Kakek aneh ini menghela nafas panjang…!
“Kamu harus kendalikan nafsu dan jangan mudah terpancing emosi…dan semoga hubungan kalian kali ini langgengg…walaupun kulihat ada badai, tapi aku yakin kalian berdua kelak mampu mengatasinya!” Malaki yang masih bersujud mendapatkan nasehat ini hanya mengangguk-anggukan kepala ke tanah.
“Baiklah…agar kamu tak penasaran…kamu gunakan ilmu yang paling hebat itu, Menari di Atas Awan, berikut gunakan pedang bengkok kamu…serang kakek, jangan ragu!”
Malaki lalu mundur dan mencabut pedangnya, setelah sekali lagi menjura dalam dan di tatap kakek ini dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Malaki pun kemudian mulai memainkan jurus Menari di Atas Awan.
Suara ribuan tawon menderu sangat nyaring, Kinanti yang kini sudah menerima ilmu-ilmu sakti berkat latihan bersama Malaki berdasarkan kitab yang mereka temukan, dan baru saja diberi petunjuk kakek yang
“Bang…aku pulang dulu yaa…ku tunggu di rumah di ibukota…jangan lama-lama nyusulnya!” bisik Kinanti, yang tentu saja tetap di dengar ketiga orang yang juga sangat sakti ini. Namun ketiganya pura-pura tak mendengar, malah seperti bersemedhi seakan membiarkan sepasang kekasih ini saling berbicara.Malaki hanya mengangguk, setelah berpegangan tangan, keduanya pun berpisah, Malaki dan Kinanti sungkan berpelukan, karena tiga guru besar Kinanti ini ada di dekat mereka, walaupun mata mereka seakan terpejam.Tak lama kemudian Kinanti pun mengikuti guru-guru besarnya ini, hanya dalam waktu singkat, ke empat orang itu sudah sangat jauh, karena semuanya mengerahkan kesaktiannya, untuk berlari cepat.Kinanti sengaja mengerahkan kekuatannya yang sudah dia latih dan disempurnakan Ki Balongin, tapi saat dia menoleh ke samping kiri dan kanan, alangkahnya dia, ketiga guru besarnya terlihat ada terus dan seakan santai saja berjalan, tanpa terlihat
Ki Luki menambahkan, setelah Ki Sunu di biarkan kabur, mereka yang penasaran lalu bertanya pada guru mereka, sehingga di dapatlah kisah yang tadi di dengar Malaki di restoran tersebut.“Kami tak tahu apa-apa lagi…hanya itu yang kami dengar, mohon maaf Pendekar Pekok…!” ucap Ki Luki lagi.Setelah berbasa-basi sejenak, Malaki kemudian berpisah dengan ketiga orang tersebut dan mereka terkagum-kagum, saat Malaki sengaja meninggalkan mereka dengan sekali lompat dan dengan kecepatan yang luar biasa.Hanya 1 detik setelah ucapkan salam perpisahan, tubuh Malaki sudah menghilang dari sana dan hanya terlihat titik ke abu-abuan yang makin mengecil lalu hilang dari pandangan ketiga orang ini.“Luar biasa…pantes saja di juluki Pendekar Pekok yang sakti, ilmunya memang luar biasa dan Prabu Dipa mampu dia kalahka…!” kata Ki Daus memandang kagum.Besoknya, pagi-pagi sekali Malaki sudah kembali berjalan cepat, kal
Pukulan Ki Sunu sangat panas dan mengandung racun mematikan, jangankan kena, kena asap pukulannya saja kalau tak kuat ilmu tenaga dalamnya akan tewas.Kemudian pukulan tenaga dalam Ki Gambol kebalikannya, yakni sangat dingin, batu-batu yang terkena imbas pukulannya langsung hancur dan jadi es lalu pecah berserakan.Sedangkan pukulan Ki Jerangkong sebagaimana angin badai, menderu-deru saking kerasnya, pohon sebesar kerbau pun akan tumbang terkena pukulan dahsyat ini.Agaknya selama ini ketiganya benar-benar memperdalam ilmu silatnya hingga mengalami kemajuan yang sangat sulit diukur lagi, saking hebatnya.Namun yang kini mereka hadapi adalah Malaki si Pendekar Pekok yang sudah sangat matang ilmu silatnya, semua pukulan itu mental bak menghantam karet saja.Bahkan kalau mereka tak cepat-cepat menarik tenaga pukulan, secara ajaib tenaga dalam mereka membanjir keluar tersedot tenaga dalam Malaki.“Ilmu ibliss….!” teriak Ki Sun
Tentu saja Ki Sunu tak mau konyol berhadapan dengan pendekar sakti ini, diapun terpaksa kabur melarikan diri sejauh-jauhnya. Ki Sunu lupa dengan bayi itu, sebelumnya dia meletakan bayi tersebut di sebuah pondok kecil di hutan saat menghadapi Pendekar Sapu Jagat itu.Pendekar Sapu Jagat sendiri saat tak melihat bayi itu di tangan Ki Sunu, pendekar ini berpikir bayi itu pasti sudah mati. Karena pendekar ini tahu sepak terjang Ki Sunu, sehingga sang pendekar ini pun pergi dari sana, setelah melihat Ki Sunu kabur. Tanpa menjenguk ataupun memeriksa kondisi si bayi malang tersebut.Tanpa Malaki sadari, setelah selesai bercerita, leher Ki Sunu lemah dan diapun tewas di samping mantan muridnya ini.Malaki menatap wajah yang kini sudah tak bernyawa ini.“Kali ini aku percaya apa yang kamu ucapkan Ki Sunu, tak mungkin kamu berdusta di saat sudah meregang nyawa begini,” batin Malaki.Malaki tetap teringat kebaikan Ki Sunu, dia kemudian menguburkan
