Malam itu juga terjadi ketegangan dan kegegeran yang luar biasa di ibukota Kerajaan Surata, Sreawak, terjadi penangkapan hampir 2.000 prajurit yang di duga terang-terangan berkhianat dan di ketahui ada 3.000 lebih yang pergi ke benteng alias desersi karena takut di tangkap, setelah keluar perintah tegas dari Panglima Jenderal Sri Dato Angki, yakni tiada ampun bagi para pengkhianat.
Bagi yang ikut-ikutan terbujuk di saat itu juga di minta tobat dan segera kembali bersiap perang, sedang yang memang sudah tak bisa di perbaiki lagi ketika di intoregasi, terjadilah hal yang sangat mengerikan, yakni hukum gantung di markas prajurit tersebut.
Sambil melihat kesibukan dan ketegangan luar biasa itulah, Prabu Tago dan Panglima Sri Dato Angki bertanya tentang jati diri Malaki, yang di tulis dalam surat Dato Kalio, kalau Malaki selain berjuluk Pendekar Pekok, dia juga adik dari Prabu Dipa.
“Oh yaa…jadi kamu Pangeran Malaki, adik dari Prabu Dipa!” tanya Pr
Malaki sengaja menghindar bertemu siapapun, agar perjalanannya tidak terganggu, dia melihat suasana amat sangat tegang, di beberapa desa yang dia lewati, selalu berseleweran para prajurit Kerajaan Surata yang terlihat bersiaga penuh.Namun Malaki tidak memperdulikan itu semua, karena dia tak ingin datang terlambat ke benteng tersebut.Tapi pendekar ini tak melepaskan sikapnya sebagai pembela kebenaran, tak sekali dua kali Malaki melihat kelakuan para prajurit yang di luar batas terhadap para warga, Malaki biasanya turun tangan secara cepat.Dia menotok para prajurit jahat itu, lalu pergi secepatnya tanpa di ketahui warga yang dia tolong dan juga prajurit yang kebingungan kenapa badannya bisa kaku.Dia sengaja menghindar dari bentrokan, agar perjalanannya lancar, dengan terus melakukan lompatan-lompatan yang sangat cepat. Malaki hanya berhenti kalau badannya sudah sangat capek dan beristirahat sejenak untuk mengisi perutnya, setelah itu dia kembali melesat
“Di mana istri kamu Nalini?” tanya Malaki, sebelum Dusman memulai kisahnya.“Dia sedang istirahat di padepokan milik guru, karena tinggal menunggu hari saja lagi akan melahirkan!” sahut Dusman tersenyum.“Semoga Nalini sehat saat melahirkan kelak,” Dusman langsung mengucapkan terima kasihnya atas perhatian pendekar besar ini pada istrinya.Dusman lalu mulai bercerita kenapa dia sampai berada di sini dan sekaligus menyamar, ia mengatakan di perintah gurunya untuk melanjutkan membantu Kerajaan Hilir Sungai, sampai aksi pemberontakan ini padam.Karena pemberontakan kali ini sangat berbahaya dan kalau tidak diambil tindakan segera, bisa berakibat fatal bagi Kerajaan Hilir Sungai.“Semua orang gagah kabarnya juga turun tangan membantu, karena pemberontakan ini sangat membahayakan kelangsungan kerajaan. Sebab ada pasukan asing yang sudah mendarat di puluhan pantai. Kabarnya jumlahnya sudah mencapai 10 ribuan oran
Begitu sampai di depan ruangan nomor 5, Malaki heran melihat ada 5 penjaga yang terlihat tersenyum-senyum dari tadi.Dengan memasang wajah keren dan suara sedikit di rubah lebih berat Malaki pun menegur ke 5 nya.“Kenapa kalian cengengesan dari tadi ada apa?” tegur Malaki dengan wajah di buat berwibawa.“Siap komandan…a-anu…anu Komandan…?” seorang prajurit yang berbadan kurus menjawab dengan gugup.“Anu apa, jawab yang benar!” sentak Malaki berlagak marah, masih dengan suara berat.Malaki lalu melirik ke dalam dan hampir saja dia berteriak, saking kagetnya karena di dalam ruangan tawanan itu terdapat tiga wanita yang sangat di kenalnya.Bahkan salah satu wanita itu, yakni Putri Galuh terlihat sudah tak karuan pakaiannya terutama di bagian dada dan paha, terlambat sedikit saja, mungkin aib besar akan menimpa putri Panglima Ki Parong ini.Yang dua orang lagi tentunya istri-i
