Home / Romansa / (Not) His Sugar Baby / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of (Not) His Sugar Baby: Chapter 121 - Chapter 130

318 Chapters

Salah Memahami

Sorot mata Rose memicing tajam. Mengambil sikap waspada ketika mendengar suara kunci diputar dari luar. Dia bangkit, penampakan bahu Theo membuatnya melangkah cepat.“Buka pintunya. Aku mau keluar!”Rose mendorong tubuh besar itu menyingkir. Berulang kali menekan knop pintu seperti yang dilakukannya beberapa saat lalu.Sial! Theo lebih dulu bertindak di luar pengawasannya.“The keys are here.”Bunyi gemerincing dua atau tiga anak kunci menarik perhatian Rose. Dia mendekati Theo dengan kemarahan yang tampak menggunung di mata. Lengan Rose terulur, hendak meraih sesuatu yang mustahil. Theo tidak akan pernah membiarkannya bebas begitu saja.“Berikan padaku!” ucap Rose dingin. “Kau tidak bisa menahanku di sini. Lupakan taruhan bodoh itu. Aku tidak mau lagi berurusan denganmu!”Rose menipiskan bibir. Mencari sekecil apa pun cara mengelabuhi Theo di sampingnya. Mungkin kelemahan lawan sedikit bisa membantu Rose membebaskan diri dari kurungan paksa yang pria itu lakukan.“Not that easy, Suga
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

The Queen

Bagian terburuk dari sisa kekacuan belum berakhir. Baru selangkah tidak jauh dari kamar tamu, Rose harus dihadapkan dengan wanita yang berdiri angkuh. Netra keduanya bersirobok—Rose seperti bercermin saat surai pirang persis di hadapannya sengaja disibak, menyebar kesombongan begitu segaris bibir itu menyeringai sinis.“Kau belum pergi juga, pelacur? Apa kau tidak punya urat malu? Aku sudah membereskan barang-barang rongsokanmu. Silakan angkat kaki jika kau sudah tidak punya kepentingan di sini.” Magdalena melipat kedua tangan di depan dada. Sebelah alisnya terangkat tinggi, penasaran akan sikap Rose yang teramat santai.“Pelacur tidak tahu diri. Apa sekarang aku harus menyebutmu jalang?” tanyanya setengah menyindir.Alih – alih marah. Rose membungkuk, meletakkan tongkat bantu jalan ke atas marmer. “Seharusnya kau tidak perlu repot-repot. Apa semua pakaianku mengotori tanganmu? Aku harap tidak, karena semua itu pemberian Theo. Satu lagi, aku akan pergi tanpa membawa apa pun, kecuali d
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Roses

Magdalena mematut diri di depan cermin retak. Teriakannya menggelegar menatap separuh pantulan wajah yang terlihat kacau. Riasan tebal di bagian mata luntur, meninggalkan bercak-bercak hitam meluruh ke bawah. “Sial!”Dia kembali melempar botol kaca hingga serpihannya menyebar ke beberapa tempat. “Wanita itu harus membayar mahal atas apa yang aku rasakan!” jerit Magdalena di luar kendali. Sesekali dia mengusap bekas membasah di wajah dengan kasar. Tawanya menyeruak, disusul sayup-sayup lirihan kecil.“Aku tahu T masih mencintaiku,” gumamnya nyaris berbisik. “Dia hanya marah dan kecewa. Selebihnya dia masih mencintaiku. Dia benar-benar masih mencintaiku!” Magdalena menyugar surai panjangnya ke belakang dengan gerakan pelan.“Aku tidak boleh kalah.”Netra kelamnya menajam sarat akan ambisi. Setidaknya dia satu langkah lebih maju tanpa sepengetahuan siapa pun. Theo tidak akan bisa melawannya di pengadilan, sekali pun pria itu ingin mengajukan banding saat ketukan palu mulai mengambil andi
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Mana yang Benar

