“Heiii Kurus…ni ada lagi lalat-lalat yang ingin berebut kitab itu, eh ada gadis kecil yang cantik ikut, itu jangan dibunuh, bisa kita pakai buat mainan di gua kita!” kata si Gendut sambil tertawa, liurnya bak menetes melihat kecantikan Kinanti.
Si Kurus langsung ikutan tertawa, tapi tawanya aneh, lebih mirip orang merintih kesakitan. Kinanti yag berdarah panas langsung marah dan dia menyerang dengan pedangnya si Gendut yang bersuara kurang ajar.
Padahal Ki Saul sudah memberi peringatan agar jangan sembarangan menyerang orang, tapi peringatan terlambat, Kinanti sudah terlanjur melompat dan menyerang si Gendut yang dianggapnya sangat kurang ajar ini.
Belum juga pedang itu menyentuh tubuh si Gendut. “Srattttt….” Tiba-tiba baju bagian perut Kinanti sobek besar, tentu Ki Saul dan yang lain kaget bukan main melihat cepatnya si Gendut berbuat kurang ajar terhadap adik seperguruan mereka ini.
Ke tujuh orang ini langsung
Sudah berjam-jam Kinanti malah belum juga ngantuk, dadanya agak berdebar setiap kali menatap wajah tampan Malaki, yang dilihatnya seperti melamun itu. Kinanti lalu bangkit dan duduk menghadap Malaki.“Belum ngantuk…bang ajarin aku silat atau ilmu tenaga dalam…!” kata Kinanti memecah kesunyian sambil menatap wajah Malaki.Malaki menatap lama wajah Kinanti, lalu ia pun mengangguk, karena dirinya pun sama, tidak bisa konsentrasi bersemedhi sejak tadi.Malaki akhirnya mengalah, diapun mengajari Kinanti cara menghimpun tenaga dalam, karena Kinanti sudah memiliki tenaga dalam sebelumnya, sangat mudah bagi gadis cantik ini mempraktekan apa yang di ajarkan Malaki.Bahkan dia tak sungkan keluar gua dan berlatih dengan petunjuk-petunjuk Malaki yang duduk sambil menikmati arak putih yang harum dan manis. Kinanti tak memperdulikan cuaca gelap dan dingin, untung tak lama kemudian bulan bersinar terang, setelah tadi tertutup awan tebal.
Para pendekar golongan putih ini tentu saja tak gentar secuilpun, mereka sangat percaya diri dan beranggapan tokoh golongan itu mampu mereka kalahkan.“Saudara Ki Sunu, kami ke sini tentu bermaksud sama dengan kalian semua, aku Ki Palor Pendekar Tapak Suci dari Perguruan Kuyuk Hitam mewakili semua pendekar golongan putih, tentu berharap agar bisa mendapatkan kitab dari yang mulia Kakek Berhati Emas, mari kita bersaing sehat saja, tak perlu ada pertumpahan darah di sini. Lagian Kakek Berhati Emas selalu ringan tangan membagi-bagi ilmu silatnya pada siapa saja yang beruntung, tak peduli dia itu orang baik atau orang jahat!” sindir Ki Palor, pria parobaya yang terlihat tenang dan santai saja, Ki Palor sebagai tokoh golongan putih sangat berpengalaman bertemu tokoh-tokoh golongan hitam dan sering bertarung.“Heiii Ki Palor kalian takut ya he-he-he…?” Ki Sunu masih pongah dan angkuh, puluhan pendekar golongan putih mulai terpancing emosi mende
“Apa kabarmu Rani…kenapa kamu kini malah bergabung dengan Ki Sunu dan golongan hitam lainnya!” kata Malaki, sambil menahan debaran jantungnya, antara sakit karena pukulan Sepasang Pendekar Iblis tadi, di tambah rasa kangen dan juga ada rasa sakit hati karena dulu melihat Rani bermesraan dengan seorang pria bercampur jadi satu.“Hmmm…itu bukan urusanmu Malaki…kamu masih ingat kan cita-citaku dulu…belum terlambat kalau kamu ingin berubah pikiran dan bergabung…itu malah lebih baik lagi, ayoo kita bersama cari kitab itu…lalu kita pelajari sama-sama seperti dulu dan kita wujudkan cita-citaku dan tentu juga buat kamu kelak…sayangnya kamu telah membasmi Ki Jambrong, padahal dia dan anak buahnya bisa di manfaatkan kelak?” cetus Rani tanpa ekspresi, tak ada rasa sesal di wajahnya mengingat kelakuan Malaki yang membasmi Ki Jambrong, yang notabene ayah angkatnya.Malaki langsung menggelengkan kepala, dia kin