Malaki diikuti Putri Kinanti, Putri Galuh dan Tengku Mimi terus berjalan melewati ribuan prajurit pemberontak, mereka kadang berdiam sebentar, karena terhalang oleh pergerakan ribuan tentara pemberontak ini.Ke empatnya lalu melanjutkan langkahnya menuju ke bagian belakang atau sisi benteng bagian timur.Begitu sudah sampai, Malaki melihat Dusman yang juga dalam bentuk penyamaran memberi dia kode, Malaki lalu mengedipkan mata pada ke tiga putri-putri bangsawan ini agar mengikuti Dusman, sementara Malaki sengaja dari belakang menjaga ketiganya.Baik Kinanti, Mimi dan juga Puri Galuh menyimpan rasa penasaran mereka, sama seperti Malaki, karena yang terpenting sekarang mereka harus segera keluar dari benteng kaum pemberontak ini sejauh-jauhnya.Begitu akan melompat ke atas benteng dan bermaksud kabur, tanpa di duga, Ki Yuta dan Ki Tana, dua orang anak buah Pangeran Biju tiba-tiba ada di sana, keduanya merasa aneh melihat ada 5 prajurit yang seakan ingin berp
Kinanti terus melanjutkan perjalanannya menuju ke pegunungan meratus wilayah Barat yang sangat lebat dengan hutan-hutan perawannya. Serta memiliki pohon-pohon besar dan tinggi menjulang ke langit.Setelah hampir sebulan, Kinanti akhirnya sampai juga di Wilayah Kadipaten Antang. Saat beristirahat di sebuah rumah makan, seperti biasa kehadiran Kinanti tentu menarik semua kaum laki-laki, terlebih saat itu sangat banyak prajurit yang diam-diam membelot.Awalnya Kinanti tak menggubris godaan dari para prajurit tersebut, tapi ada dua orang yang agaknya mabuk nekat mendekatinya.“Waoooowww….di sini memang cantik-cantik kaum wanitanya…haii manis…bolehkah saya ikut bergabung duduk di sini!” seorang prajurit yang agaknya dari Kerajaan Surata dengan kurang ajarnya langsung duduk di samping Kinanti.Sementara teman yang satunya kini duduk berhadapan langsung dengan Kinanti.“Emm…harumm, badannya wangiii&helli
Sesuai prediksi Ki Dato Pilo, kesaktian Putri Kinanti ini memang sangat mengagumkan, Jalar dan Buying kini makin kagum saat melakukan perjalanan menuju benteng.Ilmu berlari cepat Putri Kinanti sangat luar biasa, mampu mengimbangi mereka bertiga, bahkan Jalar dan Buying harus mengakui dalam hati, ilmu berlari cepat keduanya kalah jauh di bandingkan Kinanti.Itu terlihat sejak dari penginapan hingga kini hampir 3 jam lebih mereka berlari cepat, tak terlihat ngos-ngosan di wajah Putri Kinanti.“Luar biasa, Pangeran Biju memiliki ilmu yang sangat tinggi, putrinya juga memiliki ilmu yang sangat mengagumkan, tak kalah hebatnya dengan ayahnya, bahkan agaknya melebihi sang pangeran itu!” puji Dato Pilo dalam hati, ia benar-benar berharap Putri Kinanti ini mau bergabung untuk memperkuat gerakan mereka kelak.Setelah hampir 4 jam melakukan perjalanan sangat cepat, melebihi kecepatan kuda, Dato Pilo, Jalar dan Buying serta Putri Kinanti sampai jug
Putri kesayangan Panglima Jenderal Ki Parong inipun memulai kisahnya, hampir mirip dengan alasan Kinanti, Putri Galuh juga ingin meluaskan pengetahuannya, dengan cara mengembara.Padahal dalam hatinya, tujuan utamanya adalah ingin bertemu kembali dengan sang pujaan hati, Pangeran Malaki alias Pendekar Pekok.Kalau cinta sudah melekat, Putri Galuh yang banyak di lamar para bangsawan ini tetap menjatuhkan pilihan pada Malaki, dan dia tak masalah jadi istri atau selir sang pujaan hatinya ini.Baginya seorang pria memiliki istri lebih dari satu atau selir bukanlah sesuatu yang aneh di jaman itu.Dengan diiringi 5 pengawalnya yang berilmu tinggi diiringi izin setengah hati ibunya yang sangat mengkhawatirkan keselamatan putri kesayangannya ini , mulailah putri bangsawan ini merantau untuk pertama kalinya.Tujuannya tentu saja Penggunungan Meratus sebelah barat, di mana dia mendengar kabar di sanalah kaum pemberontak bermarkas.Andai saja Putri Gal
“Aku hargai kejujuran kamu Mimi…sebagai wanita kita memang harus mengalah pada perasaan kita sendiri. Apalagi status Malaki yang kini seorang pangeran…!” sahut Kinanti tenang.Tak perlu Mimi terbuka soal perasaan, sebagai wanita yang memiliki perasaan halus, Putri Kinanti sudah paham, pasti ada hubungan istimewa di antara Malaki dan Mimi.Apalagi setelah Mimi mengaku dia sebelumnya jalan bersama dengan Malaki sebelum akhirnya tertangkap di benteng para pemberontak. Kinanti tentu saja ingat pengalamannya saat bersama Malaki, pendekar ini terlalu romantis dan sudah pasti berhasil menaklukan hati putri bangsawan dari kerajaan Surata ini.Kini Kinanti dan Mimi malah menatap Putri Galuh, keduanya seakan ingin tahu, apa yang di rasakan Putri Galuh.“Bagaimana dengan kamu Putri Galuh…?” tanya Kinanti lagi dan ikut di dengarkan dengan serius dan sabar oleh Mimi.“A-aku…belum tahu…karena sampa