Home / Fantasi / Series Hutan Larangan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Series Hutan Larangan : Chapter 101 - Chapter 110

191 Chapters

Sedingin Es

Kanaya dan Andra tertidur di tempat masing-masing. Tidak seranjang meski satu kamar bersama. Sebagai harimau, anak lelaki Bagus itu lebih suka merebahkan diri di lantai yang telah dikalipis karpet bulu sintetis. Sedangkan Nay atau yang sering dipanggil Maya oleh Candra, lebih suka di atas kasur. Sebab bagi Nay kapuk memberikannya cukup kehangatan, manalah sekarang tubunya jadi lebih sering dingin dari biasanya. Keduanya terlelap, sangat nyenyak setelah sibuk menjalani hari. Sampai-sampai sejoli itu tak lagi sempat bercengkrama bersama. Bahkan keduanya tak sadar ketika seekor ular tujuh warna dengan ukuran lebih besar dari biasanya masuk dari celah jendela dan terus turun ke kasur di mana Nay sedang tidur. Nay tak sadar sama sekali ketika binatang melata itu terus saja membeli tubuhnya dari betis sampai ke perut. Ia tak merasa terancam karena sejenis. Pun dengan Andra yang ilmunya jauh di bawah Candra, tak tahu kalau ada tamu tak diundang. Ular tujuh warna itu kini wajahnya telah b
Read more

Sudah Berbeda

Perlahan-lahan kaki Nay telah sepenuhnya menjadi ekor ular. Semua organ dalam tubuhnya telah berubah menjadi kuat seperti besi. Racun yang diberikan oleh Candra tadi berhasil ia terima tanpa penolakan atau perlawanan. Kini Nay tak lagi separuh ular. Melainkan telah benar-benar menjadi siluman yang sama seperti Candra. Ia pun telah menjadi binatang buas dengan percampuran tujuh warna seperti pelangi. Nay terdiam dan melata menuju ke dalam telaga. Di dalam sana dingin, cocok dengan darahnya. Sejenak, perempuan dengan bola mata tujuh warna itu terdiam dan tertidur di dalamnya. Lalu ia melata naik lagi ke permukaan. Sampai di sana Nay pun tertidur dari sisa malam yang ada sampai pagi menjelang.*** Ada yang merasa kehilangan ketika bangun di pagi buta. Andra mencari Nay ke seluruh penjuru rumah, tapi tidak ada. Bahkan sampai ke kamar Ana juga nihil. Kamar mandi, kolam ikan, dapur, kandang kucing, sama saja. “Ke mana, ya? Nggak biasanya pergi tanpa pamit.” Andra berjalan kembali ke kam
Read more

Kerinduan

“Andra, kamu, kok, diem aja, sih. Dari tadi, loh aku nanyain.” Nay menyusul langkah manusia harimau yang telah berusia hampir seperempat abad lamanya di mata manusia biasa. “Ya, terus aku harus jawab apa? Mau kamu gimana?” Andra malah bertanya kembali. “Loh, kenapa jadi maunya aku? Maunya kamu itu gimana. Itu yang aku tanyain, kamu ngerti, nggak?” “Nggak!” Lelaki itu malas berdebat. Ia pun enggan menjawab. Lagi pula yang tadi bukan pertanyaan melainkan pernyataan. “Loh, nggak boleh gitu donk, yang jelas kalau ngomong.” Nay masih tak menyerah. Sampai ada jawaban pasti yang keluar dari bibir lelaki yang telah hidup bersamanya selama lima tahun. “Terus kalau aku bilang iya, kamu mau jawab apa? Udah siap memangnya?” Andra berhenti di tepi sawah milik Ana dulu. Anak berdarah campuran itu menatap tajam perempuan ular yang menggunakan kain sutera berwarna merah jambu. Ditanya seperti itu, Nay malah jadi membeku. Labil, walau ia telah menjadi siluman sepenuhnya. “Kan, diem aja. Mending
Read more

Lelaki Asing

Bukit Buas, sekalipun tidak musim hujan memang dingin hawanya, karena itu cocok bagi seekor ular untuk tinggal. Bahkan di antara bebatuan yang ditumbuhi lumut. Dan harimau yang tinggal di sana akan semakin tangguh karena panas yang dikeluarkan dari tenaga dalam mereka. Bukit Buas menjadi tempat yang aman bagi manusia. Tapi tak banyak orang yang bisa diterima di sana. Salah satunya Ana yang membawa Andra, dua puluhan tahun lalu. Kini anak itu pula telah menjelma sebagai penjaga desa. Layaknya Murti, ia yang menilai siapa saja manusia yang layak tinggal di sana. Andra memiliki rumah sendiri. Dulu Ana yang membelinya karena memang di Bukit Buas masih sangat asri dan sangat jauh dari jangkauan kehidupan kota yang penuh dengan modernitas menggerus zaman.Terlalu nyaman hingga sulit bagi Andra untuk pindah, menjadi salah satu alasan ia kurang suka mengunjungi dunia luar. Bahkan sekali pun ia tak pernah pergi ke Hutan Larangan tempat ayah dan ibunya dulu bertemu pertama kali. Juga jangan
Read more

Musim Hujan

Nay—perempuan ular pemetik bunga itu merasa senang ketika lelaki yang ia sangka Andra memeluk dan menghirup wangi tubuhnya dari belakang. Biasanya seekor harimau tidak suka melakukan hal demikian diam-diam, selalu terang-terangan tanpa basa basi. Namun, kali ini sangat berbeda. Wanita yang sisiknya masih tumbuh satu demi satu itu memegang tangan Andra. Awalnya ia biasa saja bahkan tak ingin menoleh ke belakang. Tetapi mengapa kali ini kekasihnya terasa sangat dingin. Bahkan lebih dingin dari kulitnya. “Andra,” panggil Nay tapi lelaki itu diam saja. Sora tersenyum lebar sembari menghirup wangi rambut Nay. Ilmu yang dimiliki perempuan ular itu masih amat sangat rendah walau diberikan langsung oleh Candramaya. Jadi ia tak pernah tahu siapa yang mengintainya dari tadi. “Andra, kamu, kok, dingin?” Nay ingin berbalik tapi lelaki itu menahannya agar tak berpaling. Benar Kanaya merasa sangat berbeda. Tidak biasanya Andra dingin padanya. Nay tahu ada yang aneh, tapi sayangnya ia dipaksa t
Read more

Racun

“Nay, kamu kenapa?” Andra menepuk bahu teman hidupnya yang dari tadi ia perhatikan melihat ke luar jendela. Namun, perempuan ular itu tetap membeku dan pupil matanya semakin mengerucut. Andra tahu ada yang tidak beres. Tak biasanya Nay bertingkah laku demikian. “Nay!” Manusia harimau itu memegang erat bahu Nay bahkan meremasnya sangat kuat. Sejenak perempuan pemetik bunga itu mendesis dan lidah bercabang duanya keluar sampai menyentuh pipi Andra. Andra menatap bola mata Nay sangat dalam. Perlahan-lahan pupil mata yang tadinya mengerucut seperti kristal kemudian membesar dan bulat sempurna. Ular tujuh warna itu menggeleng. Rasanya ia tadi ingin memuntahkan bisa beracunnya ke arah Andra karena ia anggap sebagai pengganggu. “Aku kenapa?” tanya Nay pada Andra. “Mana aku tahu. Jangan lihat ke luar jendela kalau berbahaya, air juga jadi masuk ke dalam kamar.” Lelaki itu menelisik pemandangan di luar kamar. Sejauh mana mata harimaunya mampu melihat, tak ia temukan ada seseorang dengan
Read more

Musuh yang Sama

Nay terbangun ketika sinar matahari dari celah jendela menerpa kulitnya yang dingin. Perempuan ular itu menggeliat dan bangkit dengan rasa malas. Ia lirik jam dan ternyata hari sudah jam satu siang. Lekas pemetik bunga itu mandi agar suhu tubuhnya tetap dingin seperti biasa. Sabun dan sampo layaknya manusia biasa tetap ia gunakan dengan aroma jeruk yang wanginya tahan lama ditambah bunga di kebun yang ia petik. Berendam ular tujuh warna pelangi di dalam bak air selama beberapa menit. Nay keluar, mengeringkan tubuh dan rambut dan berjalan kembali ke kamar. Namun … “Apa-apaan ini?” Ada banyak sekali ular hitam kecil-kecil di ruang tamu bahkan sampai ke kamar. “Tadi nggak ada. Siapa yang iseng? Nggak mungkin Candramaya.” Nay merasa ular tersebut kiriman dari seseorang yang memebencinya. Tapi siapa? Mengingat diri sendiri sudah lama tinggal di desa. Refleks mulut Nay dipenuhi dengan bisa ularnya. Ia pun menyemburkan pada binatang melata yang terus berjalan ke arahnya. Sebagian langsun
Read more

Perangkap

“Nay, tolong, jangan lupa siapa aku.” Andra memutuskan tak jadi menyerang kekasihnya. Ia tahu pemetik bunga itu sedang dikuasai makhluk lain. Jelas ular besar di atas dahan. Putra Ana tersebut kemudian mematahkan dahan pohon hingga ujungnya berbentuk runcing. Ia kumpulkan tenaga di pergelangan tangan lalu melempar ke arah binatang melata yang menegakkan kepalanya. Namun, Nay menangkap dan melemparkan kembali ke arahnya. “Mati!” ucap Nay dengan pupil mata mengerucut sekali. Ia sudah tak sadar siapa dirinya. “Kita bicarakan baik-baik.” Andra berusaha membawa Nay pergi. Tapi serangan dari ular besar yang mencoba menerkam manusia harimau itu mau tak mau membuat Andra mengubah wujud menjadi binatang buas. Daun, akar, dan pepohonan menjadi saksi bagaimana beringasnya pertarungan binatang berdarah panas serta dingin. Andra terus mencengkeram leher ular di depannya. Sedangkan binatang utusan Sora berusaha membelit tubuh harimau ganas itu sampai tulangnya patah kemudian mati kehabisan nap
Read more

Ke Mana Damar?

Nay keluar dari dalam telaga dengan napas pendek-pendek. Racun dari Sora telah berhasil hilang berkat ia berendam di sana, selama beberapa saatnya lama tak terlalu Nay pahami. Yang jelas Andra masih menunggunya sampai tertidur. Wanita itu keluar, sekujur tubuhnya menjadi lebih dingin daripada biasanya. Tapi tak mengapa daripada harus memanas seperti terbakar. “Udah nggak apa-apa?” tanya Andra. Pemetik bunga itu hanya mengangguk saja. “Kita pulang, ya?” lanjut manusia harimau tersebut. Nay tak bisa menolak. Tak mungkin juga mereka tinggal di pinggir hutan lama-lama, keduanya punya rumah. “Terus ular yang jumlahnya banyak itu gimana?” Nay masih ingat kejadian singkat sebelum mereka berdua diserang. “Kita, nggak, tepatnya aku yang hadapi. Bakar semuanya sampai hangus.” Sepasang kekasih itu berjalan kaki melewati hutan bambu dan parit hingga masuk ke perumahan warga. Hanya satu hal yang menjadi pertanyaan Nay dan Andra. Ke mana perginya Damar selaku penguasa dan Candramaya sebagai pen
Read more

Feromon Ular Betina

Malam hari waktu beristirahat, tidak ada hujan atau angin yang lebih dingin turun menyapa pedesaan di Bukit Buas. Nay atau yang dipanggil Maya oleh Candra sedang bercermin. Iya, wajahnya sudah berubah meski ada sedikit kemiripan ketika masih menjadi manusia biasa. “Pulang pun aku ke rumah, nggak akan ada yang kenal sama aku,” ucap Nay agak sedikit putus asa. “Ya, terus kenapa?” Andra datang dan tiba-tiba memeluk kekasihnya dari belakang. Besok pagi-pagi siluman ular itu sudah pergi, tentu akan sepi rumah terasa. “Ya, nggak apa-apa. Habis makan langsung pulang. Kamu, tahu, nggak, Mama aku dulu buka warung nasi buat hidupun anak-anaknya yang masih kecil.” Jemari halus Nay memegang jemari Andra yang kasar karena bekerja. Bedanya Nay selalu ganti kulit, jadi walau apa pun yang terjadi dia tetap akan cantik. “Makan apa?” tanya manusia harimau itu sambil tersenyum. Tak mungkin juga meminta sepiring nasi dan lauknya di warung orang. “Bawa plastiklah dari rumah, kayak dulu nampung sisa
Read more
PREV
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status