“Bang…aku pulang dulu yaa…ku tunggu di rumah di ibukota…jangan lama-lama nyusulnya!” bisik Kinanti, yang tentu saja tetap di dengar ketiga orang yang juga sangat sakti ini. Namun ketiganya pura-pura tak mendengar, malah seperti bersemedhi seakan membiarkan sepasang kekasih ini saling berbicara.
Malaki hanya mengangguk, setelah berpegangan tangan, keduanya pun berpisah, Malaki dan Kinanti sungkan berpelukan, karena tiga guru besar Kinanti ini ada di dekat mereka, walaupun mata mereka seakan terpejam.
Tak lama kemudian Kinanti pun mengikuti guru-guru besarnya ini, hanya dalam waktu singkat, ke empat orang itu sudah sangat jauh, karena semuanya mengerahkan kesaktiannya, untuk berlari cepat.
Kinanti sengaja mengerahkan kekuatannya yang sudah dia latih dan disempurnakan Ki Balongin, tapi saat dia menoleh ke samping kiri dan kanan, alangkahnya dia, ketiga guru besarnya terlihat ada terus dan seakan santai saja berjalan, tanpa terlihat
Ki Luki menambahkan, setelah Ki Sunu di biarkan kabur, mereka yang penasaran lalu bertanya pada guru mereka, sehingga di dapatlah kisah yang tadi di dengar Malaki di restoran tersebut.“Kami tak tahu apa-apa lagi…hanya itu yang kami dengar, mohon maaf Pendekar Pekok…!” ucap Ki Luki lagi.Setelah berbasa-basi sejenak, Malaki kemudian berpisah dengan ketiga orang tersebut dan mereka terkagum-kagum, saat Malaki sengaja meninggalkan mereka dengan sekali lompat dan dengan kecepatan yang luar biasa.Hanya 1 detik setelah ucapkan salam perpisahan, tubuh Malaki sudah menghilang dari sana dan hanya terlihat titik ke abu-abuan yang makin mengecil lalu hilang dari pandangan ketiga orang ini.“Luar biasa…pantes saja di juluki Pendekar Pekok yang sakti, ilmunya memang luar biasa dan Prabu Dipa mampu dia kalahka…!” kata Ki Daus memandang kagum.Besoknya, pagi-pagi sekali Malaki sudah kembali berjalan cepat, kal
Pukulan Ki Sunu sangat panas dan mengandung racun mematikan, jangankan kena, kena asap pukulannya saja kalau tak kuat ilmu tenaga dalamnya akan tewas.Kemudian pukulan tenaga dalam Ki Gambol kebalikannya, yakni sangat dingin, batu-batu yang terkena imbas pukulannya langsung hancur dan jadi es lalu pecah berserakan.Sedangkan pukulan Ki Jerangkong sebagaimana angin badai, menderu-deru saking kerasnya, pohon sebesar kerbau pun akan tumbang terkena pukulan dahsyat ini.Agaknya selama ini ketiganya benar-benar memperdalam ilmu silatnya hingga mengalami kemajuan yang sangat sulit diukur lagi, saking hebatnya.Namun yang kini mereka hadapi adalah Malaki si Pendekar Pekok yang sudah sangat matang ilmu silatnya, semua pukulan itu mental bak menghantam karet saja.Bahkan kalau mereka tak cepat-cepat menarik tenaga pukulan, secara ajaib tenaga dalam mereka membanjir keluar tersedot tenaga dalam Malaki.“Ilmu ibliss….!” teriak Ki Sun
Tentu saja Ki Sunu tak mau konyol berhadapan dengan pendekar sakti ini, diapun terpaksa kabur melarikan diri sejauh-jauhnya. Ki Sunu lupa dengan bayi itu, sebelumnya dia meletakan bayi tersebut di sebuah pondok kecil di hutan saat menghadapi Pendekar Sapu Jagat itu.Pendekar Sapu Jagat sendiri saat tak melihat bayi itu di tangan Ki Sunu, pendekar ini berpikir bayi itu pasti sudah mati. Karena pendekar ini tahu sepak terjang Ki Sunu, sehingga sang pendekar ini pun pergi dari sana, setelah melihat Ki Sunu kabur. Tanpa menjenguk ataupun memeriksa kondisi si bayi malang tersebut.Tanpa Malaki sadari, setelah selesai bercerita, leher Ki Sunu lemah dan diapun tewas di samping mantan muridnya ini.Malaki menatap wajah yang kini sudah tak bernyawa ini.“Kali ini aku percaya apa yang kamu ucapkan Ki Sunu, tak mungkin kamu berdusta di saat sudah meregang nyawa begini,” batin Malaki.Malaki tetap teringat kebaikan Ki Sunu, dia kemudian menguburkan
Sebagai bukti kalau dia ‘tobat’, Pangeran Kurna bahkan meminta semua harta yang di duga dia selewengkan, silahkan di ambil kembali oleh kerajaan.Kerajaan kemudian menyita hampir 70% harta yang tadinya di selewengkan Pangeran Kurna lalu di serahkan ke bendahara kerajaan dan di masukan sebagai harta negara.Sejak saat itu, pengeran ini sempat nonjob, karena Prabu Dipa sangat jengkel dengan kelakuan saudara nya ini. Tapi sang Pangeran yang licin dalam hal diplomasi ini pintar mampu kembali mengambil hati Prabu Dipa.Dialah sosok utama yang mendatangkan Putri Remi sebagai selir dan kini jadi selir kesayangan Prabu Dipa.Pangeran Kurna yang diam-diam memiliki hubungan sangat baik ini dengan petinggi-petinggi Kerajaan Surata, lalu membujuk halus agar salah satu putri tercantik mereka di serahkan pada Prabu Dipa, tapi diam-diam di balik itu semua ada udang di balik batunya.Sehingga kerajaan Surata mau berdamai dan bahkan relah &l
Ibu Kinanti, Putri Mani tergopoh keluar dari rumah mendengar bentakan suaminya ini terhadap Kinanti. Suara Pangeran Biju yang mengguntur terdengar sampai ke dalam Istana mereka, itulah yang membuat Putri Mani keluar dan mencari tahu apa yang terjadi antara putri tunggalnya dan suaminya ini.“Ada apa kanda, kok anak sendiri di marahin sampai segitunya!” kata Putri Mani sambil mendekati suaminya ini.“Kamu liat perut Kinanti…?” kata Pangeran Biju masih dengan wajah marah. Putri Mani langsung menatap tubuh putri kesayangannya ini dan dia pun kaget bukan main melihat Kinanti yang kini hanya bisa menunduk, karena tidak ada gunanya lagi dia menyembunyikan kehamilannya yang sudah berusia 5 bulanan ini.Putri Mani lalu mendekati Kinanti lalu menatap wajah cantik putri kesayangannya ini.“Kinanti…benarkah kamu hamil…siapa laki-laki yang telah menghamili kamu?” Kinanti hanya diam tak berani menjawab.P
Memang dibandingkan Perguruan Warik Putih yang cenderung lebih dekat dengan Prabu Dipa, kedua perguruan ini lebih dekat dan sering berhubungan dengan Pangeran Biju dan juga Pangeran Kurna.Diam-diam juga kedua perguruan besar ini ada sesuatu yang di janjikan, tentu saja tak semuanya tahu apalagi menyetujuinya.Tapi ada oknum-oknum tertentu yang bermain api dan mempunyai ambisi besar, tentunya tanpa sepengetahuan guru besar mereka. Orang-orang ‘haus kekuasaan’ inilah yang sangat antusias membantu untuk turut membunuh Pendekar Pekok.Ki Yatu dan Ki Tana bagi tugas, Ki Yatu menemui Tiga Pendekar Tasbeh Setan yang kini bertapa di gunung, sedangkan Ki Tana berangkat cepat menemui Ki Dardo, Pendekar Cangklong yang tinggal di daerah perbatasan, seorang tokoh hitam berilmu tinggi yang hidup bak raja di sana.Ki Dardo datang bersama dua sohibnya yang kesaktiannya tak kalah hebatnya, yakni Ki Mandor dan Ki Tara.Mereka diam-diam
Malaki mendekat perlahan dan kini hanya berjarak satu tombak dengan keduanya. “Siapa kalian dan apa tujuan kalian ingin membunuhku?” tanya Malaki pelan.“Persetannn dengan kauu…aukkkhhh aduhhhh ampunnnn!” orang yang melempar pisau tadi langsung berteriak kesakitan, saat sebuah pisau kembali di lemparkan Malaki dan tepat mengenai paha orang tersebut.“Cepat sebutkan, sebelum dua pisau sisa ini menembus jantung kalian dan mengakhiri riwayat kalian berdua!” ancam Malaki dingin.“Ampunnn…kami berdua hanya suruhan dari…aukkk..!” kedua orang ini langsung terdiam, Malaki melompat bak kilat mengejar pembokong yang mengirim senjata rahasia kepada dua orang di depannya ini.Tapi yang mengirimkan senjata rahasia itu sudah sangat jauh melompat melewati atap-atap rumah warga, Malaki lalu melempar dengan kecepatan kilat sisa dua pisau tadi ke si pembokong itu, tapi sang pembokong dengan lihai bersalto
Keluluhan Rani bukan karena pemberian dan juga perhatian Palasi yang di anggap Rani palsu, tapi itu semua karena sakit hatinya dengan Malaki.Sejak pertemuannya dengan Malaki yang sangat menyakitkan Rani di pegunungan Meratus dulu,Hati Rani bak terbakar saking cemburunya, karena menyaksikan langsung Malaki sangat akrab dengan Kinanti, ketika golongan putih dan hitam bentrok untuk memperebutkan kitab peninggalan Kakek Berhati Emas, yang akhirnya secara tak sengaja malah jatuh ke tangan Kinanti dan Malaki.Rani pun menerima cinta Palasi, walaupun dia tak cinta pria playboy ini, tapi rasa sakit hatinya menutupi semuanya. Namun setiap kali bercinta, Rani seakan mematikan indera nya, dia bak batang pisang, dingin-dingin saja.Sehingga Palasi lama-lama mulai bosan juga dengan Rani, karena dia bak menikmati badan mati setipa kali bercinta, tak ada sama sekali kemesraan, layaknya orang pacaran.Namun, ingin berbuat serong dengan wanita lain, Palasi masih