Home / Romansa / Ketika Istriku Minta Talak / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Ketika Istriku Minta Talak: Chapter 1 - Chapter 10

206 Chapters

Bab 1. Awal Aku Mendua

Bab 1.  Awal Aku Mendua Berkali-kali  klakson mobil kubunyikan. Perempuan itu tak  muncul jua. Ke mana dia? Tak tahukah  kalau aku sangat membutuhkannya saat ini? Hal  pertama yang ingin kulakukan  adalah menatap mata indahnya, menikmati senyum manis di bibir ranumnya, lalu merasakan sentuhan lembut jemarinya.  Setelah seharian berkutat dengan berbagai masalah di kantor, ingin kurenggangkan sejenak syaraf-syaraf di otak. Letih tak hanya di raga. Otakpun serasa terbakar. Masalah kantor yang menumpuk, bisa membuat aku gila. Hanya satu penyemangat hidup, Embun. Wanita cantik luar biasa, yang pernah  membuatku tergila-gila. Meski akhir-akhir ini, dia semakin membuatku murka. Semoga hari ini, dia tak seperti hari-hari yang lalu. Istriku tercinta, kuyakin bisa memahami apa yang kuminta. Menekan tombol klakson mobil sekali lagi.  Menghitung sampai tiga. Embun ber
last updateLast Updated : 2022-01-04
Read more

Bab 2. Embun Istri Membosankan

Bab 2. Embun Istri  Membosankan ***** “Bapak juga ternyata hebat banget!” Dia balas memuji  seraya menarik selimut tipis untuk menutup tubuh polosnya. Peluh membasahi kening dan lehernya. Sama sepertiku yang  bermandikan peluh karena kelelahan setelah bertempur.  Aku tersenyum penuh kepuasan. Meski ada yang mengganjal di hati. Ternyata sekretarisku  yang jelita ini tak seperti yang kubayangkan. Kukira dia perempuan  lugu dan masih perawan, ternyata begitu jago di atas ranjang. Tak perlu kupikirkan dengan siapa dia pertama kali melakukan.  Toh, akupun tak mencintainya. Apa peduliku. Dia meminta aku berikan, karena akupun membutuhkan, itu saja. Hubungan ini terjadi atas dasar suka sama suka. “Kenapa Bu Embun  selalu menolak, sih?  Kalau Sandra jadi istri Bapak, gak akan sampai Bapak yang minta. Setiap hari Sandra yang nagih,”
last updateLast Updated : 2022-01-04
Read more

Bab 3. Foto Seorang pria di Bawah Bantal Embun

Bab 3. Foto Seorang pria di Bawah Bantal Embun ***** Suara alarm membuatku terjaga. Cepat sekali waktu  berjalan. Baru saja aku tertidur sudah pagi lagi. Aku harus bangun dan bersiap-siap  ke kantor. Seketika kepala terasa sakit. Rutinitas ini sungguh menjemukan. Aku bosan setiap hari seperti ini. Aku lelah setiap hari berhadapan dengan papa mertua. Laki-laki paruh baya itu tiada henti menceramahiku. Ada saja pekerjaanku yang dia protes. Untung ada Sandra yang selalu tersenyum bila kutatap. Wajah cantik, body seksi,  dan suara mendesah lembut itu kujadikan pelepas penat. Perempuan itu sangat berjasa  sebagai  pengusir jenuh, meski sedikitpun aku tak cinta. Ah, aku harus semangat.  Hitung-hitung biar bisa bertemu Sandra. Tak perlu menunggu Embun membangunkan, dia pasti sudah sibuk berkutat di dapur.  Kalau bukan mnegurus dapur, dia pasti  me
last updateLast Updated : 2022-01-04
Read more

Bab 4. Ancaman di Balik Senyuman Embun

Bab 4. Ancaman di Balik Senyuman Embun ****** “Begini, Sayang,  kamu telpon yayasan itu lagi saja! Minta satu  asisten saja, bantu-bantu kamu masak dan ngurus rumah, enggak usah sampai empat, ya! Untuk gajinya, kamu aturlah dari jatah bulanan yang aku kasih ke kamu, nanti aku subsidi lima ratus ribu sebulan, ok! Aku juga kasihan sama kamu, sampai-sampai mandi aja enggak sempat setiap hari,” usulku mencoba bernegosiasi. Lima ratus ribu subsidi dari aku, banyak kan? Aku sudah mau mengalah mengurangi jatahku. Enggak apa-apa.  Mudah-mudahan dengan begitu istriku akan terlihat cantik setiap hari, pasti dia punya waktu untukku mulai sekarang. Aku untung,  dia pun akan senang, kurang baik apa aku, coba? “Enggak bisa, Mas. Aku mau melepaskan semua urusan rumah ini semuanya mulai hari ini. Aku mau nyelesaikan kuliahku yang sempat terhenti karena  menikah  dulu.&
last updateLast Updated : 2022-01-04
Read more

Bab 5. Siapa Sebenarnya Embun?

