Share

Saling Membelit

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arya dan Mita sudah berjalan lebih jauh dari stasiun keretea. Namun, sang pangeran tak tenang sama sekali. Setiap sebentar ia akan menoleh ke belakang. Rasanya pria semalam yang ia hajar tak terlalu jauh dari Nay.

“Kenapa sih, My Lord, lihat ke belakang terus. Susah, ya, pisah sama perempuan tadi?” Mita mulai terbakar cemburu tak menentu.

“Bukan begitu, aku mengendus jejak harimau seperti kita di tubuh Nay. Dan dia sedang diincar oleh lelaki di lorong hotel tadi malam. Apakah menurutmu aku harus diam saja?”

“Tapi, kan, bukan urusan kita,” ujar Mita.

“Ya, sudah kalau begitu jalan terus saja, terserah ke mana tujuanmu.” Sang pangeran kemudian digandeng oleh istrinya menuju satu penginapan. Ceritanya melanjutkan bulan madu yang tertunda karena urusan mendadak.

Beberapa jam telah berlalu, tapi hati Arya tak tenang. Ia pun mencoba memejamkan mata untuk tidur. Namun, sekelebat bayangan Nay melintas lagi begitu saja. Kalau Mita tahu, perempuan berambut merah itu bisa salah paham dibuatn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Series Hutan Larangan    Tersegel

    Sora menemukan tempat yang cocok untuk dirinya dan Nay bersembunyi dari panas menyengat di siang hari. Taman kota yang didesain sedikit mirip dengan hutan menjadi jawabannya. Lelaki bermata kelam itu kemudian mencari tempat yang lebih gelap lagi. Sebuah sungai yang didesain dengan air terjun kecil di dalamnya, lalu ada bebatuan besar serta kecil yang susunannya rapi. Tidak lupa pula dedaunan dan beberapa pohon besar di tengahnya. Karena sekarang adalah hari orang bekerja, hutan kota sepi dari kunjungan. “Cantik sekali, Kau mengingatkanku dengan keindahan Candra dulu. Dia ular baru jadi seperti dirimu tapi sudah sombong luar biasa. Padahal aku ingin sekali mencicipinya, setelah bosan juga akan aku buang.” Sora meletakkan Nay yang masih tak sadarkan diri di dahan pohon. Ular hitam itu mendengar langkah kaki manusia. Kemudian ia membuat sebuah perisai agar tak ada yang bisa mengganggu kesenangannya berdua dengan ular betina yang kulitnya nyaris seputih susu. “Sebenarnya apa yang kau

  • Series Hutan Larangan    Gangguan Mental

    Arya membawa istrinya dan Nay kembali ke hutan tempat mereka berkuasa. Hutan itu berada di wilayah gunung yang kata orang amat sangat menyeramkan. Ada memang pendaki, tapi sang pangeran menjamin tidak ada satu pun manusia yang bisa melihat keberadaan keluarganya. “Pulang?” Mita kira tadi ia akan dibawa ke mana. “Tidak ada tempat yang aman selain rumah kita dan Hutan Larangan. Di sini jauh lebih baik.” Arya meletakkan Nay di kursi kayu berlapiskan karpet bulu di mana dulu harimau kecil-kecil sering bermain di sana. “Terus dia gimana?” tanya sang nyonya rumah. “Biarkan dia beristirahat. Nanti kita cari tahu apa yang terjadi. Siapa tadi namanya?” tanya Arya. “Ehm, Raya kali ya, aku lupa, My Lord. Iya kayaknya Raya gitu, sih.” “Aku juga lupa siapa namanya. Kau ganti bajunya, berikan dia pakaian anak kita. Akan aku pikirkan bagaimana cara menolongnya. Sekarang kau tak salah paham lagi, kan, kenapa aku memikirkannya?” Arya memegang kepala Mita dan mengelus rambut merah wanita yang tad

  • Series Hutan Larangan    Perisai

    Arya naik ke puncak gunung dengan wujud harimau berukuran sangat besar. Kemudian semua binatang menunduk padanya, sebagai penguasa dan penjaga wilayah ia memang cukup disegani. Lalu harimau itu ketika sampai di puncak, duduk diam memandang pegunungan yang ia diami sejak memutuskan keluar dari Hutan Larangan. Binatang buas setengah manusia tersebut memejamkan mata dan mengembuskan napas panjang. Seketika sebuah perisai tak terlihat menutupi wilayah kekuasaannya. Ada alasan mengapa Arya melakukan hal demikian. Ia yakin untuk mencari ayah dari bayi dalam rahim Nay tak akan memakan waktu sebentar. Sedangkan bisa saja ketika ia pergi, Sora akan kembali sewaktu-waktu. Di rumahnya sekarang tidak ada pejantan, semua pergi berpetualang. Hanya ada empat perempuan yang tak akan sanggup menahan kekuatan gelap milik ular hitam berumur ribuan tahun itu. “Setidaknya ini cukup untuk menahan kalau Sora kembali.” Menjelang senja terbit di kaki gunung, baru Arya selesai membuat perisai. Apabila man

  • Series Hutan Larangan    Pertemuan

    Sora terbang menjauh dari kejaran Arya setelah ia berhasil menghantam lelaki itu dengan satu pukulan telak. Lelaki tersebut jatuh di satu tempat yang amat sangat jorok. Sebuah sungai yang penuh sampah, persis seperti isi kepalanya yang hanya memikirkan selangkangan saja. Lelaki ular hitam itu terbatuk. Darah tak berhenti mengucur dari bibir dan dadanya. Ia tak mudah mati, tapi untuk merasakan sakit juga tak kuat. “Harimau bangsat! Setelah aku sembuh akan aku buru anak dan istrimu,” ucapnya dengan wajah memerah dan batuk lagi. Luar biasa Arya melukainya dengan pedang sakti.Sora tak sadarkan diri ketika luka menganga di dadanya memanas dan sinar matahari menyengatkan kian menjadi. Suara jangkrik dan pergerakan tikus got membuat ular hitam itu terbangun. Meleleh air liurnya melihat tikus seukuran kucing. Lidah cabang tiganya melesat begitu panjang, menangkap, membelit sampai tikus mati karena patah tulagn dan berakhir dalam perutnya. Tak ada yang mengetahui keberadaan Sora, karena i

  • Series Hutan Larangan    Pembawa Sial

    Mita sedang melukis sebuah pemandangan di pinggir hutan. Ada sembilan ekor harimau di sana dan satu orang manusia yaitu dirinya. Sembilan hewan itu merupakan anak dan suaminya. Tujuh sedang pergi merantau, dua menunggu di rumah. Lalu tiba-tiba saja terdengar suara orang muntah yang amat menyakitkan. Lukisan Mita tergores. Ia paham sekali rasa perihnya seperti apa. Wanita berambut merah itu meletakkan kuas dan mendatangai Nay yang keadaannya tak lagi buruk seperti waktu pertama kali datang. “Raya, nggak apa-apa, jangan ditahan keluarin semuanya.” Mita menekan pundak Nay berkali-kali. Memang tidak ada apa pun yang keluar tapi, tetap saja sakit sekali. “Aku kenapa ya, Tante, sakit apa sebenarnya?” tanya Nay yang sudah seminggu di sana tapi Mita belum mau cerita sama sekali. “Terus kenapa aku dikurung di sini, aku mau pulang,” rengeknya hampir menangis. Nay kembali menjadi manusia biasa. “Memang kamu punya rumah, Raya?” tanya Mita balik. Nay pun menggeleng saja. Sora menyakitinya te

  • Series Hutan Larangan    Siluet Dalam Lukisan

    Seekor harimau berjalan di pinggiran Bukit Buas. Ia ingin masuk ke sana, tapi mengapa seolah-olah desa itu tanpa penjagaan sama sekali. Arya kemudian mengubah wujudnya menjadi manusia. Suami Mita itu kemudian melangkah memasuki gerbang desa. Terlihat orang desa menyapa dirinya dengan penuh senyuman. Arya bertanya di mana rumah penjaga dan penduduk menunjukkan ke arah rumah Andra yang banyak kebun bunga. “Astaga. Kenapa kepalaku tiba-tiba tidak bisa berpikir,” ucap Arya ketika sampai di depan rumah Andra. Bau harimau jantan dan seekor ular betina dengan jelas tercium. Pencariannya sia-sia saja. “Kenapa aku bisa lupa kalau Andra dulu tinggal di sini. Sial, buang-buang waktuku saja.” Arya melangkah memasuki hutan di Bukit Buas. Dalam wujud harimau ia lebih mudah berlarian lebih cepat. Tujuan sang pangeran yaitu menemukan Andra kembali. Sudah berapa lama ia menyia-nyiakan waktu, padahal yang dicari ada di depan matanya. *** Andra tertududuk lesu di gang sempit tempat orang-orang tak

