“Katanya negara dalam keadaan genting, ada penyerbuan dari Kerajaan Hilir Sungai yang sedang bergerak menuju wilayah perbatasan, kabarnya di bantu pasukan asing dari Mongol!” kata orang yang berpakaian agak mentereng, lengkap dengan lawung khas melayunya, yang menandakan orang ini sosok yang mempunyai gelar kebangsawanan di Kerajaan Surata.
“Sssttt…katanya malah ada rencana pemberontakan, otaknya seorang penasehat senior kerajaan?” sahut yang lain.
“Ahhh yang benar…katanya malah Wakil Panglima Jenderal Lipa otaknya, kabarnya Putri Amali, istrinya yang juga kakak dari sang prabu yang sejak dulu tak suka dengan penobatan Putra Mahkota Tago juga ikut terlibat?” bisik satu orang lagi, lalu menoleh kiri kanan, takut kedengaran yang pengunjung lain.
“Waaahh gawat juga yaa, kalau sesama anggota kerajaan saling bentrok, bakalan rusak negara ini!” sahut yang pake lawung ini sambil menghisap cerutunya.
“Kabarnya kini prajurit juga banyak yang terbelah, ada yang
Malam itu juga terjadi ketegangan dan kegegeran yang luar biasa di ibukota Kerajaan Surata, Sreawak, terjadi penangkapan hampir 2.000 prajurit yang di duga terang-terangan berkhianat dan di ketahui ada 3.000 lebih yang pergi ke benteng alias desersi karena takut di tangkap, setelah keluar perintah tegas dari Panglima Jenderal Sri Dato Angki, yakni tiada ampun bagi para pengkhianat.Bagi yang ikut-ikutan terbujuk di saat itu juga di minta tobat dan segera kembali bersiap perang, sedang yang memang sudah tak bisa di perbaiki lagi ketika di intoregasi, terjadilah hal yang sangat mengerikan, yakni hukum gantung di markas prajurit tersebut.Sambil melihat kesibukan dan ketegangan luar biasa itulah, Prabu Tago dan Panglima Sri Dato Angki bertanya tentang jati diri Malaki, yang di tulis dalam surat Dato Kalio, kalau Malaki selain berjuluk Pendekar Pekok, dia juga adik dari Prabu Dipa.“Oh yaa…jadi kamu Pangeran Malaki, adik dari Prabu Dipa!” tanya Pr
Malaki sengaja menghindar bertemu siapapun, agar perjalanannya tidak terganggu, dia melihat suasana amat sangat tegang, di beberapa desa yang dia lewati, selalu berseleweran para prajurit Kerajaan Surata yang terlihat bersiaga penuh.Namun Malaki tidak memperdulikan itu semua, karena dia tak ingin datang terlambat ke benteng tersebut.Tapi pendekar ini tak melepaskan sikapnya sebagai pembela kebenaran, tak sekali dua kali Malaki melihat kelakuan para prajurit yang di luar batas terhadap para warga, Malaki biasanya turun tangan secara cepat.Dia menotok para prajurit jahat itu, lalu pergi secepatnya tanpa di ketahui warga yang dia tolong dan juga prajurit yang kebingungan kenapa badannya bisa kaku.Dia sengaja menghindar dari bentrokan, agar perjalanannya lancar, dengan terus melakukan lompatan-lompatan yang sangat cepat. Malaki hanya berhenti kalau badannya sudah sangat capek dan beristirahat sejenak untuk mengisi perutnya, setelah itu dia kembali melesat
“Di mana istri kamu Nalini?” tanya Malaki, sebelum Dusman memulai kisahnya.“Dia sedang istirahat di padepokan milik guru, karena tinggal menunggu hari saja lagi akan melahirkan!” sahut Dusman tersenyum.“Semoga Nalini sehat saat melahirkan kelak,” Dusman langsung mengucapkan terima kasihnya atas perhatian pendekar besar ini pada istrinya.Dusman lalu mulai bercerita kenapa dia sampai berada di sini dan sekaligus menyamar, ia mengatakan di perintah gurunya untuk melanjutkan membantu Kerajaan Hilir Sungai, sampai aksi pemberontakan ini padam.Karena pemberontakan kali ini sangat berbahaya dan kalau tidak diambil tindakan segera, bisa berakibat fatal bagi Kerajaan Hilir Sungai.“Semua orang gagah kabarnya juga turun tangan membantu, karena pemberontakan ini sangat membahayakan kelangsungan kerajaan. Sebab ada pasukan asing yang sudah mendarat di puluhan pantai. Kabarnya jumlahnya sudah mencapai 10 ribuan oran
Begitu sampai di depan ruangan nomor 5, Malaki heran melihat ada 5 penjaga yang terlihat tersenyum-senyum dari tadi.Dengan memasang wajah keren dan suara sedikit di rubah lebih berat Malaki pun menegur ke 5 nya.“Kenapa kalian cengengesan dari tadi ada apa?” tegur Malaki dengan wajah di buat berwibawa.“Siap komandan…a-anu…anu Komandan…?” seorang prajurit yang berbadan kurus menjawab dengan gugup.“Anu apa, jawab yang benar!” sentak Malaki berlagak marah, masih dengan suara berat.Malaki lalu melirik ke dalam dan hampir saja dia berteriak, saking kagetnya karena di dalam ruangan tawanan itu terdapat tiga wanita yang sangat di kenalnya.Bahkan salah satu wanita itu, yakni Putri Galuh terlihat sudah tak karuan pakaiannya terutama di bagian dada dan paha, terlambat sedikit saja, mungkin aib besar akan menimpa putri Panglima Ki Parong ini.Yang dua orang lagi tentunya istri-i
