“Kakek hanya kebetulan lewat di sini, pemandangan di sini sangat indah…!” kakek ini tersenyum, sambil menatap wajah Malaki dan Kinanti, senyum itu sangat berwibawa, sehingga Malaki dan Kinanti seakan takluk hanya dengan tatapan kakek aneh ini.
“Hmm…kenapa kakek datang diam-diam, pasti ingin berbuat jahat!” cetus Kinanti mengagetkan Malaki, Malaki yang ingin menegur tak jadi, karena Kinanti sudah terlanjur bersuara begitu.
Kakek ini tetap tersenyum sambil menggeleng.
“Gadis kecil…kakek sudah puluhan tahun melepaskan diri dari ikatan duniawi dan tinggal menunggu roh ini tercabut dari tubuh renta ini, tak ada gunanya kakek berbuat jahat!” lembut sekali suara kakek ini.
“Maaf…siapakah kakek ini…?” sela Malaki dengan suara lembut, ia khawatir kalau Kinanti makin kurang ajar.
Kakek ini terlihat sangat senang dengan sikap Pendekar Pekok yang tenang dan sopan.
“
Kakek aneh ini menghela nafas panjang…!“Kamu harus kendalikan nafsu dan jangan mudah terpancing emosi…dan semoga hubungan kalian kali ini langgengg…walaupun kulihat ada badai, tapi aku yakin kalian berdua kelak mampu mengatasinya!” Malaki yang masih bersujud mendapatkan nasehat ini hanya mengangguk-anggukan kepala ke tanah.“Baiklah…agar kamu tak penasaran…kamu gunakan ilmu yang paling hebat itu, Menari di Atas Awan, berikut gunakan pedang bengkok kamu…serang kakek, jangan ragu!”Malaki lalu mundur dan mencabut pedangnya, setelah sekali lagi menjura dalam dan di tatap kakek ini dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Malaki pun kemudian mulai memainkan jurus Menari di Atas Awan.Suara ribuan tawon menderu sangat nyaring, Kinanti yang kini sudah menerima ilmu-ilmu sakti berkat latihan bersama Malaki berdasarkan kitab yang mereka temukan, dan baru saja diberi petunjuk kakek yang
“Bang…aku pulang dulu yaa…ku tunggu di rumah di ibukota…jangan lama-lama nyusulnya!” bisik Kinanti, yang tentu saja tetap di dengar ketiga orang yang juga sangat sakti ini. Namun ketiganya pura-pura tak mendengar, malah seperti bersemedhi seakan membiarkan sepasang kekasih ini saling berbicara.Malaki hanya mengangguk, setelah berpegangan tangan, keduanya pun berpisah, Malaki dan Kinanti sungkan berpelukan, karena tiga guru besar Kinanti ini ada di dekat mereka, walaupun mata mereka seakan terpejam.Tak lama kemudian Kinanti pun mengikuti guru-guru besarnya ini, hanya dalam waktu singkat, ke empat orang itu sudah sangat jauh, karena semuanya mengerahkan kesaktiannya, untuk berlari cepat.Kinanti sengaja mengerahkan kekuatannya yang sudah dia latih dan disempurnakan Ki Balongin, tapi saat dia menoleh ke samping kiri dan kanan, alangkahnya dia, ketiga guru besarnya terlihat ada terus dan seakan santai saja berjalan, tanpa terlihat
Ki Luki menambahkan, setelah Ki Sunu di biarkan kabur, mereka yang penasaran lalu bertanya pada guru mereka, sehingga di dapatlah kisah yang tadi di dengar Malaki di restoran tersebut.“Kami tak tahu apa-apa lagi…hanya itu yang kami dengar, mohon maaf Pendekar Pekok…!” ucap Ki Luki lagi.Setelah berbasa-basi sejenak, Malaki kemudian berpisah dengan ketiga orang tersebut dan mereka terkagum-kagum, saat Malaki sengaja meninggalkan mereka dengan sekali lompat dan dengan kecepatan yang luar biasa.Hanya 1 detik setelah ucapkan salam perpisahan, tubuh Malaki sudah menghilang dari sana dan hanya terlihat titik ke abu-abuan yang makin mengecil lalu hilang dari pandangan ketiga orang ini.“Luar biasa…pantes saja di juluki Pendekar Pekok yang sakti, ilmunya memang luar biasa dan Prabu Dipa mampu dia kalahka…!” kata Ki Daus memandang kagum.Besoknya, pagi-pagi sekali Malaki sudah kembali berjalan cepat, kal
Pukulan Ki Sunu sangat panas dan mengandung racun mematikan, jangankan kena, kena asap pukulannya saja kalau tak kuat ilmu tenaga dalamnya akan tewas.Kemudian pukulan tenaga dalam Ki Gambol kebalikannya, yakni sangat dingin, batu-batu yang terkena imbas pukulannya langsung hancur dan jadi es lalu pecah berserakan.Sedangkan pukulan Ki Jerangkong sebagaimana angin badai, menderu-deru saking kerasnya, pohon sebesar kerbau pun akan tumbang terkena pukulan dahsyat ini.Agaknya selama ini ketiganya benar-benar memperdalam ilmu silatnya hingga mengalami kemajuan yang sangat sulit diukur lagi, saking hebatnya.Namun yang kini mereka hadapi adalah Malaki si Pendekar Pekok yang sudah sangat matang ilmu silatnya, semua pukulan itu mental bak menghantam karet saja.Bahkan kalau mereka tak cepat-cepat menarik tenaga pukulan, secara ajaib tenaga dalam mereka membanjir keluar tersedot tenaga dalam Malaki.“Ilmu ibliss….!” teriak Ki Sun
