Bak kerbau yang dicucuk hidungnya, Damar menurut saja saat ditarik Weni ke dalam kamar. Namun, gema suara Kinanti yang terngiang dari dalam jiwa membuatnya sadar kembali. “Tidak, Nyonya, maaf ini salah.” Damar melepas genggaman tangan Weni. Tapi gadis tengil itu tak terima. “Kenapa? Dia juga tidur, besok pagi baru akan bangun. Kau lemah, tak kuatkah?” “Bukan begitu, tapi aku sudah punya istri, dan kau sudah ada yang punya.” “Lalu, salahnya di mana?” Gadis tengil itu menaikkan dagunya, pertanda dia angkuh dan tak suka keinginannya diabaikan. “Ya, kita salah telah mengkhianati pasangan.” “Bukankah sudah biasa lelaki punya lebih dari satu istri.” “Istri, iya, bukan …” “Gundik maksudmu. Jadi aku ini salah karena menjadi gundik demang?”“Nyonya, aku tak tahu ada apa denganmu. Tapi aku pulang dulu. Jalani saja takdirmu.” Damar berjalan mundur sambil menundukkan kepala. “Jangan pergi kau!” Weni menarik tangan babu itu bahkan tanpa sadar cakarnya tumbuh dan menggores kulit Damar. “Ma
Read more