Sebagai bukti kalau dia ‘tobat’, Pangeran Kurna bahkan meminta semua harta yang di duga dia selewengkan, silahkan di ambil kembali oleh kerajaan.Kerajaan kemudian menyita hampir 70% harta yang tadinya di selewengkan Pangeran Kurna lalu di serahkan ke bendahara kerajaan dan di masukan sebagai harta negara.Sejak saat itu, pengeran ini sempat nonjob, karena Prabu Dipa sangat jengkel dengan kelakuan saudara nya ini. Tapi sang Pangeran yang licin dalam hal diplomasi ini pintar mampu kembali mengambil hati Prabu Dipa.Dialah sosok utama yang mendatangkan Putri Remi sebagai selir dan kini jadi selir kesayangan Prabu Dipa.Pangeran Kurna yang diam-diam memiliki hubungan sangat baik ini dengan petinggi-petinggi Kerajaan Surata, lalu membujuk halus agar salah satu putri tercantik mereka di serahkan pada Prabu Dipa, tapi diam-diam di balik itu semua ada udang di balik batunya.Sehingga kerajaan Surata mau berdamai dan bahkan relah &l
Ibu Kinanti, Putri Mani tergopoh keluar dari rumah mendengar bentakan suaminya ini terhadap Kinanti. Suara Pangeran Biju yang mengguntur terdengar sampai ke dalam Istana mereka, itulah yang membuat Putri Mani keluar dan mencari tahu apa yang terjadi antara putri tunggalnya dan suaminya ini.“Ada apa kanda, kok anak sendiri di marahin sampai segitunya!” kata Putri Mani sambil mendekati suaminya ini.“Kamu liat perut Kinanti…?” kata Pangeran Biju masih dengan wajah marah. Putri Mani langsung menatap tubuh putri kesayangannya ini dan dia pun kaget bukan main melihat Kinanti yang kini hanya bisa menunduk, karena tidak ada gunanya lagi dia menyembunyikan kehamilannya yang sudah berusia 5 bulanan ini.Putri Mani lalu mendekati Kinanti lalu menatap wajah cantik putri kesayangannya ini.“Kinanti…benarkah kamu hamil…siapa laki-laki yang telah menghamili kamu?” Kinanti hanya diam tak berani menjawab.P
Memang dibandingkan Perguruan Warik Putih yang cenderung lebih dekat dengan Prabu Dipa, kedua perguruan ini lebih dekat dan sering berhubungan dengan Pangeran Biju dan juga Pangeran Kurna.Diam-diam juga kedua perguruan besar ini ada sesuatu yang di janjikan, tentu saja tak semuanya tahu apalagi menyetujuinya.Tapi ada oknum-oknum tertentu yang bermain api dan mempunyai ambisi besar, tentunya tanpa sepengetahuan guru besar mereka. Orang-orang ‘haus kekuasaan’ inilah yang sangat antusias membantu untuk turut membunuh Pendekar Pekok.Ki Yatu dan Ki Tana bagi tugas, Ki Yatu menemui Tiga Pendekar Tasbeh Setan yang kini bertapa di gunung, sedangkan Ki Tana berangkat cepat menemui Ki Dardo, Pendekar Cangklong yang tinggal di daerah perbatasan, seorang tokoh hitam berilmu tinggi yang hidup bak raja di sana.Ki Dardo datang bersama dua sohibnya yang kesaktiannya tak kalah hebatnya, yakni Ki Mandor dan Ki Tara.Mereka diam-diam
Malaki mendekat perlahan dan kini hanya berjarak satu tombak dengan keduanya. “Siapa kalian dan apa tujuan kalian ingin membunuhku?” tanya Malaki pelan.“Persetannn dengan kauu…aukkkhhh aduhhhh ampunnnn!” orang yang melempar pisau tadi langsung berteriak kesakitan, saat sebuah pisau kembali di lemparkan Malaki dan tepat mengenai paha orang tersebut.“Cepat sebutkan, sebelum dua pisau sisa ini menembus jantung kalian dan mengakhiri riwayat kalian berdua!” ancam Malaki dingin.“Ampunnn…kami berdua hanya suruhan dari…aukkk..!” kedua orang ini langsung terdiam, Malaki melompat bak kilat mengejar pembokong yang mengirim senjata rahasia kepada dua orang di depannya ini.Tapi yang mengirimkan senjata rahasia itu sudah sangat jauh melompat melewati atap-atap rumah warga, Malaki lalu melempar dengan kecepatan kilat sisa dua pisau tadi ke si pembokong itu, tapi sang pembokong dengan lihai bersalto
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma