Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 2261 - Bab 2270

2578 Bab

199. Bagian 19

"Apa Kek?!" ujar Maithatarun. Wajahnya menyatakan rasa heran. "Tanda bunga dalam lingkaran ? Dekat ketiak kananku sebelah belakang?" Maithatarun angkat tangan kanannya, mencari-cari. Dia berhasil melihat tanda kecil seperti yang dikatakan si kakek. Bunga dalam lingkaran. "Aku tak pernah tahu kalau ada tanda seperti ini di lenganku. Juga tak ada orang yang mengatakan kalau aku punya tanda seperti ini." Maithatarun menatap wajah si kakek lalu bertanya. "Kek, apa pentingnya tanda di balik lenganku ini bagimu? Apa mengandung satu arti?" "Tanda itu sangat penting bagiku Hai Maithatarun. Lebih penting dari nyawaku sendiri " "Aku tidak mengerti. Tunggu... