“Nay, kamu mau ke mana?” Tepat waktu Mita menyusul pemetik bunga itu agar tak keluar dari perisai buatan Arya. “Mau cari makan,” jawabnya sambil tersenyum. “Kalau cuman daging, di rumah ada, kok, yuk, naik ke atas, di sini bahaya kalau kamu sendirian. Nggak baik.” Mita menarik perlahan tangan Nay. Wanita itu menurut saja, padahal tadi dia melihat penampakan burung terbang. “Tapi aku lagi kepengen makan ayam sebenernya. Nggak tahu kenapa, udah tiga hari kepikiran, dialihkan pikiran juga nggak bisa. Aku nggak minta Tante nyariin, kok, aku cuman cerita aja.” “Iya, Tante ngerti, emang kalau ngidam, ya, gitu. Kalau nggak dapat kita bisa kepikiran terus.” “Tapi kan, Tante, normalnya orang hamil itu sembilan bulan, ya, ini, kok, perut Nay udah gede banget?” tanya Nay yang masih tak terima kenyataan. “Iyah, seperti kata Tante, kamu bukan manusia begitu juga dengan kami. Dibawa pun misalnya ke rumah sakit. Dokter mana yang sanggup periksa kamu. Terus malah kamu diburu sama wartawan penc
Baca selengkapnya