Si Gila terus membawa tubuh Malaki yang pingsan ini jauh dari benteng, hampir 3,5 jam dia berlari dengan kecepatan yang luar biasa tanpa berhenti sedetikpun.
Bahkan kecepatannya sangat mengagumkan, dia dengan enteng saja mengempet tubuh tinggi besar Malaki, padahal tubuh si gila kurus dan tingginya hanya sebahu Malaki. Namun membawa tubuh besar pendekar sakti ini bak membawa lari anak kecil saja.
Begitu melewati hutan yang sangat lebat dan agaknya akan sukar bagi siapapun mampu menyusulnya kalau tidak mempunyai kepandaian tinggi, karena jalan yang dilalui sangat sulit dan banyak lembah-lembahnya yang curam. Si gila pun berhenti di sebuah pinggir sungai yang jernih dan tidak terlalu dalam airnya, ia meletakan tubuh Malaki di sisi sungai, kemudian dia memeriksa sambil menotok-notok tubuh Malaki.
Si gila tersenyum saat mengetahui tubuh Malaki yang masih sangat panas ini tidak mengalami luka apapun, hanya kelelahan saja.
Dia lalu membiarkan tubuh Malaki terle
Si gila ini ternyata bernama Panji Anom, saat menikah dengan Ibunya Rani yang bernama Roro Ningrum, Panji Anom menjabat seorang perwira menengah di Kerajaan Hilir Sungai, tapi di tugaskan di daerah perbatasan.Saat itu dia baru pulang dari dinasnya sebagai prajurit di Kadipaten Solak, kadipaten ini berbatasan langsung dengan wilayah Kerajaan Surata.Baru dua hari berada di kampungnya, kampung tersebut di jarah habis-habisan kelompok perampok Ki Jambrong dan puluhan anak buahnya.Sia-sia Panji Anom melawan keganasan para perampok, dia terluka parah, bahkan di kira sudah mati oleh para perampok dan juga istrinya.Setelah menjarah dan merampok, wanita-wanita cantik ataupun gadis-gadis di bawa kelompok Ki Jambrong ke markas mereka yang sangat jauh masuk hutan, di daerah yang sukar di datangi, yang di namakan Lembah Bangkirai. Tak lama setelah perampokan itu, kebetulan lewatlah sang pendekar sakti Kakek Berhati Emas di kam
Sepeninggal Si Gila alias Panji Anom, Malaki terdiam sejenak, antara kembali ke benteng dan membebaskan Mimi, atau ke ibukota Kerajaan Hilir Sungai untuk bertemu dengan Panglima Ki Jarong.Cukup lama dia termenung, hatinya gamang, tiba-tiba wajahnya berubah ceria, tanpa sadar dia menepuk jidatnya sendiri.“Oh iya baru aku ingat, kata paman Panji, Mimi aman-aman saja, karena yang menawan Jenderal Lipa yang juga pamannya sendiri. Kalau begitu aku harus segera ke Kota Bajama menemui Panglima Ki Parong…maafkan aku Mimi…aku juga sekalian ingin menjenguk Kinanti!” batin Malaki.Lalu bak terbang saja, Malaki kemudian berlari sangat cepat menuju pusat kerajaan Hilir Sungai, dia melupakan sejenak urusan pribadinya, yakni mencari anaknya dan juga Mimi yang kini di tawan di benteng itu.Di saat Malaki berpacu dengan waktu menuju ibukota, semenjak penyerbuannya bersama Mimi dan dia lolos berkat bantuan Si Gila alias Panji Anom, rencana
Sesuai janji Panglima Ki Parong, dia bersama Malaki pagi-pagi menghadap Prabu Dipa. Sebetulnya bukan hal yang mudah bisa bertemu dengan Prabu Dipa, ada proses protokuler yang harus di lewati. Namun kalau yang menghadap adalah Panglima Ki Parong, maka semua prosedur bisa di tepikan.Apalagi saat bertemu kepala pengawal sang Prabu yang juga sahabat karib sang Panglima, kedua orang ini langsung berbincang akrab dan Panglima Ki Parong pun di antar ke ruang kerja pribadi Prabu Dipa.Malaki yang terus mendampingi Panglima Ki Parong mengagumi interior istana yang sangat mewah dan artistic ini, sepanjang jalan di lorong istana yang megah ini, Malaki hanya diam namun matanya tak lepas dari tatapan ke kiri dan kanan.Saat melihat tiga patung yang berdiri berjejer di sebuah ruangan yang lumayan luas, Malaki sampai tertegun sebentar menatap patung-patung tersebut.Wajah ketiga patung itu agak mirip, namun yang membuat keduanya terlihat angker, kumis dan janggut
Malaki bergerak sangat cepat menuju ke kerajaan Surata, dengan kesaktiannya yang sangat tinggi, tak sampai sebulan dia akhirnya sampai ke wilayah perbatasan, yakni Wilayah Kadipaten Antang, yang masih masuk wilayah Kerajaan Hilir Sungai.Malaki sempat heran saat masuk ke wilayah Serawak Timur yang sudah masuk daerah Kerajaan Surata, karena sangat banyak pasukan kerajaan Surata yang agaknya sedang bersiaga penuh.Kesiagaan para prajurit itu bak akan terjadi perang saja dalam waktu dekat.Malaki tidak mau terlibat bentrokan pasukan kerajaan itu, dia langsung saja menuju ke kediaman Dato Kalio, dia tak ingin membuang-buang waktu.Begitu sampai di rumah itu, Malaki kaget karena rumah Dato Kalio juga di jaga sangat ketat oleh ratusan prajurit kerajaan.Malaki lalu menyelinap dan tidak mau terburu-buru masuk ke rumah itu, karena dia melihat ada hal-hal yang aneh dan sangat mencurigakan.“Sebaiknya aku malam ini saja menuju rumah Dato Kalio,
