Terlambat sedetik saja, pasti wajahnya akan jadi sate kena pedang pangeran ini, kibasan cepat yang menimbulkan suara ribuan tawon menyelamatkan Malaki.
“Blarrrrr…!” ini lah pertemuan Pedang Bengkok dengan pedang milik Pangeran Biju. Pedang Pangeran Biju sampai rompal, padahal pedang itu pedang yang sangat ampuh dan mu’jijat. Pangeran Biju sendiri sampai terlontar hingga 7 tombak saking kerasnya benturan dua senjata keramat yang disertai tenaga dalam ini.
Pangeran ini langsung bersalto beberapa kali dan kini dia bisa berdiri tegak di kedua kakinya.
Pangeran memeriksa pedangnya dan dia geleng-geleng kepala melihat senjatanya yang terkenal ampuh ini rompal. Padahal ini bukan pedang sembarangan, tapi pedang pusaka yang dia peroleh dari salah satu guru silatnya.
Kaki Malaki yang bersepatu kulit melesak ke dalam tanah sedalam 15 centimeteran. Lima orang tadi bernasib lebih parah, selain muntah darah, kelimanya juga telah kehilangan hamp
Kerajaan Surata yang berada di Barat dan sejak dulu selalu berperang dengan Kerajaan Hilir Sungai ini, ternyata takut juga bentrok langsung. Kerajaan yang di sebut kerajaan bar-bar oleh Prabu Kerta ini menarik semua pasukannya di perbatasan.Kerajaan Surata sendiri hanya seperempat saja luasnya dibandingkan kerajaan Hilir Sungai. Pasukan merekapun kalah jauh jumlahnya, sehingga kerajaan ini tak mau konyol bentrok langsung dengan kerajaan sebesar Hilir Sungai, mereka memilih menahan diri, bahkan tak lama kemudian Kerajaan Surata mengirimkan upeti tanda persahabatan dengan Kerajaan Hilir Sungai.Semenjak meninggalkan padepokan mawar merah sebulan yang lalu, Rani seakan tak begitu bersemangat lagi berjalan dengan Malaki.Tujuan mereka yang luntang lantung tak tentu arah setelah Malaki membatalkan ke ibukota kerajaan membuat Rani selalu jutek dengan kekasihnya ini.Malaki merasakan perbedaan itu, ketika kini mereka sedang duduk berdua di pinggiran hutan di at
Sebelum pergi, Rani sekali lagi menatap Malaki, ketika melihat Malaki hanya diam dan tidak menjawab, Rani pun makin gemes, dia langsung mendengus dan sekali sentak, kudanya bak mau terbang dan tak lama kemudian dengan cepat kuda itu meninggalkan pria ini, yang hanya bisa menatap kepergian kekasihnya, tanpa ada maksud mencegahnya. Inilah yang makin membuat Rani kesal bukan main, dia anggap kekasihnya ini benar-benar lemah dan tak punya pendirian. Sangat lama Malaki terdiam diri mematung menatap kepergian Rani, dia tak menyangka hubungan indah mereka akan berakhir begini. Masih ingat dia bagaimana kemesraan yang dia dan Rani alami selama berbulan-bulan bersama. Tak ada waktu bersedih, semuanya mereka lalui dengan kemesraan dan juga bercinta dengan menggebu-gebu di manapun tempat yang mereka anggap aman. Bayangan masa kecil saat mereka berdua jadi murid Ki Sunu pun terbentang di matanya, senyum lucu dan juga kemanjaan Rani terbayang di matanya. H
Malaki kini tertarik dan ingin mengetahui mau di bawa kemana Ki Mandar ini oleh 10 orang tersebut, yang kini mengawal kiri dan kanan serta sebagian di belakang.“Agaknya pejabat itu akan di bawa ke suatu tempat, semakin menarik, aku akan coba membuntuti dan mencari tahu apa yang terjadi!” batin Malaki.Malaki sengaja membayangi dari jarak yang agak jauh, agar tidak terlihat, kereta itu terus masuk ke dalam hutan yang lumayan lebat, tapi masih bisa di lewati kereta kuda tersebut.Cukup lama juga perjalanan itu, kalau jalannya agak nyaman, kereta itu akan melaju dengan cepat dan kuda-kuda 10 orang yang mengawal itu juga mengiringi dengan tak kalah cepatnya.Hampir 4 jam kereta ini akhirnya sampai di sebuah tempat yang mirip dengan banteng, karena di depan itu terdapat 15 orang penjaga yang berjaga.Setelah melihat siapa yang datang, para penjaga ini langsung membuka pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.Setelah itu pintu gerbang