Lion menunduk. Tidak berani menatap sorot abu-abu Theo tatkala pintu yang membatasi posisi mereka terbuka. Langkah tertatih itu pelan menghampiri Lion yang terlihat ragu menyerahkan tongkat bantu jalan pada tuannya.“Anda harus menghentikan Nyona Magdalena, Tuan,” ucap Lion nyaris tak terdengar.Sebelah alis Theo terangkat tinggi. Terpaksa menerima kruk tersaji di hadapannya “Apa yang Magdalena lakukan?” Dia bertanya seraya menutup pintu kamar.“Nyonya memukuli Afilia, Tuan.”Wajah Theo berpaling cepat, tidak mengerti maksud ucapan Lion. Ada masalah apa Magdalena bersama Afilia, hingga tidak menghargai posisi Beatrace sebagai wanita tua sekaligus ibu yang memiliki tanggung jawab besar?“Belum sehari di sini kewarasannya sudah berkurang. Kenapa dia memukuli gadis remaja itu?”“Maaf jika saya lancang, Tuan. Tapi Anda menjadi pokok permasalahan yang sedang terjadi. sebaiknya kita segera ke sana. mereka ada di dapur”Kembali menunduk setelah mengangkat wajah gusar. Lion melebarkan lengann
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more

Broken Angel

Hanya sebentar ....Sesuatu yang Rose rasa mustahil bisa dipercaya. Ntah kali ke berapa dia menarik napas, menelan rasa kecewa harus bermandikan bulir yang bermunculan di tubuhnya. Di bawah sana, getaran vibrator masih menyala-nyala. Rose tidak memberi reaksi apa pun, cukup menatap dinding di depannya setengah kosong. Terlalu lama menerima rangsangan—sejak Theo masih di tempat yang sama, menyebabkan titik sensitivitas Rose melemah. Apa susahnya saat sebelum pergi, Theo menuruti permintaan kecil Rose? Dia merasa dihinakan oleh keputusan yang Theo buat secara sepihak. Tidakkah pria itu memikirkan risiko besar yang mungkin akan terjadi? Bahkan Rose mulai merasakan perbedaan antara sebelum dan sesudah menerima benda asing itu masuk ke dalam tubuhnya.“Berengsek.”Sekuat tenaga Rose berontak, berusaha membebaskan diri dari belenggu yang mengikat. Gemerincing rantai saling bersahut—isyarat atas tindakan yang Rose lakukan berakhir sia – sia. Hanya menyebabkan rasa sakit dengan harapan yang
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

Last Goodbye

“Kau sudah melakukannya sekali. Artinya kau bisa. Just do it. Don’t worry. I’ll smile, once you whip me.” Benar-benar keputusan yang berat. Rose ingin merasakan kebebasan. Namun, tidak dengan cara menyakiti orang lain. Dia terjebak dalam dilema besar. Maju dan mundur seperti tidak ada bedanya. Terlalu buruk jika harus mempertahankan satu di antara yang satu. Haruskah dia menyakiti ayah dari janin yang dikandungnya?“Sangat tidak sulit bagimu mengambil keputusan, Rose.”Netra cokelat Rose terpejam erat. Pergi dan bertahan tidak akan menjadi pilihan sulit, kalau saja Theo mempersilakannya melangkahkan kaki secara percuma, tanpa melibatkan adegan kekerasan yang merugikan kedua belah pihak.“Aku akan hitung sampai tiga. Lakukan sebelum aku berubah pikiran, Rose. Atau kau ingin menjadi budakku selama sisa hidupmu?”“Satu.”“Rose.”Peringatan Theo teramat dingin. Rose tak punya pilihan selain mengangkat lengan ke atas, kemudian menyambit ujung cemeti hingga meninggalkan bekas garis kemeraha
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

Intermezzo

“Bisa – bisanya kau melakukan ini, Afi! Ibu tidak pernah mengajarimu berbohong. Apa yang kau pikirkan sebelum menuduh tuan-mu yang tidak tidak, huh!”Sambitan tali pinggang menghujami tubuh Afilia secara beruntun. Sekuat tenaga Beatrace melampiaskan amarah, kecewa dan rasa malu yang mencabik – cabik harga diri. Bodohnya dia mempercayai sebagaimana tuduhan yang dilayangkan Afilia. Namun, ketika kebenaran terbukti, Beatrace seperti disambar gelagak petir. Harusnya dari awal dia mempertahankan keyakinan ... Theo tidak akan pernah melakukan tindakan tercela pada putri tunggalnya. Pria itu sudah bersedia membiayai pendidikan Afilia sampai ke jenjang perguruan tinggi, apalagi yang bisa Beatrace katakan? “Buang jauh – jauh perasaanmu, kau sangat tidak pantas bersanding di samping tuan. Ingat derajatmu tidak lebih dari anak seorang pembantu.”“Aku mengerti, Ibu. Berhenti, aku mohon. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”Pertama kali menginjakkan kaki di ruang eksekusi. Afilia sadar semua perala
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

