ke sana ke mari dan Ki Dardo sengaja meniup keras ke arah Malaki.Serangan pertama sudah dilancarkan Ki Dardo, lalu di susul serangan dahsyat berikutnya dari Tiga Pendekar tasbeh Setan.Tak tinggal diam, di susul serangan tak kalah dahsyatnya dari Ki Yatu dan Ki Tana. Ki Mandor dan Ki Tara kini ikut menyerang, termasuk Nyai Mawar dan 3 pengkutnya.Pendekar Pekok telah di keroyok 12 orang sekaligus yang memiliki kesaktian sangat tinggi. Ia langsung mencabut Pedang Bengkoknya dan memutar sedemikian rupa, sehingga semua serangan itu mental.Tapi serangan pertama itu terus susul menyusul bak air bah tiada jeda, bahkan mereka seakan tidak ingin memberikan Malaki kesempatan untuk membalas, debu-debu beterbangan termasuk daun-daun kering
“Sudah cukup Malaki….agaknya nyawaku sudah tak bisa tertolong lagi…!” Malaki menggelengkan kepala dan bilang masih ada harapan sembuh.“Aku akan membawa kamu ke guruku Pendekar Sapu Jagat, pasti beliau akan mampu menyembuhkan kamu Rani!”“Tak mungkin…kalau kamu ingin membawa ke tempat Gurumu pasti sudah terlambat!” sahut Rani sambil menahan perih di dadanya.“Rani…kamu masih ingat daun yang dulu kita makan, aku akan membawa kamu ke sana lagi, agaknya itu lebih dekat daripada kita mencari guru yang kadang merantau kemana-mana!” Malaki langsung mengangkat tubuh Rani dan bak terbang saja dia menggendong tubuh ini secepat-cepatnya menuju ke gua di mana dulu mereka menemukan daun ajaib tersebut.Cukup jauh tempat di mana dulu Malaki dan Rani terjatuh ke dalam jurang dan sangkut di dalam gua setelah Rani terkena pukulan Ki Sunu, Ki Gambol dan Ki Jerangkong, lalu keduanya memakan daun Aj
Mereka diam-diam mengontak seorang tokoh golongan hitam, yang berilmu tinggi untuk menculik kembali salah satu pangeran kembar itu dan rencananya akan mempermalukan permaisuri, lalu kelak permaisuri itu di salahkan dan dihukum gantung dan kedua bayi itu kelak akan ikut di bunuh, sehingga putra selir itulah yang akhirnya jadi raja.Namun, rencana yang sudah tersusun sangat rahasia dan rapi gagal total, Ki Sunu atau Jubah Tengkorak memang sukses merampas pangeran terbuang ini dari Bik Selai bahkan membunuh mantan Inang Pengasuh Istana ini, lalu di sebarkan berita kalau Bik Selai korban perampokan.Sementara saudara Bik Selai, yakni Bik Ora bisa selamat berkat pertolongan Pendekar Sapu Jagat yang kebetulan lewat di kampung itu, yang secara kebetulan mendengar rintihan Bik Ora yang terluka parah di tengah hutan.Pendekar ini lalu menolong Bik Ora dan dia mendengar keterangan Bik Ora, lalu bergegas menyusul kemana larinya Ki Sunu membawa kabur bayi malang itu. Sayang
“Maafkan aku Malaki, atau kini kamu Pangeran Malaki…ambisiku terlalu tinggi, sehingga aku meninggalkan kamu dan tidak mau terbuka soal anak kita. Seandainya aku sabar dan tau kamu seorang pangeran, sampai matipun aku tak bakal meninggalkan kamu, kecuali maut memisahkan kita…aku sampai kini tetap mencintai kamu…!” Rani meneteskan airmata.Malaki terdiam tak bisa berkata-kata, dia lalu memeluk tubuh Rani dan berbisik sama, kalau sampai detik ini cintanya terhadap Rani tak pernah berubah, walaupun dia kini di kenal sebagai pendekar romantis, saking tak pernah menolak cinta kasih wanita, tapi Malaki tak bisa melupakan cinta pertamanya pada sosok Rani ini.Malaki tak sadar, saat mengucapkan kalimat itu, Rani tersenyum bahagia dan kepalanya lalu terkulai lemah.Kebahagian dia akhirnya mengantar nyawanya sendiri, Rani meninggal dalam pelukan kekasihnya ini, yang telah memberinya seorang anak laki-laki.Rani meninggal sambil terse
Istana Kerajaan Hilir Sungai…Prabu Dipa dan Panglima Jenderal Ki Parong kini terdiam menyimak ucapan Pangeran Kurna, salah satu Menteri dan juga saudara se ayah Prabu Dipa, kedua orang yang paling berpengaruh di Kerajaan Hilir Sungai ini antara percaya dan tidak mendengar penuturan Pangeran Kurna ini.“Jadi…gerakan pemberontakan itu kembali bangkit…tapi kali ini berbeda pelakunya?”“Betul sekali Kanda Prabu, Pendekar Pekok sudah tahu jati dirinya sebagai saudara kembar Prabu Dipa, dia lalu sakit hati dan ingin mengambil mahkota itu dari Prabu Dipa, diam-diam juga dia telah menjalin kontak dengan beberapa panglima dari Kerajaan Surata!” kata Pangeran Kurna menyakinkan Prabu Dipa.Darimana Pangeran Kurna tahu kisah ini, tak lain dan tak bukan dari Pangeran Biju, pangeran ini akrab dengan mendiang Ki Sunu atau Pendekar Jubah Tengkorak, sehingga jati diri Pendekar Pekok terbongkar.Awalnya Pengeran Biju jug
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma