“Siapa yang melakukan kekejaman ini…?” teriak Ki Jambrong untuk menutupi rasa jerih di hatinya, di tangannya terhunus goloknya yang sudah tercabut dari sarungnya dan sudah ratusan orang yang dia bunuh dengan senjata andalannya itu.
“Hmmm Jambrong…aku orangnya….kekejaman yang kamu lakukan bersama anak buahmu itu tak ada apa-apanya dengan apa yang kulakukan saat ini. Bersiaplah sekarang kamu untuk menyusul korban-korban kamu ke alam baka,” kata Malaki yang tiba-tiba saja melompat dan kini berdiri hanya lima tombak dari hadapan Ki Jambrong.
Di tanganya tergenggam Pedang Bengkok yang sangat mengerikan, karena telah memenggal 45 orang tanpa ampun, hebatnya tak ada setetes pun darah di pedang itu, pedang itu tetap bersih bak baru saja di bersihkan.
“Malaki…kamuuu…!” wajah Ki Jambrong langsung pucat pasi. Dari Rani anaknya dia sudah tahu kalau Malaki selamat dan dia sejak saat itu harap-harap cemas
Kini Pendekar Pekok santai saja menjalankan kudanya, tujuannya sudah semakin dekat dengan Pegunungan Meratus Bagian Barat. Tiba-tiba di lereng bukit yang kalau pagi dan sore selalu di selimuti halimun pendekar ini kaget mendapat beberapa mayat yang bergelimpangan, tanpa ada yang menguburkannya.Walaun kini di kenal sebagai pendekar kejam tanpa ampun, tapi melihat mayat-mayat bergelimpangan, dahi Pendekar Pekok ini menggeryit juga, ia penasaran siapa yang berlaku kejam membunuhi manusia-manusia ini, lalu meninggalkannya begitu saja tanpa di kubur.Saat dia memeriksa, agaknya mayat-mayat ini baru saja di bunuh, pakaian mereka seperti ahli-ahli silat. Bahkan senjata-senjata serta beberapa harta benda milik para korban ini juga ada di sekitar mayat-mayat ini, ini menandakan mereka bukan di rampok, tapi sengaja di bantai, entah apa kesalahannya hingga harus menerima nasib mengenaskan ini.Malaki terus menjalankan kudanya dan sekitar 400 meteran berikutnya dia kembali
Sudah hampir 100 jurus, Malaki belum punya kesempatan melancarkan serangan balasan, kedua orang ini benar-benar sangat lihai. Malaki sendiri mengakui, sejak turun gunung kembali, baru kali ini dia mendapatkan lawan tanding yang benar-benar tangguh, lihai juga licik.Malaki akhirnya nekat, dia sadar musuhnya sengaja menghindari kontak langsung, dia lalu menancapkan Pedang Bengkok di tanah, lalu dia bersedekap, inilah ilmu yang paling rahasia dan baru pertama kali dia gunakan, ilmu ini merupakan jurus terakhir dari Menari di Atas Awan, yang dia sempurnakan di bawah bimbingan Kakek Berhati Emas.Begitu si Gendut dan si Kurus bak tengkorak ini berbarengan menghantam badannya yang sedang berdiri tegak tersebut, tubuh Malaki seakan menerima dua tenaga yang luar biasa kuatnya.Tapi inilah kehebatan Jurus Menari di Atas Awan, kedua jurus itu masuk ke dalam tubuh Malaki, lalu secara lihai dan luar biasa, Malaki memukul ke kanan dan kiri, tenaga si Gendut yang di lepaskan
“Heiii Kurus…ni ada lagi lalat-lalat yang ingin berebut kitab itu, eh ada gadis kecil yang cantik ikut, itu jangan dibunuh, bisa kita pakai buat mainan di gua kita!” kata si Gendut sambil tertawa, liurnya bak menetes melihat kecantikan Kinanti.Si Kurus langsung ikutan tertawa, tapi tawanya aneh, lebih mirip orang merintih kesakitan. Kinanti yag berdarah panas langsung marah dan dia menyerang dengan pedangnya si Gendut yang bersuara kurang ajar.Padahal Ki Saul sudah memberi peringatan agar jangan sembarangan menyerang orang, tapi peringatan terlambat, Kinanti sudah terlanjur melompat dan menyerang si Gendut yang dianggapnya sangat kurang ajar ini.Belum juga pedang itu menyentuh tubuh si Gendut. “Srattttt….” Tiba-tiba baju bagian perut Kinanti sobek besar, tentu Ki Saul dan yang lain kaget bukan main melihat cepatnya si Gendut berbuat kurang ajar terhadap adik seperguruan mereka ini.Ke tujuh orang ini langsung
Sudah berjam-jam Kinanti malah belum juga ngantuk, dadanya agak berdebar setiap kali menatap wajah tampan Malaki, yang dilihatnya seperti melamun itu. Kinanti lalu bangkit dan duduk menghadap Malaki.“Belum ngantuk…bang ajarin aku silat atau ilmu tenaga dalam…!” kata Kinanti memecah kesunyian sambil menatap wajah Malaki.Malaki menatap lama wajah Kinanti, lalu ia pun mengangguk, karena dirinya pun sama, tidak bisa konsentrasi bersemedhi sejak tadi.Malaki akhirnya mengalah, diapun mengajari Kinanti cara menghimpun tenaga dalam, karena Kinanti sudah memiliki tenaga dalam sebelumnya, sangat mudah bagi gadis cantik ini mempraktekan apa yang di ajarkan Malaki.Bahkan dia tak sungkan keluar gua dan berlatih dengan petunjuk-petunjuk Malaki yang duduk sambil menikmati arak putih yang harum dan manis. Kinanti tak memperdulikan cuaca gelap dan dingin, untung tak lama kemudian bulan bersinar terang, setelah tadi tertutup awan tebal.
Para pendekar golongan putih ini tentu saja tak gentar secuilpun, mereka sangat percaya diri dan beranggapan tokoh golongan itu mampu mereka kalahkan.“Saudara Ki Sunu, kami ke sini tentu bermaksud sama dengan kalian semua, aku Ki Palor Pendekar Tapak Suci dari Perguruan Kuyuk Hitam mewakili semua pendekar golongan putih, tentu berharap agar bisa mendapatkan kitab dari yang mulia Kakek Berhati Emas, mari kita bersaing sehat saja, tak perlu ada pertumpahan darah di sini. Lagian Kakek Berhati Emas selalu ringan tangan membagi-bagi ilmu silatnya pada siapa saja yang beruntung, tak peduli dia itu orang baik atau orang jahat!” sindir Ki Palor, pria parobaya yang terlihat tenang dan santai saja, Ki Palor sebagai tokoh golongan putih sangat berpengalaman bertemu tokoh-tokoh golongan hitam dan sering bertarung.“Heiii Ki Palor kalian takut ya he-he-he…?” Ki Sunu masih pongah dan angkuh, puluhan pendekar golongan putih mulai terpancing emosi mende
“Apa kabarmu Rani…kenapa kamu kini malah bergabung dengan Ki Sunu dan golongan hitam lainnya!” kata Malaki, sambil menahan debaran jantungnya, antara sakit karena pukulan Sepasang Pendekar Iblis tadi, di tambah rasa kangen dan juga ada rasa sakit hati karena dulu melihat Rani bermesraan dengan seorang pria bercampur jadi satu.“Hmmm…itu bukan urusanmu Malaki…kamu masih ingat kan cita-citaku dulu…belum terlambat kalau kamu ingin berubah pikiran dan bergabung…itu malah lebih baik lagi, ayoo kita bersama cari kitab itu…lalu kita pelajari sama-sama seperti dulu dan kita wujudkan cita-citaku dan tentu juga buat kamu kelak…sayangnya kamu telah membasmi Ki Jambrong, padahal dia dan anak buahnya bisa di manfaatkan kelak?” cetus Rani tanpa ekspresi, tak ada rasa sesal di wajahnya mengingat kelakuan Malaki yang membasmi Ki Jambrong, yang notabene ayah angkatnya.Malaki langsung menggelengkan kepala, dia kin
Pendekar yang ilmu silatnya rendah banyak menyerah tak sanggup melanjutkan pencarian kitab tersebut. Sedangkan yang ilmu silatnya tinggi mengerahkan kekuatannya untuk menahan kekuatan alam tersebut.Semakin tinggi mendaki pegunungan meratus, sesekali turun hujan yang sangat deras dan di sertai batu-batu es.Sudah semingguan Malaki dan Kinanti melanjutkan perjalanan menaiki pegunungan meratus yang menjulang itu, kini keduanya terpaksa mencari gua untuk berlindung, karena hujan bak di tumpahkan dari langit.Keduanya tidak menggunakan kuda alias si Hitam lagi, tapi menggunakan keahlian silat mereka berloncat-loncatan naik atas ke bukit.Walaupun Kinanti sudah mengerahkan tenaga dalamnya, tapi dia tetap menggigil kedinginan, sehingga Malaki terpaksa memeluk gadis ini sambil menyalurkan hawa panas ke tubuh Kinanti, dan Kinanti tentu saja sangat bahagia di peluk lelaki yang diam-diam dia cintai ini.Setelah semingguan lebih mendaki bukit yang luas dan le
Awalnya Malaki memang tidak memperhatikan ulah Kinanti, dia tetap aseek menggigit daging kijang yang sangat gurih dan nikmat tersebut, setiap hari bercinta membuat Malaki membutuhkan asupan gizi yang banyak juga.Sorakan dan jeritan Kinanti lah yang membuat Malaki bak terbang mendekati kekasihnya ini. Saat itu Kinanti dengan berdebar-debar menatap sesuatu yang sangat mengagetkannya tadi.Kinanti kemudian menarik gagang golok itu dan saat di tarik, ternyata golok yang masih bersarung itu terikat sebuah bungkusan, dengan dada berdebar tegang Kinanti membuka bungkusan itu perlahan-lahan.Hampir dia bersorak kegirangan saat bungkusan itu terbuka, isinya ternyata sebuah kitab tua yang lumayan tebal dan di sampul kitab itu tertulis sebuah tulisan yang sangat indah.“Kitab dan Golok Milik Dewi, Istriku Tercinta, siapapun yang menemukannya ini, maka dia akan berjodoh dengan kitab dan pedang ini, pesanku hanya satu, gunakanlah ilmu ini untu