“Katanya negara dalam keadaan genting, ada penyerbuan dari Kerajaan Hilir Sungai yang sedang bergerak menuju wilayah perbatasan, kabarnya di bantu pasukan asing dari Mongol!” kata orang yang berpakaian agak mentereng, lengkap dengan lawung khas melayunya, yang menandakan orang ini sosok yang mempunyai gelar kebangsawanan di Kerajaan Surata. “Sssttt…katanya malah ada rencana pemberontakan, otaknya seorang penasehat senior kerajaan?” sahut yang lain. “Ahhh yang benar…katanya malah Wakil Panglima Jenderal Lipa otaknya, kabarnya Putri Amali, istrinya yang juga kakak dari sang prabu yang sejak dulu tak suka dengan penobatan Putra Mahkota Tago juga ikut terlibat?” bisik satu orang lagi, lalu menoleh kiri kanan, takut kedengaran yang pengunjung lain. “Waaahh gawat juga yaa, kalau sesama anggota kerajaan saling bentrok, bakalan rusak negara ini!” sahut yang pake lawung ini sambil menghisap cerutunya. “Kabarnya kini prajurit juga banyak yang terbelah, ada yang
Malam itu juga terjadi ketegangan dan kegegeran yang luar biasa di ibukota Kerajaan Surata, Sreawak, terjadi penangkapan hampir 2.000 prajurit yang di duga terang-terangan berkhianat dan di ketahui ada 3.000 lebih yang pergi ke benteng alias desersi karena takut di tangkap, setelah keluar perintah tegas dari Panglima Jenderal Sri Dato Angki, yakni tiada ampun bagi para pengkhianat.Bagi yang ikut-ikutan terbujuk di saat itu juga di minta tobat dan segera kembali bersiap perang, sedang yang memang sudah tak bisa di perbaiki lagi ketika di intoregasi, terjadilah hal yang sangat mengerikan, yakni hukum gantung di markas prajurit tersebut.Sambil melihat kesibukan dan ketegangan luar biasa itulah, Prabu Tago dan Panglima Sri Dato Angki bertanya tentang jati diri Malaki, yang di tulis dalam surat Dato Kalio, kalau Malaki selain berjuluk Pendekar Pekok, dia juga adik dari Prabu Dipa.“Oh yaa…jadi kamu Pangeran Malaki, adik dari Prabu Dipa!” tanya Pr
Malaki sengaja menghindar bertemu siapapun, agar perjalanannya tidak terganggu, dia melihat suasana amat sangat tegang, di beberapa desa yang dia lewati, selalu berseleweran para prajurit Kerajaan Surata yang terlihat bersiaga penuh.Namun Malaki tidak memperdulikan itu semua, karena dia tak ingin datang terlambat ke benteng tersebut.Tapi pendekar ini tak melepaskan sikapnya sebagai pembela kebenaran, tak sekali dua kali Malaki melihat kelakuan para prajurit yang di luar batas terhadap para warga, Malaki biasanya turun tangan secara cepat.Dia menotok para prajurit jahat itu, lalu pergi secepatnya tanpa di ketahui warga yang dia tolong dan juga prajurit yang kebingungan kenapa badannya bisa kaku.Dia sengaja menghindar dari bentrokan, agar perjalanannya lancar, dengan terus melakukan lompatan-lompatan yang sangat cepat. Malaki hanya berhenti kalau badannya sudah sangat capek dan beristirahat sejenak untuk mengisi perutnya, setelah itu dia kembali melesat
“Di mana istri kamu Nalini?” tanya Malaki, sebelum Dusman memulai kisahnya.“Dia sedang istirahat di padepokan milik guru, karena tinggal menunggu hari saja lagi akan melahirkan!” sahut Dusman tersenyum.“Semoga Nalini sehat saat melahirkan kelak,” Dusman langsung mengucapkan terima kasihnya atas perhatian pendekar besar ini pada istrinya.Dusman lalu mulai bercerita kenapa dia sampai berada di sini dan sekaligus menyamar, ia mengatakan di perintah gurunya untuk melanjutkan membantu Kerajaan Hilir Sungai, sampai aksi pemberontakan ini padam.Karena pemberontakan kali ini sangat berbahaya dan kalau tidak diambil tindakan segera, bisa berakibat fatal bagi Kerajaan Hilir Sungai.“Semua orang gagah kabarnya juga turun tangan membantu, karena pemberontakan ini sangat membahayakan kelangsungan kerajaan. Sebab ada pasukan asing yang sudah mendarat di puluhan pantai. Kabarnya jumlahnya sudah mencapai 10 ribuan oran
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma