Beranda / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 51 - Bab 60

537 Bab

Bab 51: Melihat Pertarungan Aneh

Sebelum pergi, Rani sekali lagi menatap Malaki, ketika melihat Malaki hanya diam dan tidak menjawab, Rani pun makin gemes, dia langsung mendengus dan sekali sentak, kudanya bak mau terbang dan tak lama kemudian dengan cepat kuda itu meninggalkan pria ini, yang hanya bisa menatap kepergian kekasihnya, tanpa ada maksud mencegahnya. Inilah yang makin membuat Rani kesal bukan main, dia anggap kekasihnya ini benar-benar lemah dan tak punya pendirian. Sangat lama Malaki terdiam diri mematung menatap kepergian Rani, dia tak menyangka hubungan indah mereka akan berakhir begini. Masih ingat dia bagaimana kemesraan yang dia dan Rani alami selama berbulan-bulan bersama. Tak ada waktu bersedih, semuanya mereka lalui dengan kemesraan dan juga bercinta dengan menggebu-gebu di manapun tempat yang mereka anggap aman. Bayangan masa kecil saat mereka berdua jadi murid Ki Sunu pun terbentang di matanya, senyum lucu dan juga kemanjaan Rani terbayang di matanya. H
Baca selengkapnya

Bab 52: Ajakan Makar

Malaki kini tertarik dan ingin mengetahui mau di bawa kemana Ki Mandar ini oleh 10 orang tersebut, yang kini mengawal kiri dan kanan serta sebagian di belakang.“Agaknya pejabat itu akan di bawa ke suatu tempat, semakin menarik, aku akan coba membuntuti dan mencari tahu apa yang terjadi!” batin Malaki.Malaki sengaja membayangi dari jarak yang agak jauh, agar tidak terlihat, kereta itu terus masuk ke dalam hutan yang lumayan lebat, tapi masih bisa di lewati kereta kuda tersebut.Cukup lama juga perjalanan itu, kalau jalannya agak nyaman, kereta itu akan melaju dengan cepat dan kuda-kuda 10 orang yang mengawal itu juga mengiringi dengan tak kalah cepatnya.Hampir 4 jam kereta ini akhirnya sampai di sebuah tempat yang mirip dengan banteng, karena di depan itu terdapat 15 orang penjaga yang berjaga.Setelah melihat siapa yang datang, para penjaga ini langsung membuka pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.Setelah itu pintu gerbang
Baca selengkapnya

Bab 53: Bertemu Musuh Lama

Ki Dardo ternyata sudah berkomplot dengan Pangeran Biju, mereka sering bertemu, bahkan kalau Ki Dardo jalan-jalan ke Ibukota Kerajaan, ia selalu menginap di Istana Pangeran Biju, sekaligus mematangkan rencana pemberontakan tersebut.Pangeran Biju memanfaatkan pengaruh Ki Dardo ini untuk membentuk kekuatan, terlebih Ki Dardo juga mempunyai hubungan baik dengan Kerajaan Surata, boleh dibilang Ki Dardo adalah penghubung Pangeran Biju dengan kerajaan itu.Ki Dardo yang sudah kaya raya ini ternyata berambisi ingin jadi bangsawan, tak tanggung-tanggung dia bercita-cita ingin jadi Panglima Kerajaan Hilir Sungai, kalau kelak Pangeran Biju jadi Raja menggantikan Prabu Kerta, kakaknya itu.“Ki Dardo…siapa yang pantas mengganti kedudukan Prabu Kerta?” pancing Ki Mandar lagi, ternyata Ki Dardo benar-benar cerdik, dia ingat pesan Pangeran Biju, jangan sembarangan dulu membuka jati dirinya, kalau kedudukan mereka belum kuat, terlebih saat ini telik sandi ke
Baca selengkapnya