Navigation

“Kenapa Anda membiarkan Nona Rose pergi, Tuan? Anda tidak takut sesuatu terjadi padanya?”Di tengah aktivitas membalut luka. Travis memperhatikan riak wajah yang berubah – ubah, sesekali terlihat dingin, di waktu tertentu mendadak sangat teduh. Sorot abu – abu Theo terkadang bergerak tidak fokus, yang kemudian mengerjap ... menatap Travis tanpa kata.“Luka cambuk ini, Nona Rose yang melakukannya?” Anggukan pelan membuat sudut bibir Travis melengkung samar. “Jadi kenapa Anda membiarkan Nona Rose pergi, Tuan?” tanyanya nyaris berupa bisikan.Travis menunduk saat kilatan tajam membumbung tepat di hadapannya. Theo menghela napas, kemudian menarik kedua lengan mundur tatkala balutan perban selesai dikerjakan. “Dia memohon padaku seperti wanita putus asa. Bagaimana mungkin aku tetap menahannya di sini.”Kali pertama Theo membuka suara sejak masuk ke ruangan Travis. Wajah adonis itu menoleh ke belakang, menyorot ranjang kosong yang beberapa saat lalu menampilkan bayangan tubuh Rose. “Perse
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Rose or Sugar

Lima kapsul tidur tertuang di atas permukaan tapak tangan. Theo menggeser secara acak kapsul – kapsul tersebut dengan ibu jarinya, merasa ragu untuk menelan habis jumlah yang ada di sana. Dia tidak tahu apa yang membuat kecemasannya meledak – ledak. Debaran dada pun bertalu – talu hebat lebih dari biasanya. Tak bisa dimungkiri, dosis yang Travis berikan sepenuhnya tidak cukup membuat Theo terlelap seperti yang dia inginkan. Dia butuh sesuatu yang lebih, menambah jumlah kapsul sedikit lebih banyak mungkin tidak akan menjadi masalah besar.Lengan Theo terulur meraih segelas air di atas nakas. Bersiap untuk mengonsumsi kapsul tidur, sebelum seseorang menekan bibirnya.“Aku rasa kau memang ingin selamanya tidur dengan ‘tenang’,” sindir Rose penuh penekanan. Sebelah tangan yang terbebas, memisahkan tiga kapsul dengan hanya menyisakan dua di antaranya. “Itu dosis yang Travis anjurkan padamu, kecuali kalau kau tidak bisa berhitung.”Sontak sorot abu – abu itu mengerjap. Kernyitan dalam muncul
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Ranjang Bergoyang

Satu kata terucap dari bibir panas itu mengakhiri aksi negosiasi yang cukup melegakan perasaan. Tubuh Rose melengkung ke atas saat hampir setiap sentuhan ringan dilakukan serupa dengan pemujaan—begitu lembut, seolah – olah dia tembikar berharga yang Theo miliki.Dengan kedua tangan terikat. Rose menyentuh surai hitam yang bertahan di area dada. Theo menyesap kedua puting yang menantang secara bergantian. Begitu pria itu mendongak, bibirnya tampak kilap di bawah kilatan cahaya.Sebelum merayakan bagian puncak. Theo membebaskan belenggu ikatan di lengan Rose, hingga jemari itu menyentuh dada kasar yang mulai ditumbuhi bulu – bulu melebar. Rasanya Rose ingin memusnahkan mereka dengan cara yang sama seperti tempo waktu lalu.“Theo.”Rose menelan ludah kasar merasakan penestrasi yang perlahan menerobos masuk—memberi rasa sesak tatkala miliknya terisi penuh. Gerakan merambat, naik, turun, lepas mengirim gelenyar nikmat yang tak bisa dimungkiri.“Kau sangat sempit,” ucap Theo, menyingkirkan s
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status