Beranda / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 41 - Bab 50

537 Bab

Bab 41: Anak Kepala Wilayah yang Sombong

Kini setelah berpakaian yang lumayan mewah, Rani memandang takjub pada kekasihnya ini, yang ketampananya naik berlipat-lipat. Malaki juga sama, dia sampai melongo melihat Rani menjelma bak gadis putri bangsawan saking cantiknya. Rambutnya yang panjang dan harum kini sangggul lalu diikat pita berwarna merah muda, sesuai warna kesukaan Rani. Pakaian Rani yang bak putri bangsawan juga terlihat sangat pas ditubuhnya yang tinggi semampai.  Warnanya biru muda, Rani memang sangat menyukai warna ini, sedangkan Malaki tetap setia dengan warna abu-abu, termasuk jubahnya. Setelah saling memandang dan saling memuji, keduanya akhirnya tertawa dan saling memeluk dan berpagutan lama, lalu kembali ke kota itu bergandengan tangan, tujuan mereka adalah sebuah rumah makan paling besar di kota itu. Tentu saja kehadiran Malaki dan Rani jadi pusat perhatian semua orang, selain sangat tampan, Rani juga terlihat sangat cantik. Benar-benar pasangan yang sangat serasi dan menimbu
Baca selengkapnya

Bab 42: Pelajaran Buat Sang Playboy

“Hmmm…pemuda angkuh ini cari penyakit!” bisik Rani, Malaki kembali tersenyum, dia sudah hapal gaya kekasihnya ini, yang kadang bersikap apa adanya dan tak di buat-buat, bahkan cenderung kasar.Karena Rani memang banyak bergaul dengan para perampok, anak buah Ki Jambrong, yang tata krama tak diperlukan.“Weww…dua sejoli ini baru jalan-jalan rupanya, mungkin di kampung mereka hanya ada perahu dan gerobak sapi, sehingga pas ke kota, jadi celingak-celinguk kayak kerbau ke sasar ke lubang buaya!” ejek Palasi yang langsung di sambut tawa 5 orang yang ternyata anak buahnya.“Heiii Palasi songong, apa maksud kamu menghadang kami!” sentak Rani kesal, karena tadi di ejek Palasi.“Wahhh bosss, yang cewek cantiknya kayak bidadari ini kasar banget, pasti aseek tuhh ntar malam, kalau udah bos jinakan akan menjadi kucing yang meongggg….auchhhh!” tiba-tiba mulutnya langsung berdarah dan pria ini menjeri
Baca selengkapnya

Bab 43: Utusan Nyai Mawar yang Misterius

“Hmmm cara-cara licik kaum dunia hitam mereka pakai!” pikir Malaki, kini dia mulai marah dan timbullah niatnya untuk memberi pelajaran keras pada orang-orang ini. Selain itu dengan kesaktiannya yang sangat tinggi, Malaki ingin memamerkan ilmunya pada orang-orang jahat itu.Sebagai pemuda yang masih berdarah panas, tentunya sikap Malaki tak bisa di salahkan. Terlebih ia merasa tak punya salah dengan orang-orang itu.Dengan kesaktiannya yang tinggi, Malaki malah membalik asap tadi dengan tiupan dari mulutnya, kamar tidur mereka yang dari tadi sengaja Malaki padamkan lampunya membuat gerakan Malaki tak terlihat, apalagi Malaki melakukannya dengan kecepatan yang tak terlihat oleh mata orang biasa.Tiba-tiba terdengar suara seperti orang jatuh dari atap, suara berdebuk nyaring, rupanya si peniup asap tadi tak menyangka asap yang dia kirim malah berbalik ke dia. Akibatnya dia malah yang tercium asap bius itu dan langsung mengantuk, tak ayal lagi saat menga
Baca selengkapnya