  • Series Hutan Larangan    Gadis Berambut Keriting

    Andra bermain bersama Lasya yang jarak usia dengannya cukup jauh. Adiknya yang berumur lima tahun itu juga sama seperti Agni. Sudah tumbuh tinggi walau belum seperti dirinya. Ana sendiri sibuk melukis momen yang entah kapan akan terulang kembali. Mengumpulkan semua anaknya yang hanya tiga orang itu sulit sekali. Andra juga sudah punya kehidupan sendiri. Sementara itu Bagus dan Arya memilih duduk dan menatap sesuatu. Entah masa depan atau masa lalu yang harus dirisaukan. “Andai semua ini tak terjadi, Andra tak akan pernah lahir ke dunia ini,” ucap Bagus. Ada sebongkah penyesalan mengapa ia dulu mudah terjerat dalam rayuan seorang manusia biasa, lalu jalan hidup mereka menjadi amat sangat rumit seperti benang kusut. “Berandai-andai tak akan ada gunanya. Yang harus dipikirkan adalah melatih anakmu untuk jadi lebih kuat. Sayangnya bukan aku orangnya,” jawab sang pangeran. Dua orang manusia harimau itu sama-sama mengembuskan asap cerutu yang dulu diperkenalkan oleh orang Belanda saat

  • Series Hutan Larangan    Harimau Jantan

    Tiga orang lelaki sampai di padang rumput yang cukup luas, di mana beberapa anak harimau bermain. Tak lupa seekor harimau putih mengawasi mereka dan kini berjalan mendekat lalu berubah menjadi Pawana. Lasya sendiri bermain bersama Murti yang membawanya di atas kepala saat baru datang. Wanita yang jarak usianya hanya dua tahun dari Damar itu nampak senang bertemu dengan anak kecil lagi. “Siapa namamu?” tanya Murti sambil menelus kepala Lasya. Rambut keriting kecil-kecilnya menambah imut wajah anak Bagus. “Lasya,” jawab gadis itu. “Apa kemampuan istimewamu?” Murti mengetahui anak berdarah campuran tersebut mewarisi kemampuan seperti ayahnya. Hanya saja dari sisi yang berbeda. Lasya berlari agak jauh dan berdiri di depan pohon. Lalu ia tak terlihat sama sekali, alias warnanya sama persis seperti sesuatu yang ia tempeli. “Seperti bunglon, kemampuan langka.” Murti berdecak kagum. Begitulah cara Lasya ikut pergi berpetualang. Gadis kecil itu menempel di punggung Andra. Tubuhnya yang

Bab terbaru

  • Series Hutan Larangan    Bunga Es

    Waktu terus berjalan sampai malam hari dan Andra belum bisa menjawab pertanyaan dari Nay harus pindah ke mana. Bukan soal barang-barang yang ia khawatirkan, benda-benda itu bisa dibeli lagi. Tapi soal kehidupan sebagai separuh binatang dan manusia. Sulit untuk berbaur dengan orang ramai. Tak semua paham menjaga sikap. Dengan warga desa di sini hanya karena ada aturan dari penguasa saja makanya mereka tunduk. Sambil berbaring, Andra melipat dua tangan di belakang kepalanya. Apa harus pergi ke pegunungan Himalaya? Tapi terlalu dingin, mungkin cocok bagi Nay tapi tidak baginya. Atau ke Hutan Larangan? Di sana ada Murti dan Pawana. Tak terlalu suka Andra dengan dua harimau putih itu. Bingung. Tangan Nay tiba-tiba berpindah memeluk Andra yang dari tadi melamun saja. Lelaki itu tergugah sedikit. Mungkin bisa mencari inpirasi usai menghangatkan diri pada tubuh dingin seekor ular. Mulailah si pejantan beraksi menyentuh setiap jengkal kulit betina yang halus tanpa cela. Ular itu pun mulai

  • Series Hutan Larangan    Harus Ke Mana?

    “Murti, kau di sini.” Candramaya meliha temannya duduk di singgasana milik Darma. “Iya, kalian sudah kembali. Akhirnya kau dapat juga apa yang kau mau,” jawab Murti sambil memperhatikan wajah Candramaya yang asli. “Setelah hampir ribuan tahun menunggu. Rasanya semua ini melelahkan.” Candra menghela napasnya yang dingin. “Lelah apanya? Sekarang dia ke mana?” Maksud Murti kandanya kenapa tidak kembali. “Terakhir aku meninggalkan dia penginapan, mungkin dia masih tidur.” “Astaga, kalian benar-benar kasmaran sampai lupa menjaga bukit. Sekarang karena kau sudah kembali, aku akan pergi ke tempat suamiku.” Murti beranjak dari singgasana milik kandanya. “Bagaimana dengan kehidupanmu di sana?” Candra menahan tangan Murti. “Kami baik-baik saja, semoga kau juga sama, Candra, penantian dan kesetiaanmu layak mendapatkan hasil yang memuaskan. Kalau kanda tidak juga luluh tinggalkan saja bukit ini. Lebih baik cari lelaki lain yang peka dengan perasaanmu.” Murti mengelus jemari Candra yang hal

