Malaki mengikuti saja tanpa banyak bertanya, wanita cantik ini kadang melirik Malaki, tapi Malaki tetap cuek dan terkesan dingin-dingin saja.
Andai tak ingat dengan kekasihnya, tentu pemandangan si gadis utusan Nyai Mawar ini akan sangat indah buat di pandang.
Malaki sengaja bersikap dingin, agar ia jangan dipandang sebelah mata oleh utusan komplotan yang tidak ia kenal ini.
Begitu sampai di ujung dermaga, wanita meminta Malaki naik ke sebuah perahu yang lumayan besar, di dalam perahu itu terdapat beberapa tempat duduk yang di desain sedemikian rupa. Seperti perahu yang biasa membawa para pelancong.
Wanita duduk dengan gaya yang anggun, saat dia melihat mata Malaki melirik pahanya yang terbuka, wanita ini tersenyum manis. Malaki mau tak mau ikut tersenyum dan perahu itupun kini jalan perlahan, makin cepat ke tengah telaga saat layar mulai di turunkan.
Tiga orang laki-laki yang bertugas mengendalikan perahu ini dengan sigap terus melajukan perahu in
“Siapa kalian, dan kenapa tahu namaku!” kata Rani memandang curiga tiga wanita ini.Wanita ini tersenyum. “Rani…aku Nomi, aku orang nomor tiga di Padepokan Mawar Merah!” sahut Nomi, memperkenalkan diri.Nomi lalu melanjutkan, mereka kenal dengan Rani bahkan orang tuanya yang merupakan pentolan perampok di daerah pesisir utara pegunungan meratus atau di Lembah Bangkirai.“Kami punya sebuah rencana besar Rani, bahkan ayah Rani, Ki Jambrong bulan ke tiga di depan akan kami undang ke padepokan kami. Kami ingin bersahabat dengan seluruh pendekar-pendekar semua golongan di manapun berada, termasuk maaf para perampok seperti Ki Jambrong,” kata Nomi hati-hati.“Hmmm…rencana besar apa dan apa sih padepokan mawar merah itu?” sahut Rani penasaran.“Sebaiknya Rani ikuti kami, nanti di sana Rani akan tahu semuanya, jangan khawatir kami tidak bermaksud jelek, malah nanti Rani akan mendapatkan an
Pangeran Biju ternyata punya ambisi besar ingin menggulingkan tahta kakaknya tersebut, dia lalu membujuk Nyai Mawar untuk membantu memuluskan rencana itu, kepada Nyai Mawar yang sudah dikenalnya baik ini.Pangeran Biju mengungkapkan, dia sudah kontak dengan kerajaan di daerah Barat, yang kelak akan membantu mengirimkan pasukan besar untuk menaklukan kerajaan kakaknya ini.“Kalau rencana ini berhasil, kamu akan ku angkat jadi salah satu Menteri di kerajaan ini, bayangkan apa tak hebat, ada menteri wanita kelak!” janji Pangeran Biju.Awalnya Nyai Mawar ragu, karena ini sama dengan makar, dan hukumannya jelas, kalau makar tidak ada ampun lagi, hukuman mati menanti.Namun keraguan itu sirna, saat Nyai Mawar di ajak Pangeran Biju bertemu dengan seorang Panglima dari kerajaan Barat, sang panglima ini mengajak Nyai Mawar dan Pangeran Biju melihat ribuan pasukannya yang sedang latihan di perbatasan dengan Kerajaan Hilir Sungai .“Kelak&he
Bukan hanya Pangeran Biju yang terlihat kecewa, Nyai Mawar dan Rani juga sama kecewanya.“Malaki…kamu tak perlu buru-buru ambil keputusan, silahkan berpikir dulu sehari dua hari dan tinggal di sini bersama Rani,” Nyai Mawar mencoba membujuk. Tapi Malaki malah makin tegas menggelengkan kepalanya.“Maaf Nyai…keputusan saya sudah bulat, saya tak berminat dan tak ingin terlibat dengan rebcana kalian!” tegas Malaki. Nyai Mawar langsung menatap wajah Rani, Rani yang di tatap paham, diapun kini memegang lengan kekasihnya.“Malaki…benar kata Nyai Mawar, kamu jangan buru-buru ambil keputusan, kita bisa tinggal di sini selama satu atau dua hari lagi, baru nanti kamu ambil keputusan!” bujuk Rani.Lagi-lagi Malaki kembali menggelengkan kepalanya, Rani sampai kaget dengan penolakan kekasihnya ini. Padahal selama ini, kekasihnya ini selalu menuruti kemauannya, apapun itu.“Ini bukan perka
“Malaki…Pendekar Pedang Bengkok, kesaktianmu boleh juga…kalau kau memang jantan, beranikah kamu menghadapi kami berlima!” kata Ki Yuta, dia sengaja berkata begitu agar mereka tak dianggap mengeroyok Malaki sebagai pendekar muda yang belum mempunyai nama besar dalam rimba persilatan.Sebagai tokoh berpengalaman, Ki Yuta cukup cerdik, kalau nanti mereka mampu mengalahkan Malaki, semua tidak menyalahkan mereka, karena Malaki sendiri yang menantang mereka.Akan sangat memalukan, mereka yang dianggap sebagai tokoh-tokoh besar di dunia persilatan, mereka menang dengan jalan mengeroyok seorang anak muda seperti Malaki ini.“Hmmm…Ki Yuta, sejak tadi aku sudah minta kalian semua maju serentak, aku siap meladeni ujian ini!” kata Malaki, dia sengaja menekankan ujian, agar semua paham, kalau pertarungan ini bukan pertarungan hidup mati, tapi hanya sekedar mengukur kemampuan dia.Ki Yuta memandang ke empat rekannya in
