“Tidak, Kanda!” Murti ingin melompat ke dalam api. Pawana kaget mengetahui selirnya ada di sana. Sontak ia memeluk Murti agar tak mati terbakar. Wanita yang sedang hamil itu meronta dan berusaha sekuat tenaga. Tapi api yang terus berkobar membuat semuanya hangus jadi abu dalam sekejap mata. “Kanda, Mbok, keponakanku, keluar!” jeritnya berkali-kali. “Lepakan aku!” Murti menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia mendapati Pawana dalang dari semuanya. “Memang bangsat kelakuanmu, setan alas. Apa salah mereka kau bakar hidup-hidup?” “Aku hanya menjalankan perintah dari pangeran, membasmi semua yang terlibat dan termasuk istri dan anak di dalamnya.” “Bodoh, mereka tak berdosa. Kau sembah sana kaki pangeranmu sekalian!” Sambil menghapus air mata, Murti meninggalkan sesuatu yang tak akan bisa diselamatkan lagi. “Murti, Dinda, tunggu, kau mau ke mana?” Pawana mengejar kekasihnya. “Bunuh diri, aku tak punya keluarga lagi.” “Jangan, masih ada aku di sini. Aku sudah menemukan cara membaw
Baca selengkapnya