Bab 5. Siapa Sebenarnya Embun? ****** “Kenapa dengan Embun?  Masa kamu ngeluh menghadapi istri penurut gitu? Kurang apa lagi dia menurutmu, Ray? Jangan nuntut yang macam-macam, deh! Waktunya bahkan kurang untuk mengurus anak-anak dan rumah, jangankan untuk berbuat macam-macam, mandi aja kadang dia enggak sempat.” “Itu kemarin, Tan. Mulai tadi pagi dia udah berubah.” “Berubah gimana?” “Pokoknya Tante datang ke kantor. Aku tunggu!” “Ya, udah! Nanti Tante singgah sebentar, sebelum pergi arisan.” Kututup telpon lalu menambah kecepatan mobil. Orang yang pertama sekali ingin kujumpai sekarang adalah Si Ramlan. Si Botak tua  itu akan segera kupecat. Berani dia membongkar rahasia keuanganku pada Embun. Aku meminta security  memarkirkan mobil  begi
last updateLast Updated : 2022-01-04
Read more

Bab 6. Embun Harus Hamil Lagi

Bab 6.  Embun Harus Hamil Lagi ***** “Kok, kamu protes karena tanpa sepengetahuanmu manager diganti?  Papa saja selaku direktur di perusahaan ini  tidak tahu.”  Kalimat  Papa mertuaku sangat mengejutkan.  Bagaimana mungkin dia tak tahu ada pergantian manager di perusahaannya. Lantas, kalau dia sendiri tidak tahu, siapa yang tahu? Siapa yang mengganti manager keuangan itu?  Yang paling membuatku bingung adalah sikap papa mertua terlihat tenang saja. Ada apa sebenarnya ini?  “Papa  tidak tahu? Maksud Papa?” selidikku. “Iya, Embun tidak ngomong apa-apa sama papa sebelumnya.  Tiba-tiba dia pindahkan Pak Rahmad dan menunjuk Dian  yang menggantikan,” jawabnya santai. “Embun? Maksud Papa, Embun yang melakukannya?” sergahku tak percaya. 
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more

Bab 7. Kejutan Dari Embun

Bab 7. Kejutan Dari Embun ****** “Tante yang akan bicara dengan Embun masalah itu. Tugasmu adalah buat dia hamil lagi!” “Maksud Tante? Jangan ngawur, Tan! Kemarin aja, Raya masih umur setahun, dia sudah hamil si Radit, sekarang radit masih enam bulan, Tan, mau di suruh hamil lagi?” “Enggak ada cara lain. Kalau Dia hamil, dia akan sibuk dengan kehamilannya, mabuklah, ngidamlah, melahirkan, nah, di situ kita  lancarkan tujuan kita.” “Ok, Tante, aku ngerti.” “Awas kalau gagal lagi! Kamu kerja yang bagus, cari selah agar Mas Rahmad tak ragu menyerahkan jabatannya padamu! Tante akan menemui Embun sekarang.” Wanita itu berlalu.  Aku harus menyusun rencana agar bisa menghabiskan malam bersama Embun. Supaya perempuan itu segera hamil lagi.*** Pukul
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more

Bab 8. Terjangan Embun Menolakku

Bab 8. Terjangan Embun Menolakku *****“Tidur, yuk! Udah malam. Besok kita sibuk, kan? Kamu harus berangkat cepat ke kantor, aku juga mulai masuk kuliah.” Embun meletakkan ponselnya di atas nakas. “Jangan buat kepalaku pecah, Embun! Tolong jelasin maksud semua ucapanmu ini!” “Sudahlah, Mas! Enggak usah dipikirkan! Nikmatin aja! Ok?” “Kenapa  kau curiga pada Sandra? Kau cemburu padanya? Dia hanya sekretaris di kantor, Sayang. Kalau kau memang tidak menyukainya, ok, aku pecat dia!” “Hust! Jangan sembarangan memecat karyawanku, Mas! Kau tak berhak memecat siapapun di kantor itu. Jangankan kamu, Papa aja enggak berhak. Ingat, itu perusahaanku!  Keputusanku yang berlaku, semoga kau paham posisimu!” Embun menatapku dengan sorot mata yang lembut, meski kalimat yang keluar dari mulutnya begitu tajam, setajam bel
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more

Bab 9. Kuusir Mama Tiriku

Bab 9. Kuusir Mama Tiriku  POV Embun “Hallo! Om Ramlan di mana sekarang?” tanyaku melalui sambungan  telepon seluler. Om Ramlan adalah manager keuangan di kantor. Aku harus segera membereskan masalah ini. Sebelum Mas Ray tiba  dan mengamuk kepadanya di kantor, karena telah membocorkan rahasia keuangan. “Saya, masih di rumah, kenapa, Bu?” tanya Om Ramlan terkejut. “Dian ada?” tanyaku lagi. “Ada, dia belum berangkat ke kampus, tapi, sepertinya sudah siap-siap itu, motornya udah nyala.” “Om cegah dia kekampus hari ini! Tolong saya, ya, Om,” pintaku memohon. “Ada apa, Bu Embun, apa yang bisa kami bantu?” Suara Om Ramlan terdengar ikut gugup. “Om pindah aja ke kantor cabang yang di Marindal! Suruh Dian
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more

Bab 10. Papa Embun Sudah Di Tangan

Bab 10. Papa Embun Sudah Di Tangan*****“Tuh, kan, cuman iseng. Mama, sih, udah parno duluan,” sergahku terkekeh.     Sakit hati ini, kututupi dengan terkekeh. Sudut mataku bahkan berair, ternyata pengkhianatan mereka tetap berlanjut. Tak hanya di kamar kos-kosan wanita itu, tapi juga di sofa kantor. Kantorku sendiri. “lho, kamu kok, enggak marah?” tanya Mama tiba-tiba tersadar. “Ngapain marah? Mereka cuma iseng, begitu kata mereka, kan, Ma? Lalu kenapa aku marah?” “Tapi, matamu berair? Kamu nangis?” “Oh, enggak, ini karena aku tertawa tadi, abis, mama lucu, orang iseng dianggap serius.” “Iya, sih. Tapi, si Sandra keterlaluan, Dia sedang berusaha merayu suamimu.” “Enggak akan tergoda suami saya, Ma. Mas Ray itu, suami paling setia. Percaya, deh!&rd
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status