Surat panggilan sidang pertama sudah ia terima. Tinggal beberapa hari lagi ia akan melaksanakan sidang perdana perceraiannya. Herman yang semakin terlihat tak karuan, dari hari ke hari. Bahkan ia jarang sekali terlihat tersenyum. Dunia ini sudah terasa asam baginya. Tak ada alasan lagi untuk ia tersenyum. Malam ini, Herman akan pulang ke rumah Adinda. Ia butuh seseorang untuknya memberi kekuatan, mengahadapi perceraiannya nanti. Setelah selesai dari pekerjaannya, Herman langsung menjalankan mobilnya, menuju rumah Adinda. Sepanjang perjalanannya, ia terus memikirkan Amira dan Vino. Biasanya, sepulangnya ia dari kantor, ia akan mendapat pesan dari Amira ,untuk memesan makanan kesukaannya, rendang padang. Atau paling tidak, hanya sekedar ucapan mesra, yang menyuruh Herman untuk cepat pulang. Namun kali ini, ponselnya sepi. Sudah beberapa bulan semenjak perpisahannya, Herman lebih mirip dengan sebuah patung. Ia hanya akan terdiam. Dan berbicara saat ada hal yang penti
Baca selengkapnya