Bab 44: Rani Bergabung dengan Penculiknya

Malaki mengikuti saja tanpa banyak bertanya, wanita cantik ini kadang melirik Malaki, tapi Malaki tetap cuek dan terkesan dingin-dingin saja.Andai tak ingat dengan kekasihnya, tentu pemandangan si gadis utusan Nyai Mawar ini akan sangat indah buat di pandang.Malaki sengaja bersikap dingin, agar ia jangan dipandang sebelah mata oleh utusan komplotan yang tidak ia kenal ini.Begitu sampai di ujung dermaga, wanita meminta Malaki naik ke sebuah perahu yang lumayan besar, di dalam perahu itu terdapat beberapa tempat duduk yang di desain sedemikian rupa. Seperti perahu yang biasa membawa para pelancong.Wanita duduk dengan gaya yang anggun, saat dia melihat mata Malaki melirik pahanya yang terbuka, wanita ini tersenyum manis. Malaki mau tak mau ikut tersenyum dan perahu itupun kini jalan perlahan, makin cepat ke tengah telaga saat layar mulai di turunkan.Tiga orang laki-laki yang bertugas mengendalikan perahu ini dengan sigap terus melajukan perahu in
Baca selengkapnya

Bab 45: Rencana Besar Itu Adalah Makar

“Siapa kalian, dan kenapa tahu namaku!” kata Rani memandang curiga tiga wanita ini.Wanita ini tersenyum. “Rani…aku Nomi, aku orang nomor tiga di Padepokan Mawar Merah!” sahut Nomi, memperkenalkan diri.Nomi lalu melanjutkan, mereka kenal dengan Rani bahkan orang tuanya yang merupakan pentolan perampok di daerah pesisir utara pegunungan meratus atau di Lembah Bangkirai.“Kami punya sebuah rencana besar Rani, bahkan ayah Rani, Ki Jambrong bulan ke tiga di depan akan kami undang ke padepokan kami. Kami ingin bersahabat dengan seluruh pendekar-pendekar semua golongan di manapun berada, termasuk maaf para perampok seperti Ki Jambrong,” kata Nomi hati-hati.“Hmmm…rencana besar apa dan apa sih padepokan mawar merah itu?” sahut Rani penasaran.“Sebaiknya Rani ikuti kami, nanti di sana Rani akan tahu semuanya, jangan khawatir kami tidak bermaksud jelek, malah nanti Rani akan mendapatkan an
Baca selengkapnya

Bab 46: Rani Terbujuk Tawaran Nyai Mawar

Pangeran Biju ternyata punya ambisi besar ingin menggulingkan tahta kakaknya tersebut, dia lalu membujuk Nyai Mawar untuk membantu memuluskan rencana itu, kepada Nyai Mawar yang sudah dikenalnya baik ini.Pangeran Biju mengungkapkan, dia sudah kontak dengan kerajaan di daerah Barat, yang kelak akan membantu mengirimkan pasukan besar untuk menaklukan kerajaan kakaknya ini.“Kalau rencana ini berhasil, kamu akan ku angkat jadi salah satu Menteri di kerajaan ini, bayangkan apa tak hebat, ada menteri wanita kelak!” janji Pangeran Biju.Awalnya Nyai Mawar ragu, karena ini sama dengan makar, dan hukumannya jelas, kalau makar tidak ada ampun lagi, hukuman mati menanti.Namun keraguan itu sirna, saat Nyai Mawar di ajak Pangeran Biju bertemu dengan seorang Panglima dari kerajaan Barat, sang panglima ini mengajak Nyai Mawar dan Pangeran Biju melihat ribuan pasukannya yang sedang latihan di perbatasan dengan Kerajaan Hilir Sungai .“Kelak&he
Baca selengkapnya

Bab 47: Dapat Julukan Pendekar Bengkok

Bukan hanya Pangeran Biju yang terlihat kecewa, Nyai Mawar dan Rani juga sama kecewanya.“Malaki…kamu tak perlu buru-buru ambil keputusan, silahkan berpikir dulu sehari dua hari dan tinggal di sini bersama Rani,” Nyai Mawar mencoba membujuk. Tapi Malaki malah makin tegas menggelengkan  kepalanya. “Maaf Nyai…keputusan saya sudah bulat, saya tak berminat dan tak ingin terlibat dengan rebcana kalian!” tegas Malaki. Nyai Mawar langsung menatap wajah Rani, Rani yang di tatap paham, diapun kini memegang lengan kekasihnya.“Malaki…benar kata Nyai Mawar, kamu jangan buru-buru ambil keputusan, kita bisa tinggal di sini selama satu atau dua hari lagi, baru nanti kamu ambil keputusan!” bujuk Rani.Lagi-lagi Malaki kembali menggelengkan kepalanya, Rani sampai kaget dengan penolakan kekasihnya ini. Padahal selama ini, kekasihnya ini selalu menuruti kemauannya, apapun itu.“Ini bukan perka
Baca selengkapnya

