Home / Romansa / Ketika Istriku Minta Talak / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Ketika Istriku Minta Talak: Chapter 101 - Chapter 110

206 Chapters

Bab 101. Darah Perawan di Seprei Ranjang

Bab 101. Darah Perawan di Seprei Ranjang Kutatap si pemilik suara. Lelaki itu terkekeh kecil, dengan gelas di tangannya. Gelas itu masih utuh. “Om, tidak minum? Katanya haus?” tanyaku  penasaran. “Ya, Om sangat haus. Bahkan, rasanya sudah tak sabar, ingin segera menuntaskan dahaga ini,”  jawabnya berjalan pelan,  menuju nakas, lalu meletakkan gelas utuh itu, di sana. “Ma- maksud Om?” tanyaku bingung, lebih bingung lagi, karena kini kulihat Om Herman menjadi dua, ya, Om Herman ada dua. Tubuhnya berubah menjadi besar, berbayang, makin besar dan  ….  “Kenapa kepala saya sakit sekali, kepala saya berat,” lirihku memegangi kepala. Tatapan kini kian berkunang-kunang,  kamar ini kulihat berputar.  Lalu aku ambruk, jatuh di atas ranjang. “Ini pekerjaan yang saya ja
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 102. Kupinjam Nama Kak Embun Untuk Menjerat Korbanku

Bab 102. Kupinjam Nama Kak Embun Untuk Menjerat Korbanku POV Renata ======= Kutimang-timang ponsel hasil mengemisku.  Jujur, bukan  benda gepeng ini yang menjadi sasaran utamaku. Tujuanku adalah nomor-nomor yng ada di dalamnya. Khususnya nomor keluarga sang tua bangk* Kutatap nanar  ranjang besar nan mewah itu. Tempat di mana aku telah melepas  mahkotaku secara paksa. Begitu licik dan penuh rekayasa. Noda darah masih tampak masih segar membekas di sepre pembalut spring bed empuk. Kuelus dengan telunjuk. Impian seorang gadis lugu, akan memberikan tetesan darah ini kepada  seorang pangeran yang  datang meminang. Menjemput dengan kereta kuda. Membawaku ke istana cinta.  Mereguk lautan madu asmara, diiringi senyum syahdu di malam pertama. Kini, impian sang gadis pupus sudah. Pangeran tampan tak pernah tiba. Peran sang pangeran telah digantikan oleh
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 103. Satu Foto Lima Ratus Juta

Bab 103. Satu Foto Lima Ratus Juta “Bagimana? Ada perubahan di perutnya?” tanya Dokter itu semenit kemudian. “Iya, terasa lebih enakan,” jawabku asal. “Nah, berarti Mbak hanya terserang sakit mag biasa. Gak perlu khawatir! Sebelumnya gak pernah seperti ini rupanya?” “Enggak, Dok, makanya saya pikir salah makan. Atau lebih tepatnya diracun orang,” jawabku mulai merubah ekpresi wajah.   Tak lagi  kesakitan, kini tinggal meringis kecil. Dokter muda ini tertawa, menunjukkan barisan giginya yang putih bersih. “Mbak beneran sepupunya Bu Embun?” tanyanya sambil mengembalikan alat-alat ke dalam tas. “I-iya, Dok. Dokter enggak nelpon dia  untuk memastikan?” jawabku balik bertanya. “Kebetulan saya dan Bu Embun sedang ada masalah se
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 104. Tiga, Empat Pria Dalam Satu Malam, Kamu Sanggup Enggak?

Bab 104. Tiga, Empat Pria Dalam Satu Malam, Kamu Sanggup Enggak? “Lima ratus juta untuk satu foto?” “Kalau mau, kalau enggak juga enggak apa-apa.  Aku matiin nih, telponnya!” “Renata-renata, tunggu! Kau bercanda, kan? Lima ratus juta kali sepuluh itu lima M, Sayang?” “Iya, itupun hanya  berlaku untuk beberapa bulan saja.” “Apa maksudmu, Re?” “ Iya, kalau misal mood saya lagi enggak bagus, bisa aja saya sebarkan lagi.” “Jangan macam-macam!  Renata! Aku juga bisa berbuat sesuatu padamu!” “Anda mengancam saya? Boleh! Saya udah hampir sampai, saya matikan, ya!” “Tunggu!  Kau sepertinya mau main-main dengan saya!” “Terserah penilaian Anda Tuan Bajing
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 105. Dokter Tampan itu, Dokter Bukan, sih?

Bab 105. Dokter Tampan itu, Dokter Bukan, sih? Kulirik jam dinding di kamar. Setengah delapan pagi.  Ternyata aku terlambat bangun, mungkin masih kelehan, setelah semua peristiwa yang kualami kemarin. Ponsel tetap menyala, sepertinya memang ada masalah genting. Masalah yang kutimbulkan, tentu saja.   Ragu, kuberanikan diri menerima panggilan itu. “Hallo, Kak Embun, maaf, baru bangun,” ucapku begitu mengusap layar ponsel. “Oh, maaf mengganggu tidurmu, begini, kamu bisa menemui Kakak sekarang?” Suara lembut  itu seperti besi panas yang menghujam gendang  telinga.  Ketakutan kian mencekik. “Kakak tunggu di rumah, segera, ya!” “Baik, Kak.” Tak berani  menolak, segera berkemas, aku harus memenuhi perintahnya. Sepertinya masalah baru mulai  menampakkan wujud
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 106. Pembunuh Bayaran