Terlambat sedetik saja, pasti wajahnya akan jadi sate kena pedang pangeran ini, kibasan cepat yang menimbulkan suara ribuan tawon menyelamatkan Malaki.“Blarrrrr…!” ini lah pertemuan Pedang Bengkok dengan pedang milik Pangeran Biju. Pedang Pangeran Biju sampai rompal, padahal pedang itu pedang yang sangat ampuh dan mu’jijat. Pangeran Biju sendiri sampai terlontar hingga 7 tombak saking kerasnya benturan dua senjata keramat yang disertai tenaga dalam ini.Pangeran ini langsung bersalto beberapa kali dan kini dia bisa berdiri tegak di kedua kakinya.Pangeran memeriksa pedangnya dan dia geleng-geleng kepala melihat senjatanya yang terkenal ampuh ini rompal. Padahal ini bukan pedang sembarangan, tapi pedang pusaka yang dia peroleh dari salah satu guru silatnya.Kaki Malaki yang bersepatu kulit melesak ke dalam tanah sedalam 15 centimeteran. Lima orang tadi bernasib lebih parah, selain muntah darah, kelimanya juga telah kehilangan hamp
Kerajaan Surata yang berada di Barat dan sejak dulu selalu berperang dengan Kerajaan Hilir Sungai ini, ternyata takut juga bentrok langsung. Kerajaan yang di sebut kerajaan bar-bar oleh Prabu Kerta ini menarik semua pasukannya di perbatasan.Kerajaan Surata sendiri hanya seperempat saja luasnya dibandingkan kerajaan Hilir Sungai. Pasukan merekapun kalah jauh jumlahnya, sehingga kerajaan ini tak mau konyol bentrok langsung dengan kerajaan sebesar Hilir Sungai, mereka memilih menahan diri, bahkan tak lama kemudian Kerajaan Surata mengirimkan upeti tanda persahabatan dengan Kerajaan Hilir Sungai.Semenjak meninggalkan padepokan mawar merah sebulan yang lalu, Rani seakan tak begitu bersemangat lagi berjalan dengan Malaki.Tujuan mereka yang luntang lantung tak tentu arah setelah Malaki membatalkan ke ibukota kerajaan membuat Rani selalu jutek dengan kekasihnya ini.Malaki merasakan perbedaan itu, ketika kini mereka sedang duduk berdua di pinggiran hutan di at
Sebelum pergi, Rani sekali lagi menatap Malaki, ketika melihat Malaki hanya diam dan tidak menjawab, Rani pun makin gemes, dia langsung mendengus dan sekali sentak, kudanya bak mau terbang dan tak lama kemudian dengan cepat kuda itu meninggalkan pria ini, yang hanya bisa menatap kepergian kekasihnya, tanpa ada maksud mencegahnya. Inilah yang makin membuat Rani kesal bukan main, dia anggap kekasihnya ini benar-benar lemah dan tak punya pendirian. Sangat lama Malaki terdiam diri mematung menatap kepergian Rani, dia tak menyangka hubungan indah mereka akan berakhir begini. Masih ingat dia bagaimana kemesraan yang dia dan Rani alami selama berbulan-bulan bersama. Tak ada waktu bersedih, semuanya mereka lalui dengan kemesraan dan juga bercinta dengan menggebu-gebu di manapun tempat yang mereka anggap aman. Bayangan masa kecil saat mereka berdua jadi murid Ki Sunu pun terbentang di matanya, senyum lucu dan juga kemanjaan Rani terbayang di matanya. H
Malaki kini tertarik dan ingin mengetahui mau di bawa kemana Ki Mandar ini oleh 10 orang tersebut, yang kini mengawal kiri dan kanan serta sebagian di belakang.“Agaknya pejabat itu akan di bawa ke suatu tempat, semakin menarik, aku akan coba membuntuti dan mencari tahu apa yang terjadi!” batin Malaki.Malaki sengaja membayangi dari jarak yang agak jauh, agar tidak terlihat, kereta itu terus masuk ke dalam hutan yang lumayan lebat, tapi masih bisa di lewati kereta kuda tersebut.Cukup lama juga perjalanan itu, kalau jalannya agak nyaman, kereta itu akan melaju dengan cepat dan kuda-kuda 10 orang yang mengawal itu juga mengiringi dengan tak kalah cepatnya.Hampir 4 jam kereta ini akhirnya sampai di sebuah tempat yang mirip dengan banteng, karena di depan itu terdapat 15 orang penjaga yang berjaga.Setelah melihat siapa yang datang, para penjaga ini langsung membuka pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.Setelah itu pintu gerbang