Home / Pendekar / Pendekar Romantis / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pendekar Romantis: Chapter 71 - Chapter 80

537 Chapters

Bab 71: Kegaduhan Di Warung

Dua kawannya langsung menolongnya dan kini mata mereka melotot ke semua pengunjung warung yang sedang rame-ramenya itu.“Siapa yang berani gila menyakiti sahabat kami, belum tau siapa kami hahhh…tiga pendekar golok putih dari perguruan Warik Putih,” teriak seorang teman si pria ini sambil berkacak pinggang.Semua pengunjung tentu saja tak ada yang berani menyahut ucapan teman pria ini, nama padepokan Warik Putih sudah terkenal memiliki banyak pendekar hebat, hanya anehnya kenapa ada yang jadi penjahat seperti tiga orang ini..?Pria ini makin emosi saja, dan dia menendang sebuah meja milik seorang pengunjung, hingga semua makanan dan minuman berhamburan di atas meja tersebut.Tiba-tiba melayang sebuah gelas dan tepat mengenai wajah pria ini, lagi-lagi kepalanya bocor dan langsung semaput di lantai.“Ha-ha-ha…ngaku pendekar golok putih, kena gelas saja langsung semaput!” ternyata yang tertawa itu seorang dara rem
Read more

Bab 72: Bertemu Musuh Lama

Kinanti langsung melompat dan menebaskan pedang panjangnya ke leher si botak yang kurang ajar ini, dia terus menerjang maju, lalu mengirim pukulan keras sekali ke dada si botak.Akan tetapi tak percuma si botak sebagai salah seorang tokoh golongan hitam, dia enteng saja menghindar serangan-serangan dara ini sambil terus tertawa terbahak-bahak. Si Botak melihat gerakan Kinanti masih sangat lamban, sehingga dia terus makin tertawa terbahak-bahak mengejek serangan gadis cantik ini.Melihat serangannya selalu gagal, dara ini lalu menambah dengan pukulan yang amat kuat di sertai tenaga dalam.Si Botak malah sengaja menahan dengan salah satu tangannya. “Desssss…wuutttssss!” si dara ini menyusul dengan tebasan pedang di tangan kanannya, si botak langsung menunduk dan melancarkan pukulan balasan yang mengandung tenaga dalam yang kuat.Akibatnya isi dada Kinanti serasa remuk terguncang, dia langsung mundur sambil memuntahkan darah seger, seperti
Read more

Bab 73: Dara Lincah Kinanti

Setelah mengobati Ki Saul, Malaki meminta dua orang yang kini sudah terlihat sehat setelah minum pil pemberiannya tadi untuk mendudukan Kinanti yang pingsan.“Pegang bahunya, aku akan menyalurkan hawa dingin ke tubuhnya!” setelah Kinanti bisa di dudukan dan di pegang dua orang, Malaki kemudian seperti mengobati Ki Saul tadi, dia langsung menempel kedua lengannya ke punggung Kinanti.Dua orang yang tadi memegang tubuh Kinanti sampai merasakan hawa sangat dingin yang masuk ke tubuh dara cantik ini.Mereka kini ikutan mengigil, setelah beberapa saat, pelan-pelan wajah pucat Kinanti mulai berubah memerah, lalu dia pun mengeluh dan kini matanya terbuka.“Kamu jangan melawan, terima saja hawa dingin ini, lalu kamu fokus salurkan tenaga dalam di perut dan diamkan saja!” perintah Malaki pada Kinanti yang mulai siuman lagi ini.Kinanti yang tahu dia sedang di obati langsung melakukan apa yang diperintakan Malaki.Lama-lama dad
Read more