Malaki diikuti Putri Kinanti, Putri Galuh dan Tengku Mimi terus berjalan melewati ribuan prajurit pemberontak, mereka kadang berdiam sebentar, karena terhalang oleh pergerakan ribuan tentara pemberontak ini.Ke empatnya lalu melanjutkan langkahnya menuju ke bagian belakang atau sisi benteng bagian timur.Begitu sudah sampai, Malaki melihat Dusman yang juga dalam bentuk penyamaran memberi dia kode, Malaki lalu mengedipkan mata pada ke tiga putri-putri bangsawan ini agar mengikuti Dusman, sementara Malaki sengaja dari belakang menjaga ketiganya.Baik Kinanti, Mimi dan juga Puri Galuh menyimpan rasa penasaran mereka, sama seperti Malaki, karena yang terpenting sekarang mereka harus segera keluar dari benteng kaum pemberontak ini sejauh-jauhnya.Begitu akan melompat ke atas benteng dan bermaksud kabur, tanpa di duga, Ki Yuta dan Ki Tana, dua orang anak buah Pangeran Biju tiba-tiba ada di sana, keduanya merasa aneh melihat ada 5 prajurit yang seakan ingin berp
Kinanti terus melanjutkan perjalanannya menuju ke pegunungan meratus wilayah Barat yang sangat lebat dengan hutan-hutan perawannya. Serta memiliki pohon-pohon besar dan tinggi menjulang ke langit.Setelah hampir sebulan, Kinanti akhirnya sampai juga di Wilayah Kadipaten Antang. Saat beristirahat di sebuah rumah makan, seperti biasa kehadiran Kinanti tentu menarik semua kaum laki-laki, terlebih saat itu sangat banyak prajurit yang diam-diam membelot.Awalnya Kinanti tak menggubris godaan dari para prajurit tersebut, tapi ada dua orang yang agaknya mabuk nekat mendekatinya.“Waoooowww….di sini memang cantik-cantik kaum wanitanya…haii manis…bolehkah saya ikut bergabung duduk di sini!” seorang prajurit yang agaknya dari Kerajaan Surata dengan kurang ajarnya langsung duduk di samping Kinanti.Sementara teman yang satunya kini duduk berhadapan langsung dengan Kinanti.“Emm…harumm, badannya wangiii&helli
Sesuai prediksi Ki Dato Pilo, kesaktian Putri Kinanti ini memang sangat mengagumkan, Jalar dan Buying kini makin kagum saat melakukan perjalanan menuju benteng.Ilmu berlari cepat Putri Kinanti sangat luar biasa, mampu mengimbangi mereka bertiga, bahkan Jalar dan Buying harus mengakui dalam hati, ilmu berlari cepat keduanya kalah jauh di bandingkan Kinanti.Itu terlihat sejak dari penginapan hingga kini hampir 3 jam lebih mereka berlari cepat, tak terlihat ngos-ngosan di wajah Putri Kinanti.“Luar biasa, Pangeran Biju memiliki ilmu yang sangat tinggi, putrinya juga memiliki ilmu yang sangat mengagumkan, tak kalah hebatnya dengan ayahnya, bahkan agaknya melebihi sang pangeran itu!” puji Dato Pilo dalam hati, ia benar-benar berharap Putri Kinanti ini mau bergabung untuk memperkuat gerakan mereka kelak.Setelah hampir 4 jam melakukan perjalanan sangat cepat, melebihi kecepatan kuda, Dato Pilo, Jalar dan Buying serta Putri Kinanti sampai jug
Putri kesayangan Panglima Jenderal Ki Parong inipun memulai kisahnya, hampir mirip dengan alasan Kinanti, Putri Galuh juga ingin meluaskan pengetahuannya, dengan cara mengembara.Padahal dalam hatinya, tujuan utamanya adalah ingin bertemu kembali dengan sang pujaan hati, Pangeran Malaki alias Pendekar Pekok.Kalau cinta sudah melekat, Putri Galuh yang banyak di lamar para bangsawan ini tetap menjatuhkan pilihan pada Malaki, dan dia tak masalah jadi istri atau selir sang pujaan hatinya ini.Baginya seorang pria memiliki istri lebih dari satu atau selir bukanlah sesuatu yang aneh di jaman itu.Dengan diiringi 5 pengawalnya yang berilmu tinggi diiringi izin setengah hati ibunya yang sangat mengkhawatirkan keselamatan putri kesayangannya ini , mulailah putri bangsawan ini merantau untuk pertama kalinya.Tujuannya tentu saja Penggunungan Meratus sebelah barat, di mana dia mendengar kabar di sanalah kaum pemberontak bermarkas.Andai saja Putri Gal
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma