Home / Romansa / Ketika Istriku Minta Talak / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Ketika Istriku Minta Talak: Chapter 121 - Chapter 130

206 Chapters

Bab 121. Kalau Dasar Sampah, Akan Tetap Sampah

Bab 121. Kalau Dasar Sampah, Akan Tetap Sampah “Bapak gak pernah  membicarakannya dengan Ibuk, kan?” “Mungkin dia segan, nah sekarang, saya udah tahu, kalian akan segera saya nikahkan, Bibik mau, kan? Jadi Bibik pulang kampung untuk itu? Bilang, dong! Atur waktunya, agar kami datang melamar kepada orang tua bIbik, ya?” “Bukan, Buk. Saya pergi, bukan untuk dilamar. Bapak  udah punya pacar baru, Buk! Perempuan yang ngancam saya itu.” “Jangan diambil hati, kata Papa, kan? Itu artinya  gak benar!” “Saya kira juga begitu, Buk. Jadi, saya paksa Bapak agar penuhi janji nikahin saya.” “Bagus, dong!  Saya dukung! Kalian memang haru segera menikah.” “Tapi, Bapak udah gak mau, Buk, huuuuu ….” “Papa engggk mau? Kok
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 122. Korban Bucin {Budak Cinta}

Bab 122. Korban Bucin {Budak Cinta}  “Ada apa? Kenapa gak bilang sekarang aja?” usulku penasaran.  “Nanti aja, gak enak ngomongnya di hape, lagi pula kau masih ingin mengumpulkan bukti lebih kongkrit. Belum berani ngomong kalau belum jelas betul.” “Tentang apa, Dian?  Tentang Papa?” tebakku langsung mencurigai  Papa. Aku yakin, hal itulah yang ingin dismapaikan oleh Dian. Sehingga  merasa tidak enak berbicara lewat ponsel. “Eh, kok, kau nebaknya gitu?” “Karena aku sedang  di kantor sekarang. Mau nyeledikin Papa?” “Begitu?  Apakah Pak Direktur sudah  di kantor jam segini?” “Udah,  nih aku udah sampai di lantai tiga.” Kumatikan panggilan itu, lalu berjingkat menuju ruangan Direktur. 
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 123. Balasan Buat Embun

Bab 123. Balasan Buat Embun Sejak itu, aku berusaha menandingi kecantikannya. Asal ada duit, secantik apapun aku bisa. Ini buktinya. Aku yang biasa biasa saja, bisa berubah menjadi seorang  perempuan  cantik sempurna. Tetapi usahaku sia-sia. Mas Darry tak terpengarruh juga. Eh, si Embun malah berpisah dengan suaminya.  Status janda yang disandangnya, mulai menjadi alasan baginya untuk menggoda tunanganku.  Iya, si Embun mulai menggoda  kekasihku. Sialnya Mas Darryku pun tergoda.  Dia meutuskan hubungan denganku, lalu  mulai mengejar-ngear janda itu.   Benci memenui otakku. Harusnya aku sudah menang dari Embun, bukan?  Dia itu hanya seorang  perempuan berstatus janda.  Memiliki ekor dua orang lagi. Siapa coba yang mau menambah beban tanggung jawab, membesarkan anak-anaknya? Sedang aku seorang gadis, berpendidikan  sarjana meski belum bek
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 124. Candu Asmara Yang Kuberikan, Begitu Memabukkan

Bab 124. Candu Asmara Yang Kuberikan, Begitu Memabukkan “Diva tidak memilih siapa-siapa, Ma. Diva mau sendiri saja. Pergilah! Kapan-kapan, Diva pasti akan jenguk Mama!”  Mama berangkat  dengan air mata berderai-derai, iba, sungguh hati iba. Namun,  sesak karena luka yang ditoreh Embun lebih menyiksa. Kuraih ponselku, mencari nomor kekasihku. “Mas, Mama mau  pergi.   Kata Papa, rumah ini akan segera disita perusahaan tempat dia  bekerja. Divamu akan tinggal dimana,  Sayang? Aku ikut Mama aja, ya. Kita berpisah dulu!” Kalimatku  jelas mengandung ancaman. Dan Lelaki itu merasa terancam. Tentu saja. Dia akan  kehilangan gadis sempurna seperti aku?  Mana mungkin dia sanggup berpisah?  Candu asmara yang kuberikan, begitu memabukkan.   Tak akan mampu dia lepaskan meski sede
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 125. Tak Perlu Pakai Otot, Cukup Gunakan Otak

Bab 125. Tak Perlu Pakai Otot, Cukup Gunakan Otak Ups! Gila! Dia memanggilku ‘Nak’. Terbuat dari apa otak perempuan ini, Ya, Tuhan! “Oh, ya, kamu udah sarapan? Mas Rahmad tiap  pagi sarapan di sini, lho. Kamu juga boleh, kalau mau. Mama akan menyuruh Indun utuk menyiapkannya,” tawar Diva lagi. Senyum sinis semakin jelas terukir si sudut bibirnya. Aku harus waras. Ya, harus waras. Jangan gegabah Embun! Sabar! Pikirkan cara yang paling tepat menghadapi pelacur murahan ini, ya! Kutentramkan hati, kutenangkan  pikiran. Lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas sandang, kucari nomor Dokter Danu. “Mau nelpon siapa, Sayang? Kekasihmu? Si Pecundang, Darry? Iya? Hehehe …. Telponlah! Mama  juga sudah kangen! Udah lama enggak bertemu,” sindirnya. Tenang, tak boleh terpancing. 
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 126. Jika Mengedepankan Napsu Daripada Akal Sehat, Akan Hancur Dan Tersesat