Bab 74: Mendatangi Markas Ki Jambrong

“Aku sangat suka ilmu silat bang, makanya sejak kecil aku malas masuk sekolah, lebih suka masuk perguruan silat itu. Kebetulan ayah sangat dekat dengan guru-guru di sana, jadinya aku sejak 5 tahun lalu di titipkan di sana…tapi 5 tahun belajar siang malam, baru menghadapi satu orang tokoh jahat, aku dah keokkk…capeee dehhhh!” kata Kinanti dengan wajah murung sekaligus kecewa.Malaki tertawa kecil dan bilang mungkin Kinanti kurang serius saja berlatih dan banyak main-mainnya.“Sebetulnya abang lihat ilmu silat kamu sudah lumayan, hanya kurang latihan saja!” cetus Malaki sengaja membangkitkan semangat Kinanti lagi.“Bang ajarin yaa…biar Kinanti tak kalah lagi melawan para penjahat!” harap Kinanti, bahkan tanpa sungkan dia menarik tangan Malaki dan mengguncang-guncang tangan kekar pendekar sakti ini.“Boleh…tapi nanti yaaa…!”“Kapan bang…ehh aku ikut abang a
Read more

Bab 75: Obrak Abrik Markas Ki Jambrong

“Siapa yang melakukan kekejaman ini…?” teriak Ki Jambrong untuk menutupi rasa jerih di hatinya, di tangannya terhunus goloknya yang sudah tercabut dari sarungnya dan sudah ratusan orang yang dia bunuh dengan senjata andalannya itu.“Hmmm Jambrong…aku orangnya….kekejaman yang kamu lakukan bersama anak buahmu itu tak ada apa-apanya dengan apa yang kulakukan saat ini. Bersiaplah sekarang kamu untuk menyusul korban-korban kamu ke alam baka,” kata Malaki yang tiba-tiba saja melompat dan kini berdiri hanya lima tombak dari hadapan Ki Jambrong.Di tanganya tergenggam Pedang Bengkok yang sangat mengerikan, karena telah memenggal 45 orang tanpa ampun, hebatnya tak ada setetes pun darah di pedang itu, pedang itu tetap bersih bak baru saja di bersihkan.“Malaki…kamuuu…!” wajah Ki Jambrong langsung pucat pasi. Dari Rani anaknya dia sudah tahu kalau Malaki selamat dan dia sejak saat itu harap-harap cemas
Read more

Bab 76: Bertemu Dua Musuh Hebat

Kini Pendekar Pekok santai saja menjalankan kudanya, tujuannya sudah semakin dekat dengan Pegunungan Meratus Bagian Barat. Tiba-tiba di lereng bukit yang kalau pagi dan sore selalu di selimuti halimun pendekar ini kaget mendapat beberapa mayat yang bergelimpangan, tanpa ada yang menguburkannya.Walaun kini di kenal sebagai pendekar kejam tanpa ampun, tapi melihat mayat-mayat bergelimpangan, dahi Pendekar Pekok ini menggeryit juga, ia penasaran siapa yang berlaku kejam membunuhi manusia-manusia ini, lalu meninggalkannya begitu saja tanpa di kubur.Saat dia memeriksa, agaknya mayat-mayat ini baru saja di bunuh, pakaian mereka seperti ahli-ahli silat. Bahkan senjata-senjata serta beberapa harta benda milik para korban ini juga ada di sekitar mayat-mayat ini, ini menandakan mereka bukan di rampok, tapi sengaja di bantai, entah apa kesalahannya hingga harus menerima nasib mengenaskan ini.Malaki terus menjalankan kudanya dan sekitar 400 meteran berikutnya dia kembali
Read more

Bab 77: Menolong Kinanti

Sudah hampir 100 jurus, Malaki belum punya kesempatan melancarkan serangan balasan, kedua orang ini benar-benar sangat lihai. Malaki sendiri mengakui, sejak turun gunung kembali, baru kali ini dia mendapatkan lawan tanding yang benar-benar tangguh, lihai juga licik.Malaki akhirnya nekat, dia sadar musuhnya sengaja menghindari kontak langsung, dia lalu menancapkan Pedang Bengkok di tanah, lalu dia bersedekap, inilah ilmu yang paling rahasia dan baru pertama kali dia gunakan, ilmu ini merupakan jurus terakhir dari Menari di Atas Awan, yang dia sempurnakan di bawah bimbingan Kakek Berhati Emas.Begitu si Gendut dan si Kurus bak tengkorak ini berbarengan menghantam badannya yang sedang berdiri tegak tersebut, tubuh Malaki seakan menerima dua tenaga yang luar biasa kuatnya.Tapi inilah kehebatan Jurus Menari di Atas Awan, kedua jurus itu masuk ke dalam tubuh Malaki, lalu secara lihai dan luar biasa, Malaki memukul ke kanan dan kiri, tenaga si Gendut yang di lepaskan
Read more