  • Series Hutan Larangan    Diusir

    Candramaya terbangun di kamar hotel tempatnya menginap. Ia tak sadarkan diri selama beberapa hari akibat minumal alkohol yang dicicipi. Saat bangun, ia hanya menggunakan selimut saja. Sedangkan di lantai bagian bawah, ada seekor harimau putih yang bermalas-malasan. “Sepertinya kami terlena tinggal di kota. Ini tidak bisa dibiarkan.” Candra bangkit dan mencari sumber air. Ia yang kurang tahu tentang kehidupan modern menendang pintu kamar mandi padahal tinggal dibuka saja. Ketiadaan air di dalam bak mandi layaknya telaga membuat ular tujuh warna itu merusak shower hingga airnya terus mengalir. Candra tak peduli yang penting ada air untuk membersihkan sisiknya yang terasa berdebu.“Kenapa airnya panas sekali.” Wanita itu tak sadar menghidupkan penghangat. Tak ingin Canda berendam di sana. Keadaan di luar bukit sama sekali tidak membuatnya tenang. Ular tujuh warna itu tak peduli lagi dengan Damar yang ingin tinggal di hotel atau tidak. Candra pun memejamkan mata dan menghilang, kemudi

  • Series Hutan Larangan    Tersiksa

    Waktu berjalan hingga telah ratusan tahun lamanya sejak Damar, Weni, Murti dan Pawana menjadi separuh binatang buas. Pun dengan lingkungan yang telah berubah sangat berbeda. Orang-orang tak lagi menggunakan kuda, meski masih ada beberapa yang mempertahankan tradisi. Rumah mulai dibuat dari batu, semen, serta besi, tak lupa pula keramik hingga bahkan istana raja zaman dahulu kalah indahnya. Semua itu normal dimiliki oleh manusia biasa. Namun, Damar memiliki aturan sendiri di bukit tempatnya berkuasa. Tidak boleh ada aliran listrik sebab akan timbul kebisingan di sekitarnya. Tidak boleh ada modernitas apa pun, bahkan kendaraan saja masih sama seperti dahulu. Sederhana saja, siapa yang mampu dia akan bertahan tinggal di Bukit Buas. Apalagi di desa tetangga masih bisa melakukan aktifitas yang sama. Murti dipercaya oleh Damar untuk menerima siapa pun yang tinggal di desa. Selain orang itu bisa diajak bekerja sama dan tidak mengurus kehidupan para binatang di dalam bukit. Murti—wanita

  • Series Hutan Larangan    Perpisahan

    Pawana baru saja menyelesaikan semedi jangka panjangnya. Ia menjadi semakin bijaksana juga sakti. Hanya satu kekurangannya, yaitu ia bukanlah penguasa di Bukit Buas. Murti mendatangi dan memeluk suaminya. Lelaki yang sejak jadi harimau lebih memilih dekat dengan alam, wanita itu jadi merasa terabaikan. “Setelah ini mau bertapa lagi? Tidakkah Kang Mas tahu anak kita sudah besar semua dan mencari hidupnya sendiri-sendiri,” ujar Murti sambil menggamit tangan Pawana. “Mereka pergi semua?” tanya lelaki berambut putih itu. “Iya, semua sudah besar, yang lelaki pergi mencari wilayah sendiri, yang perempuan pergi bersama pasangannya. Aku tak bisa melarang mereka sudah punya hidup sendiri.” “Berapa lama waktu yang aku lewati memangnya?” Pawana tak sadar dengan kesepian diri sendiri. “Ratusan tahun sepertinya, kali ini memang Kas Mas terlalu lama. Aku hampir saja mencari jantan lain.” “Kau tak akan bisa melakukannya. Kau itu sudah terikat denganku,” jawab Pawana sambil tersenyum. Namun, a