Bab 126. Jika Mengedepankan Napsu Daripada Akal Sehat, Akan Hancur Dan  Tersesat Aku tersenyum,  Dokter Danu mengangguk, lalu memasuki mobilnya. Mobil mereka telah hilang diujung  jalan, saat  netraku melihat sebuah sepeda motor  terparkir di kejauhan. Ada dua orang di sana, menatap ke  arahku dengan tatapan penuh selidik. Siapa mereka. Ah, mungkin kebetulan saja,  mereka melihatku, begitu pikirku. Kembali melangkah masuk ke dalam rumah, kudapati Papa yang masih terlihat begitu semringah. Bayangan memiliki istri muda, jelas bermain di otaknya. Bandot tua mana yang tidak akan senang beristrikan Diva, coba? Muda, cantik dan  seksi.   Sedang  Papa? Tua, renta, penyakitan, perut buncit, pipi menggelambir, sekali tendang aja, pasti pingsan.  Biarlah dia tersenyum sesaat, agar tak begitu kaget, saat nanti sekarat. “Pa! Rapikan pakaian Papa!&
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 127. Perpisahan Sementara Akan Mendewasakanmu

Bab 127. Perpisahan Sementara Akan Mendewasakanmu “Maaf, Bu Embun, sebenarnya ada masalah apa, kita dikumpulkan di sini?” Om Rahman  memulai percakapan.  Yang lain juga menatapku serius. Kulihat Papa dan Dian juga sudah selesai berbincang. “Saya mau dnegar penjelasan dari Bu Dian terlebih dahulu, bagaimana bisa , uang perusahaan bisa lenyap sebesar itu, tanpa Anda ketahui?” tanyaku penuh wibawa. Ini di kantor, dan sednag dalam keadaan rapat penting. Aku haurs memposisikan diriku sebagai pemilik, bukan sebagai teman. “Maaf, Bu. Saya sudah bertanya langsung kepada Bapak Direktur, dia mengakui, uang  hasil nego dengan beberapa perusahaan yang terakhir dia tangani, ternyata tidak dilaporkan, Bu. Jadi dalam laporan, transaksi itu tidak ada, kebetulan barang yang sudah disepakati,  belum jatuh tempo masa pengiriman. Jadi, semua terlihat
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 128. Air Mata Ini Mulai Luruh Tanpa Permisi.

Bab 128. Air Mata Ini Mulai  Luruh  Tanpa Permisi.  Kuhempaskan tubuh lelah ini di atas ranjang.  Kuingin  terpejam  meski hanya sesaat.  Setidaknya bayangan Mas Darry bisa lepas  sebentar di otak. Ya, aku ingin melupakannya sesaat. Beban yang lain sudah begitu berat. Tiba-tiba masalah  ini datang  pula  menyeruak. Bayangan Dokter Danu tiba-tiba berkelebat.  Wajah tampan itu pasti selalu tersenyum dalam ingatanku. Ya, karena dia memang selalu tersenyum bila berhadapan denganku.  Apalagi dulu, saat anakku  deman tinggi. Aku sangat takut. Saat itu kami belum memiliki pembantu dan babysitter. Aku sendirian. Mas Ray  belum pulang hingga larut. Dokter Danu  bersedia menemaniku, menunggu obat turun panasnya bekerja. Tak henti ersenyum hangat, berusaha menghilangkan cemasku. Hey,  kenapa aku malah jadi terpikir  akan dia? Kenapa ak
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 129. Calon Pengantin Baru Tidur Di Gudang

Bab 129. Calon Pengantin baru Tidur Di Gudang Wanita itu datang dengan kepala menunduk. Mendung pekat bergelayut di wajahnya. “Saya, Buk!” jawabnya hampir tak dengar. “Dua hari ini,  dia akan tinggal di rumah kita. Setelah itu dia  akan pergi. Tolong  Bik Las  beri dia satu matras sebagai alas, dan tunjukkan kamar gudang untuknya! Kalau hanya sendiri, sepertinya gudang itu masih muat!” perintahku mengagetkan mereka semua. “Apa? Kau nyuruh aku tidur di gudang?” Diva melotot. “Ya, Rumah ini haram dari perbuatan Zina! Kalian  belum resmi menikah, jadi harus tidur terpisah! Kamar udah terisi semua. Tinggal gudang. Itupun penuh barang-barang. Tapi kalau kau sendiri, muat kok. Asal jangan kau pancing Papa masuk juga  di sana! Paham!” “Aku tidak mau! Embuuun! Kau pikir dirimu siapa n
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Bab 130. Cinta Bukan Suatu Kompetisi

Bab 130. Cinta Bukan  Suatu Kompetisi Quotes:Ternyata Cinta bukan  suatu kompetisi,   untuk mencari pemenang sejati. Tetapi Cinta adalah rasa,  sulit diterjemahkan dengan kata-kata. Cukup diresapi dan dimaknai. **** “Gak bakalan aku sombong, Bik. Aku akan tetap seperti sekarang. Tetap bantu-bantu di dapur juga seperti saat ini!” jawabku waktu itu. Dan kami pun tertawa bahagia. Tetapi, tiba-tiba semua berubah. Bapak mengkhianatiku.  Dia mengingkari janjinya, karena  sudah punya pacar baru. Dan barusan Rika bilang, Bapak membawanya ke rumah ini. Buk Embun memang sudah menjelaskan semuanya tadi, begitu dia sampai di rumah.  Dia memintaku tenang, dan  mengajakku untuk  membalas perbuatan mereka, agar ada efek jera, begitu kata Bu Embun. Namun, sungguh tak kusangka, siang ini juga Bapak
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
21
DMCA.com Protection Status