Bab 48: Dikeroyok Pangeran Biju Cs

“Malaki…Pendekar Pedang Bengkok, kesaktianmu boleh juga…kalau kau memang jantan, beranikah kamu menghadapi kami berlima!” kata Ki Yuta, dia sengaja berkata begitu agar mereka tak dianggap mengeroyok Malaki sebagai pendekar muda yang belum mempunyai nama besar dalam rimba persilatan.Sebagai tokoh berpengalaman, Ki Yuta cukup cerdik, kalau nanti mereka mampu mengalahkan Malaki, semua tidak menyalahkan mereka, karena Malaki sendiri yang menantang mereka.Akan sangat memalukan, mereka yang dianggap sebagai tokoh-tokoh besar di dunia persilatan, mereka menang dengan jalan mengeroyok seorang anak muda seperti Malaki ini. “Hmmm…Ki Yuta, sejak tadi aku sudah minta kalian semua maju serentak, aku siap meladeni ujian ini!” kata Malaki, dia sengaja menekankan ujian, agar semua paham, kalau pertarungan ini bukan pertarungan hidup mati, tapi hanya sekedar mengukur kemampuan dia.Ki Yuta memandang ke empat rekannya in
Baca selengkapnya

Bab 49: Julukan Pendekar Pekok Bergema

Terlambat sedetik saja, pasti wajahnya akan jadi sate kena pedang pangeran ini, kibasan cepat yang menimbulkan suara ribuan tawon menyelamatkan Malaki.“Blarrrrr…!” ini lah pertemuan Pedang Bengkok dengan pedang milik Pangeran Biju. Pedang Pangeran Biju sampai rompal, padahal pedang itu pedang yang sangat ampuh dan mu’jijat. Pangeran Biju sendiri sampai terlontar hingga 7 tombak saking kerasnya benturan dua senjata keramat yang disertai tenaga dalam ini.Pangeran ini langsung bersalto beberapa kali dan kini dia bisa berdiri tegak di kedua kakinya.Pangeran memeriksa pedangnya dan dia geleng-geleng kepala melihat senjatanya yang terkenal ampuh ini rompal. Padahal ini bukan pedang sembarangan, tapi pedang pusaka yang dia peroleh dari salah satu guru silatnya.Kaki Malaki yang bersepatu kulit melesak ke dalam tanah sedalam 15 centimeteran. Lima orang tadi bernasib lebih parah, selain muntah darah, kelimanya juga telah kehilangan hamp
Baca selengkapnya

Bab 50: Malaki dan Rani Berpisah Jalan

Kerajaan Surata yang berada di Barat dan sejak dulu selalu berperang dengan Kerajaan Hilir Sungai ini, ternyata takut juga bentrok langsung. Kerajaan yang di sebut kerajaan bar-bar oleh Prabu Kerta ini menarik semua pasukannya di perbatasan.Kerajaan Surata sendiri hanya seperempat saja luasnya dibandingkan kerajaan Hilir Sungai. Pasukan merekapun kalah jauh jumlahnya, sehingga kerajaan ini tak mau konyol bentrok langsung dengan kerajaan sebesar Hilir Sungai, mereka memilih menahan diri, bahkan tak lama kemudian Kerajaan Surata mengirimkan upeti tanda persahabatan dengan Kerajaan Hilir Sungai.Semenjak meninggalkan padepokan mawar merah sebulan yang lalu, Rani seakan tak begitu bersemangat lagi berjalan dengan Malaki.Tujuan mereka yang luntang lantung tak tentu arah setelah Malaki membatalkan ke ibukota kerajaan membuat Rani selalu jutek dengan kekasihnya ini.Malaki merasakan perbedaan itu, ketika kini mereka sedang duduk berdua di pinggiran hutan di at
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
54
DMCA.com Protection Status