“Apa-apaan kau ini, Warasena?” hardik Adipati Kertajaya. Ia tak menyangka pria yang selalu bersembunyi di belakang gurunya itu mampu mengancamnya dengan sebilah pedang.“Kau tak usah lagi berkilah! Aku sudah tahu bahwa calon menantumu itu lah yang menghancurkan Candikapura!” hardik Prabu Warasena tak kalah berani.“Apa buktinya?”“Seseorang melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Dan kau, sengaja mengalihkan agar aku tak mengetahuinya, bukan?” Prabu Warasena mendengus penuh emosi. Kedua netranya memerah mengindikasikan energi dalam dirinya yang telah siap untuk dikeluarkan.“Lantas, kalau penghancuran Candikapura adalah balasan atas serangan gagalmu ke Astagina, apakah itu cukup adil?” tutur Adipati Kertajaya mencoba membela diri.“Adil katamu?” Prabu Warasena mendorong kakak seperguruannya itu hingga tubuh Adipati Kertajaya membentur dinding. Ia mengacungkan ujung pedangnya. “Dan kau, tak ada pasukan yang kau kirim untuk mendukung pasukanku, bukan?”Adipati Kertajaya tak mampu lagi
Baca selengkapnya