  • Series Hutan Larangan    Harapan

    Samar-samar sang penguasa Bukit Buas mendengar suara teriakan seorang perempuan. Sebenarnya ia tak mau ikut campur urusan lain. Namun, semakin lama suara itu justru terdengar semakin pilu dan masih terjadi dalam wilayah kekuasannya. Manusia harimau putih itu menghilang dan mencari sumber suara. Ia berubah menjadi seekor harimau dan berlari cepat bahkan nyaris menumbangkan beberapa pohon. Beberapa saat kemudian harimau itu sampai di sebuah tempat. Di mana Sora sedang mencabik-cabik kain sutera yang menutupi tubuh Candramaya. Harimau itu memejamkan mata, ia perhatikan dengan baik lalu melangkah mundur sebentar dan berlari kencang hingga menerjang Sora yang nyaris sedikit lagi merenggut harga diri Candramaya. Ular tujuh warna itu terkejut ketika harimau putih melompat melewati atas tubuhnya. Ia pun bangkit dan menutupi diri dengan sisa-sisa kain di badan. Tadinya Candra mengira kalau harimau itu Murti. “Sepertinya dia bukan Murti,” gumam Candra dari balik pohon. Pertama kali sejak

  • Series Hutan Larangan    Kebun Bunga

    Candramaya turun ke bawah dengan perasaan tak menentu. Jujur tak mudah baginya untuk melupakan paman yang mengajarkan arti cinta pertama kali. Tapi melihat lelaki itu bersanding dengan yang lain pun ia tak kuat. “Apakah ini yang namanya bodoh. Pergi tak mampu bertahan sakit?” gumamnya sambil menuruni bukit. Sekali lagi ia menoleh, terdengar suara Damar dan istri manusia biasanya bersenda gurau. “Cih, bahkan kandaku tak memandangmu sedikit pun. Benar kalau matanya itu ada penyakit,” ucap Murti dengan bibir dimiringkan. “Cinta tidak bisa dipaksakan, Murti. Mau kau bilang aku paling cantik di dunia ini tetap saja kalau bukan aku yang dia mau, aku tak akan ada nilai di matanya.” “Aku hanya kasihan dengan manusia itu. Nanti dia akan ditiduri dan jeritnya terdengar sampai seluruh bukit, lalu hamil dan mati karena melahirkan, tak pernah ada istri kandaku yang hidup dan mampu berubah jadi harimau. Kasihan, hidup hanya untuk jadi pemuas saja.” “Sudah takdir mereka, beberapa perempuan mema

  • Series Hutan Larangan    Tak Sama Lagi

    Sora menepi ketika air sungai tak mengalir deras lagi. Ada beberapa bekas luka gigitan di tubunya. Ia akui perlawanan ular betina tadi cukup ganas, meski bisa saja ia langsung bunuh, tapi Sora menginginkan tubuhnya. “Kau terlalu berani, akan aku ajarkan bagaimana caranya agar menurut padaku.” Sora meludah, ia membuang racun ular yang tadi sempat ditancapkan Candramaya. Ular hitam itu berjalan sambil mencium aroma bunga yang begitu khas. Jelas sekali hanya satu perempuan di dunia ini yang memilikinya. Lelaki itu berubah menjadi ular hitam kecil, ia melata mengikuti semilir angin yang akan mendekatkanya pada Candramaya. Wilayah kekuasaan Damar cukup luas. Tak ada yang berani mengusik sebab tahu ia siapa. Semua binatang jadi-jadian tunduk padanya, termasuk Sora. Tapi untuk urusan perempuan cantik lain lagi ceritanya. “Lagi pula harimau putih itu sudah memiliki istri bergonta-ganti, untuk yang ini berikan saja padaku,” gumam Sora dari atas pohon. Di sana ia bergelung karena aroma bun

  • Series Hutan Larangan    Nama Baru

    Seekor ular hitam yang sudah berumur ratusan tahun tinggal di Bukit Buas. Ia merupakan binatang tak memiliki tuan. Hidupnya bebas. Sora namanya, sebab ia berubah menjadi ular karena memang bersekutu. Ia memang bengis dan kerap mencari mangsa perempuan. Baik untuk diajak tidur atau setelahnya dimangsa. Hitamnya hati membuat warna sisiknya menjadi hitam juga. Dari tepi sungai ia memperhatikan seekor ular betina yang memiliki kecantikan layaknya bidadari. “Penghuni baru sepertinya. Akhirnya ada juga yang sama sepertiku,” ujar Sora sambil menelisik Weni. Ular betina itu masih bergelung di atas pohon untuk bermalas-malasan. Waktu yang terus berjalan membuat Weni turun dari dahan. Saat itulah Sora baru tahu bahwa selain cantik seperti bidadari, Weni juga memiliki kemampuan untuk membunuhkan bunga tujuh warna. Daerah yang kerap kali becek dan kotor dibuatnya jadi indah. “Aku harus mendapatkanmu, apa pun caranya.” Sora berubah menjadi ular dan masuk ke dalam sungai. Ia menanti Weni mandi

DMCA.com Protection Status