Bab 101. Darah Perawan di Seprei Ranjang Kutatap si pemilik suara. Lelaki itu terkekeh kecil, dengan gelas di tangannya. Gelas itu masih utuh. “Om, tidak minum? Katanya haus?” tanyaku penasaran. “Ya, Om sangat haus. Bahkan, rasanya sudah tak sabar, ingin segera menuntaskan dahaga ini,” jawabnya berjalan pelan, menuju nakas, lalu meletakkan gelas utuh itu, di sana. “Ma- maksud Om?” tanyaku bingung, lebih bingung lagi, karena kini kulihat Om Herman menjadi dua, ya, Om Herman ada dua. Tubuhnya berubah menjadi besar, berbayang, makin besar dan …. “Kenapa kepala saya sakit sekali, kepala saya berat,” lirihku memegangi kepala. Tatapan kini kian berkunang-kunang, kamar ini kulihat berputar. Lalu aku ambruk, jatuh di atas ranjang. “Ini pekerjaan yang saya ja
Last Updated : 2022-01-29 Read more