Amira tersenyum lembut dihadapan Herman. Dia tahu ,kalau suaminya sedang cemburu padanya. "Sudahlah mas, yang penting aku masih setia padamu." Jawab Amira tenang. Ia tak mau berkepanjangan membahas hal itu. Walau dalam hatinya, ia sendiri merasa was was dan takut ,akan siapa sebenarnya orang yang selalu menerornya. Bukan hanya dirumahnya saja ,tetapi ketika ia bersda ditoko pun, selalu ada bingkisan yang berisi cincin lamaran tersebut. Bahkan sekarang ,itu bisa sampai kantor Herman. Denhan terang-terangan, Asisten pribadi Wisma Wijaya ,mengantarkan karangan bunga ,dan tentunya bingkisan yang berisi cincin berlian. Jika dihitung, mungkin sudah hampir 10x bingkisan dikirim untuk Amira. Bukannya merasa senang, karena sellau dikirimi barang mewah ,sebaliknya ,Amura semakin takut. Karena, bukan orang yang sembarangan tentunya yang mampu membeli cincin berlian dalam jumlah banyak. Suatu saat, pasti ia akan melakukan hal nekat, andai Amira terus menerus menolaknya. A
Baca selengkapnya