Bab 54: Berkenalan dengan Jenderal Perang

Setelah hampir 3 jam lebih bak terbang membawa tubuh Ki Mandar dari markas Ki Dardo, Malaki pun menurunkan tubuh Ki Mandar ketika mereka sudah tiba di pinggiran kota, untuk beristirahat.Penjaga kota yang melihat Ki Mandar berjalan bersama Malaki, langsung memberi dua kuda, karena Ki Mandar merupakan penguasa kadipaten ini, sehingga otomatis para penjaga kenal baik dengan sang kepala daerah ini.Kini mereka berjalan beriringan menuju pusat Kota Kadipaten Solak, di mana rumah Ki Mandar berada.Sepanjang jalan, Ki Mandar banyak bertanya tentang jati diri Malaki, dia juga sempat kaget saat melihat wajah Malaki yang sangat mirip Pangeran Dipa, Putra Mahkota Kerajaan Hilir Sungai.“Jujur, saya pikir saat kamu masuk menjebol atap dan menolongku, kamu adalah Pangeran Dipa, perawakan kalian sangat mirip!” kata Ki Mandar, saat mereka kini sudah berada di rumahnya.“Saya belum pernah bertemu Pangeran Dipa, Ki Mandar, jadi saya juga kaget ka
Baca selengkapnya

Bab 55: Bertemu Pertama Kalinya Dengan Pangeran Dipa

“Nama kamu Malaki yaa, mau kah kamu ikut aku bertemu Prabu Kerta, kebetulan hari ini aku memang berniat ingin bertemu beliau!” tawar sang panglima, setelah sebelumnya mempersilahkan Malaki minum kopi dengan gula aren yang harum dan penganan kue yang baru saja di antar seorang pembantu panglima.“Mohon maaf paduka panglima, saya yang rendah ini belum pantas rasanya bertemu Baginda Prabu yang teramat mulia,” jawab Malaki dengan sikap menghormat.Panglima langsung menganggukan kepalanya, dia kagum juga dengan kerendahan hati Malaki.“Malaki, kamu berasal darimana, siapa orang tua kamu?” Panglima Jenderal Parong tak tahan juga untuk tidak bertanya asal usul Malaki.Karena dia melihat wajah Malaki benar-benar sangat mirip dengan Pangeran Dipa, keponakannya sekaligus Pangeran Mahkota.“Saya berasal dari Kampung Maruwis, yang masuk Kadipaten Meratus Bagian Timur paduka Panglima. Orangtua saya Burka dan Tirai, kedu
Baca selengkapnya

Bab 56: Putra Mahkota Kalah

“Malaki…kita gunakan senjata, keluarkan senjata kamu!” kata Pangeran Dipa sambil tetap tersenyum.“Ta-tapi Baginda Pangeran…!” Malaki kini kebingungan sendiri.“Jangan sungkan, ini hanya latihan saja!” tanpa menunggu jawaban Malaki, secara kilat Pangeran Dipa menyerang Malaki dengan pedangnya, bunyi bersiuran langsung terdengar nyaring.Mau tak mau Malaki terpaksa bersalto tinggi ke atas dan kini di tangannya sudah memegang Pedang Bengkok.Bunyi ribuan tawon pun langsung terdengar, begitu Malaki memainkan pedang bengkoknya menghadapi pedang pusaka Pangeran Dipa.Panglima Parong harus segera mengerahkan tenaga dalamnya saat bunyi itu terdengar.Tiga pengawal Pangeran Dipa ikutan kaget, untungnya mereka bukan lemah, tapi termasuk orang-orang yang berimu tinggi, mereka ikut terkaget-kaget melihat senjata Malaki dan ketiga segera mengerahkan tenaga dalam.Setelah ke 3 nya mengerahkan tenag
Baca selengkapnya

Bab 57: Permaisuri Penasaran dengan Malaki

Harapannya kelak, anaknya yang dia yakini bakalan laki-laki ini akan jadi putera mahkota. Namun semuanya ambyar saat tahu permaisuri juga melahirkan seorang putra, yang otomatis akan jadi putera mahkota atau kelak akan jadi raja selanjutnya.Sudah tercantum dalam undang-undang kerajaan, kalau Putra Mahkota tak bisa lahir dari rahim seorang permaisuri, maka putra dari selir akan naik tahta. Tak pernah ada putri yang jadi Raja di kerajaan ini.Kenapa selir Selasih tahu permaisuri melahirkan putra kembar, tak lain karena di bocorkan sang dukun ini, sehingga dia menyusun siasat begitu.Putri Selasih terus berupaya agar sang Prabu Kerta selalu bersamanya, tujuannya agar sang permaisuri ini menderita, sehingga jatah bersama dengan permaisuri berkurang dan Selasih yang merupakan selir utama akan selalu berada dekat Prabu Kerta, dan dia lebih mudah mempengaruhi sang Prabu Kerta.Apalagi ia tahu, sejak menjadi selir sang prabu, Putri Selasih menduduki posisi nomor
Baca selengkapnya