Pendekar yang ilmu silatnya rendah banyak menyerah tak sanggup melanjutkan pencarian kitab tersebut. Sedangkan yang ilmu silatnya tinggi mengerahkan kekuatannya untuk menahan kekuatan alam tersebut.Semakin tinggi mendaki pegunungan meratus, sesekali turun hujan yang sangat deras dan di sertai batu-batu es.Sudah semingguan Malaki dan Kinanti melanjutkan perjalanan menaiki pegunungan meratus yang menjulang itu, kini keduanya terpaksa mencari gua untuk berlindung, karena hujan bak di tumpahkan dari langit.Keduanya tidak menggunakan kuda alias si Hitam lagi, tapi menggunakan keahlian silat mereka berloncat-loncatan naik atas ke bukit.Walaupun Kinanti sudah mengerahkan tenaga dalamnya, tapi dia tetap menggigil kedinginan, sehingga Malaki terpaksa memeluk gadis ini sambil menyalurkan hawa panas ke tubuh Kinanti, dan Kinanti tentu saja sangat bahagia di peluk lelaki yang diam-diam dia cintai ini.Setelah semingguan lebih mendaki bukit yang luas dan le
Awalnya Malaki memang tidak memperhatikan ulah Kinanti, dia tetap aseek menggigit daging kijang yang sangat gurih dan nikmat tersebut, setiap hari bercinta membuat Malaki membutuhkan asupan gizi yang banyak juga.Sorakan dan jeritan Kinanti lah yang membuat Malaki bak terbang mendekati kekasihnya ini. Saat itu Kinanti dengan berdebar-debar menatap sesuatu yang sangat mengagetkannya tadi.Kinanti kemudian menarik gagang golok itu dan saat di tarik, ternyata golok yang masih bersarung itu terikat sebuah bungkusan, dengan dada berdebar tegang Kinanti membuka bungkusan itu perlahan-lahan.Hampir dia bersorak kegirangan saat bungkusan itu terbuka, isinya ternyata sebuah kitab tua yang lumayan tebal dan di sampul kitab itu tertulis sebuah tulisan yang sangat indah.“Kitab dan Golok Milik Dewi, Istriku Tercinta, siapapun yang menemukannya ini, maka dia akan berjodoh dengan kitab dan pedang ini, pesanku hanya satu, gunakanlah ilmu ini untu
“Kakek hanya kebetulan lewat di sini, pemandangan di sini sangat indah…!” kakek ini tersenyum, sambil menatap wajah Malaki dan Kinanti, senyum itu sangat berwibawa, sehingga Malaki dan Kinanti seakan takluk hanya dengan tatapan kakek aneh ini.“Hmm…kenapa kakek datang diam-diam, pasti ingin berbuat jahat!” cetus Kinanti mengagetkan Malaki, Malaki yang ingin menegur tak jadi, karena Kinanti sudah terlanjur bersuara begitu.Kakek ini tetap tersenyum sambil menggeleng.“Gadis kecil…kakek sudah puluhan tahun melepaskan diri dari ikatan duniawi dan tinggal menunggu roh ini tercabut dari tubuh renta ini, tak ada gunanya kakek berbuat jahat!” lembut sekali suara kakek ini.“Maaf…siapakah kakek ini…?” sela Malaki dengan suara lembut, ia khawatir kalau Kinanti makin kurang ajar.Kakek ini terlihat sangat senang dengan sikap Pendekar Pekok yang tenang dan sopan.“
Kakek aneh ini menghela nafas panjang…!“Kamu harus kendalikan nafsu dan jangan mudah terpancing emosi…dan semoga hubungan kalian kali ini langgengg…walaupun kulihat ada badai, tapi aku yakin kalian berdua kelak mampu mengatasinya!” Malaki yang masih bersujud mendapatkan nasehat ini hanya mengangguk-anggukan kepala ke tanah.“Baiklah…agar kamu tak penasaran…kamu gunakan ilmu yang paling hebat itu, Menari di Atas Awan, berikut gunakan pedang bengkok kamu…serang kakek, jangan ragu!”Malaki lalu mundur dan mencabut pedangnya, setelah sekali lagi menjura dalam dan di tatap kakek ini dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Malaki pun kemudian mulai memainkan jurus Menari di Atas Awan.Suara ribuan tawon menderu sangat nyaring, Kinanti yang kini sudah menerima ilmu-ilmu sakti berkat latihan bersama Malaki berdasarkan kitab yang mereka temukan, dan baru saja diberi petunjuk kakek yang
“Bang…aku pulang dulu yaa…ku tunggu di rumah di ibukota…jangan lama-lama nyusulnya!” bisik Kinanti, yang tentu saja tetap di dengar ketiga orang yang juga sangat sakti ini. Namun ketiganya pura-pura tak mendengar, malah seperti bersemedhi seakan membiarkan sepasang kekasih ini saling berbicara.Malaki hanya mengangguk, setelah berpegangan tangan, keduanya pun berpisah, Malaki dan Kinanti sungkan berpelukan, karena tiga guru besar Kinanti ini ada di dekat mereka, walaupun mata mereka seakan terpejam.Tak lama kemudian Kinanti pun mengikuti guru-guru besarnya ini, hanya dalam waktu singkat, ke empat orang itu sudah sangat jauh, karena semuanya mengerahkan kesaktiannya, untuk berlari cepat.Kinanti sengaja mengerahkan kekuatannya yang sudah dia latih dan disempurnakan Ki Balongin, tapi saat dia menoleh ke samping kiri dan kanan, alangkahnya dia, ketiga guru besarnya terlihat ada terus dan seakan santai saja berjalan, tanpa terlihat
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma