Arya dan Mita sudah berjalan lebih jauh dari stasiun keretea. Namun, sang pangeran tak tenang sama sekali. Setiap sebentar ia akan menoleh ke belakang. Rasanya pria semalam yang ia hajar tak terlalu jauh dari Nay. “Kenapa sih, My Lord, lihat ke belakang terus. Susah, ya, pisah sama perempuan tadi?” Mita mulai terbakar cemburu tak menentu. “Bukan begitu, aku mengendus jejak harimau seperti kita di tubuh Nay. Dan dia sedang diincar oleh lelaki di lorong hotel tadi malam. Apakah menurutmu aku harus diam saja?” “Tapi, kan, bukan urusan kita,” ujar Mita. “Ya, sudah kalau begitu jalan terus saja, terserah ke mana tujuanmu.” Sang pangeran kemudian digandeng oleh istrinya menuju satu penginapan. Ceritanya melanjutkan bulan madu yang tertunda karena urusan mendadak. Beberapa jam telah berlalu, tapi hati Arya tak tenang. Ia pun mencoba memejamkan mata untuk tidur. Namun, sekelebat bayangan Nay melintas lagi begitu saja. Kalau Mita tahu, perempuan berambut merah itu bisa salah paham dibuatn
Read more