Bab 106. Pembunuh Bayaran Pintu gerbang pun terbuka lebar. Dokter Danu melajukan mobilnya memasuki halaman, dan memarkirkannya tepat di port car yang tersedia. “Renata! Ibuk udah nungguin kamu, tuh!”  Bik Las Yang membuka pintu utama.  Dia terlihat manis sekali sekarang. Eh, di lehernya  menggelantung sebuah kalung cantik. Leher jenjangnya terlihat makin indah dengan kerlip permata  kalung itu. “Dokter juga datang? Anak-anak sehat, kok,” ucapnya menyambut Dokter Danu yang menyusul di belakangku. “Udah janji dengan Bu Embun, Bik!” jawab Dokter Danu ramah. “Oh, masuklah kalau begitu!” Bersisian, aku dan Dokter Danu masuk menuju ruang  tengah. Kak Embun menunggu kami di sana. Radit yang masih di dalam gendongannya, segera diambil alih oleh Rika, begitu kami muncul. Raya terlihat berlari men
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 107. Siapa Yang Yang Telah Menodai Mbak?

Bab 107. Siapa Yang Yang Telah Menodai Mbak? Bayangan pemuda berwajah klimis yang mengikutiku tadi, melintas seketika.  Diakah orangnya? Pemuda yang berpakaian rapi itu?  Bukankah penampilannya sedikitpun tak menunjukkan kalau dia adalah seorang pencabut nyawa bayaran? Itukah alasannya mengikutiku sampai depan komplek perumahan elite ini? Jangan-jangan dia masih menungguku di depan. Ya, Tuhan, nyawaku benar-benar terancam. Papa, Mama, aku takut. Mas Ray! Lihat nasip adikmu ini, Mas! “Mbak? Anda kenal Papa saya?” tanya Dokter Danu  mulai tak sabar. Tatapan penuh curiga  serasa menguliti jiwa. Ketakutan  semakin mendera. Aku harus mengakhirinya, terserah bagaimana tanggapan mereka nantinya. “Ok, aku akan jujur sekarang.  Terserah kalian akan menilaiku seperti apa. Aku  akan terima.  Kak Embun, Dokter Danu, sesunggguhnya semua masalah  ini   berawal da
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 108. Bunuh Diri, Aku Takut.

Bab 108. Bunuh Diri, Aku Takut. “Dokter sungguh-sungguh?” Kak Embun yang datang menyusul kami, menatap Dokter Danu dengan tatapan takjub. “Ya, aku sungguh-sungguh, Bu Embun. Aku tidak akan bisa tenang, setelah Papa menghancur Renata seperti ini! Sekarang bukan hanya kesuciannya, Papa bahkan mengincar nyawanya! Aku akan melindungi Renata. Kupastikan, sekarang ini, akulah musuh Papa yang sesungguhnya!” “Bohong! Aku tidak percaya!  Kalian semua  sama saja! Kalian orang-orang kaya hanya pandai berkata-kata!  Kalian pembohong!” Aku berteriak, Sedikitpun aku tak bisa mempercayai ucapannya. Mana mungkin seorang Dokter tampan, terkenal seperti dia, mau menikahi seorang perempuan yang telah menjadi sampah seperti aku. Setelah papanya mengunyah habis manisnya, lalu  dibuang secara hina. Kini  sang putra mau memungut sampah itu? Mau menikahi segala? M
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 109. Mas Darry Vs Dokter Danu

Bab 109. Mas Darry Vs Dokter Danu “Oh, iya, Renata udah jelasin, kenapa Om Herman ngejar dia?” tanya Mas Darry menoleh kepada Dokter Danu. “Kamu sebetulnya dapat info darimana, kalau papaku menyewa pembunuh bayaran, ha!” Mulai lagi, deh. Mas Dary dan Dokter Danu berperang. Duh, situasi sedang gawat gini juga. “Jangan nuduh sembarangan, kalau enggak ada bukti!” ketus Dokter itu lagi. “Maaf, Dokter! Saya tidak menuduh smebarangan. Memang bukti saya tidak punya, tetapi info yang saya terima, dari sumber yang bisa dipercaya!” balas Mas Darry tak kalah ketus. “Apa sumbernya! Bisa kamu tunjukkan?” “Nanti, kita bareng-bareng aja nanya sama Edo!” “Siapa Edo?” teriak Dokter Danu kasar. “Satpam di rumah Embun tadi, kaw
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

Bab 110. Tolong Bunuh Saya!

Bab 110. Tolong Bunuh Saya! “Mbak mau ke mana?” tanyanya  sesaat setelah  kami  berada jauh dari komplek itu. “Terserah!” sahutku pasrah. “Lho, kok terserah?” “Iya, terserah! Aku gak tak mau ke mana! Bawa saja aku ke mana pun yang Anda mau!” Lelaki itu terbatuk. Mungin kaget, tak menyangka semudah dia menuntaskan kewajibannya. Entah berapa Om Herman akan  membayarnya, yang jelas bayangan kesuksesan dan segepok uang telah memenuhi otaknya. “Mbak sepertinya sedang ada masalah, ya? Kita  ke tempat saya saja, ya! Kita bisa ngobrol, siapa tahu beban pikirannya bisa hilang?” “Boleh.” “Pegang yang kencang, ya!” Diraihnya tanganku, meletakkan di pinggangnya. Laju motor semakin kencang, kurapatkan&n
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status