Bab 78: Kisah Kinanti

“Heiii Kurus…ni ada lagi lalat-lalat yang ingin berebut kitab itu, eh ada gadis kecil yang cantik ikut, itu jangan dibunuh, bisa kita pakai buat mainan di gua kita!”  kata si Gendut sambil tertawa, liurnya bak menetes melihat kecantikan Kinanti.Si Kurus langsung ikutan tertawa, tapi tawanya aneh, lebih mirip orang merintih kesakitan. Kinanti yag berdarah panas langsung marah dan dia menyerang dengan pedangnya si Gendut yang bersuara kurang ajar.Padahal Ki Saul sudah memberi peringatan agar jangan sembarangan menyerang orang, tapi peringatan terlambat, Kinanti sudah terlanjur melompat dan menyerang si Gendut yang dianggapnya sangat kurang ajar ini.Belum juga pedang itu menyentuh tubuh si Gendut. “Srattttt….” Tiba-tiba baju bagian perut Kinanti sobek besar, tentu Ki Saul dan yang lain kaget bukan main melihat cepatnya si Gendut berbuat kurang ajar terhadap adik seperguruan mereka ini.Ke tujuh orang ini langsung
Read more

Bab 79: Bertemu Rani

Sudah berjam-jam Kinanti malah belum juga ngantuk, dadanya agak berdebar setiap kali menatap wajah tampan Malaki, yang dilihatnya seperti melamun itu. Kinanti lalu bangkit dan duduk menghadap Malaki.“Belum ngantuk…bang ajarin aku silat atau ilmu tenaga dalam…!” kata Kinanti memecah kesunyian sambil menatap wajah Malaki.Malaki menatap lama wajah Kinanti, lalu ia pun mengangguk, karena dirinya pun sama, tidak bisa konsentrasi bersemedhi sejak tadi.Malaki akhirnya mengalah, diapun mengajari Kinanti cara menghimpun tenaga dalam, karena Kinanti sudah memiliki tenaga dalam sebelumnya, sangat mudah bagi gadis cantik ini mempraktekan apa yang di ajarkan Malaki.Bahkan dia tak sungkan keluar gua dan berlatih dengan petunjuk-petunjuk Malaki yang duduk sambil menikmati arak putih yang harum dan manis. Kinanti tak memperdulikan cuaca gelap dan dingin, untung tak lama kemudian bulan bersinar terang, setelah tadi tertutup awan tebal.
Read more

Bab 80: Bentrokan Dua Golongan

Para pendekar golongan putih ini tentu saja tak gentar secuilpun, mereka sangat percaya diri dan beranggapan tokoh golongan itu mampu mereka kalahkan.“Saudara Ki Sunu, kami ke sini tentu bermaksud sama dengan kalian semua, aku Ki Palor Pendekar Tapak Suci dari Perguruan Kuyuk Hitam mewakili semua pendekar golongan putih, tentu berharap agar bisa mendapatkan kitab dari yang mulia Kakek Berhati Emas, mari kita bersaing sehat saja, tak perlu ada pertumpahan darah di sini. Lagian Kakek Berhati Emas selalu ringan tangan membagi-bagi ilmu silatnya pada siapa saja yang beruntung, tak peduli dia itu orang baik atau orang jahat!” sindir Ki Palor, pria parobaya yang terlihat tenang dan santai saja, Ki Palor sebagai tokoh golongan putih sangat berpengalaman bertemu tokoh-tokoh golongan hitam dan sering bertarung.“Heiii Ki Palor kalian takut ya he-he-he…?” Ki Sunu masih pongah dan angkuh, puluhan pendekar golongan putih mulai terpancing emosi mende
Read more
PREV
1
...
678910
...
54
DMCA.com Protection Status