Tentu saja Ki Sunu tak mau konyol berhadapan dengan pendekar sakti ini, diapun terpaksa kabur melarikan diri sejauh-jauhnya. Ki Sunu lupa dengan bayi itu, sebelumnya dia meletakan bayi tersebut di sebuah pondok kecil di hutan saat menghadapi Pendekar Sapu Jagat itu.Pendekar Sapu Jagat sendiri saat tak melihat bayi itu di tangan Ki Sunu, pendekar ini berpikir bayi itu pasti sudah mati. Karena pendekar ini tahu sepak terjang Ki Sunu, sehingga sang pendekar ini pun pergi dari sana, setelah melihat Ki Sunu kabur. Tanpa menjenguk ataupun memeriksa kondisi si bayi malang tersebut.Tanpa Malaki sadari, setelah selesai bercerita, leher Ki Sunu lemah dan diapun tewas di samping mantan muridnya ini.Malaki menatap wajah yang kini sudah tak bernyawa ini.“Kali ini aku percaya apa yang kamu ucapkan Ki Sunu, tak mungkin kamu berdusta di saat sudah meregang nyawa begini,” batin Malaki.Malaki tetap teringat kebaikan Ki Sunu, dia kemudian menguburkan
Sebagai bukti kalau dia ‘tobat’, Pangeran Kurna bahkan meminta semua harta yang di duga dia selewengkan, silahkan di ambil kembali oleh kerajaan.Kerajaan kemudian menyita hampir 70% harta yang tadinya di selewengkan Pangeran Kurna lalu di serahkan ke bendahara kerajaan dan di masukan sebagai harta negara.Sejak saat itu, pengeran ini sempat nonjob, karena Prabu Dipa sangat jengkel dengan kelakuan saudara nya ini. Tapi sang Pangeran yang licin dalam hal diplomasi ini pintar mampu kembali mengambil hati Prabu Dipa.Dialah sosok utama yang mendatangkan Putri Remi sebagai selir dan kini jadi selir kesayangan Prabu Dipa.Pangeran Kurna yang diam-diam memiliki hubungan sangat baik ini dengan petinggi-petinggi Kerajaan Surata, lalu membujuk halus agar salah satu putri tercantik mereka di serahkan pada Prabu Dipa, tapi diam-diam di balik itu semua ada udang di balik batunya.Sehingga kerajaan Surata mau berdamai dan bahkan relah &l
Ibu Kinanti, Putri Mani tergopoh keluar dari rumah mendengar bentakan suaminya ini terhadap Kinanti. Suara Pangeran Biju yang mengguntur terdengar sampai ke dalam Istana mereka, itulah yang membuat Putri Mani keluar dan mencari tahu apa yang terjadi antara putri tunggalnya dan suaminya ini.“Ada apa kanda, kok anak sendiri di marahin sampai segitunya!” kata Putri Mani sambil mendekati suaminya ini.“Kamu liat perut Kinanti…?” kata Pangeran Biju masih dengan wajah marah. Putri Mani langsung menatap tubuh putri kesayangannya ini dan dia pun kaget bukan main melihat Kinanti yang kini hanya bisa menunduk, karena tidak ada gunanya lagi dia menyembunyikan kehamilannya yang sudah berusia 5 bulanan ini.Putri Mani lalu mendekati Kinanti lalu menatap wajah cantik putri kesayangannya ini.“Kinanti…benarkah kamu hamil…siapa laki-laki yang telah menghamili kamu?” Kinanti hanya diam tak berani menjawab.P
Memang dibandingkan Perguruan Warik Putih yang cenderung lebih dekat dengan Prabu Dipa, kedua perguruan ini lebih dekat dan sering berhubungan dengan Pangeran Biju dan juga Pangeran Kurna.Diam-diam juga kedua perguruan besar ini ada sesuatu yang di janjikan, tentu saja tak semuanya tahu apalagi menyetujuinya.Tapi ada oknum-oknum tertentu yang bermain api dan mempunyai ambisi besar, tentunya tanpa sepengetahuan guru besar mereka. Orang-orang ‘haus kekuasaan’ inilah yang sangat antusias membantu untuk turut membunuh Pendekar Pekok.Ki Yatu dan Ki Tana bagi tugas, Ki Yatu menemui Tiga Pendekar Tasbeh Setan yang kini bertapa di gunung, sedangkan Ki Tana berangkat cepat menemui Ki Dardo, Pendekar Cangklong yang tinggal di daerah perbatasan, seorang tokoh hitam berilmu tinggi yang hidup bak raja di sana.Ki Dardo datang bersama dua sohibnya yang kesaktiannya tak kalah hebatnya, yakni Ki Mandor dan Ki Tara.Mereka diam-diam