Ki Dardo ternyata sudah berkomplot dengan Pangeran Biju, mereka sering bertemu, bahkan kalau Ki Dardo jalan-jalan ke Ibukota Kerajaan, ia selalu menginap di Istana Pangeran Biju, sekaligus mematangkan rencana pemberontakan tersebut.Pangeran Biju memanfaatkan pengaruh Ki Dardo ini untuk membentuk kekuatan, terlebih Ki Dardo juga mempunyai hubungan baik dengan Kerajaan Surata, boleh dibilang Ki Dardo adalah penghubung Pangeran Biju dengan kerajaan itu.Ki Dardo yang sudah kaya raya ini ternyata berambisi ingin jadi bangsawan, tak tanggung-tanggung dia bercita-cita ingin jadi Panglima Kerajaan Hilir Sungai, kalau kelak Pangeran Biju jadi Raja menggantikan Prabu Kerta, kakaknya itu.“Ki Dardo…siapa yang pantas mengganti kedudukan Prabu Kerta?” pancing Ki Mandar lagi, ternyata Ki Dardo benar-benar cerdik, dia ingat pesan Pangeran Biju, jangan sembarangan dulu membuka jati dirinya, kalau kedudukan mereka belum kuat, terlebih saat ini telik sandi ke
Setelah hampir 3 jam lebih bak terbang membawa tubuh Ki Mandar dari markas Ki Dardo, Malaki pun menurunkan tubuh Ki Mandar ketika mereka sudah tiba di pinggiran kota, untuk beristirahat.Penjaga kota yang melihat Ki Mandar berjalan bersama Malaki, langsung memberi dua kuda, karena Ki Mandar merupakan penguasa kadipaten ini, sehingga otomatis para penjaga kenal baik dengan sang kepala daerah ini.Kini mereka berjalan beriringan menuju pusat Kota Kadipaten Solak, di mana rumah Ki Mandar berada.Sepanjang jalan, Ki Mandar banyak bertanya tentang jati diri Malaki, dia juga sempat kaget saat melihat wajah Malaki yang sangat mirip Pangeran Dipa, Putra Mahkota Kerajaan Hilir Sungai.“Jujur, saya pikir saat kamu masuk menjebol atap dan menolongku, kamu adalah Pangeran Dipa, perawakan kalian sangat mirip!” kata Ki Mandar, saat mereka kini sudah berada di rumahnya.“Saya belum pernah bertemu Pangeran Dipa, Ki Mandar, jadi saya juga kaget ka
“Nama kamu Malaki yaa, mau kah kamu ikut aku bertemu Prabu Kerta, kebetulan hari ini aku memang berniat ingin bertemu beliau!” tawar sang panglima, setelah sebelumnya mempersilahkan Malaki minum kopi dengan gula aren yang harum dan penganan kue yang baru saja di antar seorang pembantu panglima.“Mohon maaf paduka panglima, saya yang rendah ini belum pantas rasanya bertemu Baginda Prabu yang teramat mulia,” jawab Malaki dengan sikap menghormat.Panglima langsung menganggukan kepalanya, dia kagum juga dengan kerendahan hati Malaki.“Malaki, kamu berasal darimana, siapa orang tua kamu?” Panglima Jenderal Parong tak tahan juga untuk tidak bertanya asal usul Malaki.Karena dia melihat wajah Malaki benar-benar sangat mirip dengan Pangeran Dipa, keponakannya sekaligus Pangeran Mahkota.“Saya berasal dari Kampung Maruwis, yang masuk Kadipaten Meratus Bagian Timur paduka Panglima. Orangtua saya Burka dan Tirai, kedu
“Malaki…kita gunakan senjata, keluarkan senjata kamu!” kata Pangeran Dipa sambil tetap tersenyum.“Ta-tapi Baginda Pangeran…!” Malaki kini kebingungan sendiri.“Jangan sungkan, ini hanya latihan saja!” tanpa menunggu jawaban Malaki, secara kilat Pangeran Dipa menyerang Malaki dengan pedangnya, bunyi bersiuran langsung terdengar nyaring.Mau tak mau Malaki terpaksa bersalto tinggi ke atas dan kini di tangannya sudah memegang Pedang Bengkok.Bunyi ribuan tawon pun langsung terdengar, begitu Malaki memainkan pedang bengkoknya menghadapi pedang pusaka Pangeran Dipa.Panglima Parong harus segera mengerahkan tenaga dalamnya saat bunyi itu terdengar.Tiga pengawal Pangeran Dipa ikutan kaget, untungnya mereka bukan lemah, tapi termasuk orang-orang yang berimu tinggi, mereka ikut terkaget-kaget melihat senjata Malaki dan ketiga segera mengerahkan tenaga dalam.Setelah ke 3 nya mengerahkan tenag
Harapannya kelak, anaknya yang dia yakini bakalan laki-laki ini akan jadi putera mahkota. Namun semuanya ambyar saat tahu permaisuri juga melahirkan seorang putra, yang otomatis akan jadi putera mahkota atau kelak akan jadi raja selanjutnya.Sudah tercantum dalam undang-undang kerajaan, kalau Putra Mahkota tak bisa lahir dari rahim seorang permaisuri, maka putra dari selir akan naik tahta. Tak pernah ada putri yang jadi Raja di kerajaan ini.Kenapa selir Selasih tahu permaisuri melahirkan putra kembar, tak lain karena di bocorkan sang dukun ini, sehingga dia menyusun siasat begitu.Putri Selasih terus berupaya agar sang Prabu Kerta selalu bersamanya, tujuannya agar sang permaisuri ini menderita, sehingga jatah bersama dengan permaisuri berkurang dan Selasih yang merupakan selir utama akan selalu berada dekat Prabu Kerta, dan dia lebih mudah mempengaruhi sang Prabu Kerta.Apalagi ia tahu, sejak menjadi selir sang prabu, Putri Selasih menduduki posisi nomor