Bab 58: Bertarung Dengan Putri Galuh

“Pendekar Pekok…aku juga pernah dengar nama itu, yang dikabarkan wajahnya mirip sekali dengan Pangeran Dipa dan mempunyai kesaktian luar biasa!” sahut permaisuri ini lagi.“Apa langkah kita selanjutnya permaisuri, perlukan kita beri tahu Prabu Kerta?” tanya Panglima ini lagi.“Jangan Panglima, sang prabu sampai detik ini masih sangat percaya dengan takhayul, kalau memiliki putra mahkota kembar, maka kerajaan suatu saat akan hancur lebur. Kalau sampai Prabu Kerta kita beritahu, akan terjadi kegemparan, jadi jangan sampai sang prabu tahu soal Malaki yang mirip dengan Pangeran Dipa ini!” cegah permaisuri lagi.“Tapi Pangeran Dipa malah akan mengajaknya ke perbatasan bersama ribuan Prajurit, tiga hari lagi akan berangkat. Yang saya khawatirkan, pasti kelak Prabu Kerta tahu dan yang saya khawatirkan adalah ini akan jadi isu hangat di kerajaan, kalau memang benar Malaki itu Pangeran yang dulu sengaja di singkirkan, kare
Baca selengkapnya

Bab 59: Malaki Patah Hati Melihat Rani

Sudah hampir tiga puluh jurus, wajah Putri Galuh mulai berkeringat tapi dia belum juga mampu mendesak apalagi mengalahkan Pendekar Pekok.Melihat baju sang putri yang mulai basah dengan keringat sehingga makin memperlihatkan badannya yang padat dan berisi.Bahkan keluar aroma harum dari keringat Putri Galuh yang ternyata sangat rajin dan rutin lakukan perawatan tubuh, Pendekar Pekok makin tak karuan rasa, pendekar ini berpikir sudah saatnya dia sudahi latihan ini, daripada dia makin pusing sendiri.Pendekar Pekok berteriak nyaring lalu tubuhnya mencelat ke atas, inilah pembukaan jurus menari di atas awan yang dia keluarkan.Tentu saja pendekar ini membatasi tenaganya, dia kemudian meluncur deras ke bawah, tangan keduanya bertemu, dengan posisi putri di bawah dan pendekar dari atas.“Dessss….!” Tubuh Putri Galuh terjengkang ke belakang, tapi dia langsung bersalto dan mampu berdiri dengan kokoh, tapi dadanya terasa sesak. Pukulan d
Baca selengkapnya

Bab 60: Bertemu Kakek Misterius Lagi

“Hanya persoalan asmara kek…tapi…yahhh sudahlah, maafkan kelemahan hati murid yang tak kuat ini guru!” sahut Malaki sambil menunduk.Kakek misterius ini malah tersenyum maklum, tanpa Malaki cerita pun si kakek misterius ini sudah paham, Malaki sedang patah hati.“Tak apa anak muda…kelak kalau kamu makin dewasa, semua kesedihan itu akan jadi pelajaran bagi kamu dan anak-anak kamu kelak!”“Anak-anak…murid belum menikah sampai kini guru…kekasih pun…tidak punya kini?”“Kelak kamu akan bertemu jodohmu…tapi aku bukan Tuhan yang bisa menyebutkan kapan, tapi kelak kamu pasti bertemu beberapa wanita yang akan kamu cintai dan mereka cintai…bahkan kamu kelak akan mendapatkan anugerah yang tak di sangka-sangka, tapi diimpikan semua orang, walaupun kamu menolak, tapi takdir agaknya tak bisa kamu tolak!”Melongolah Malaki, kakek ini menyebutkan beberapa wanita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
54
DMCA.com Protection Status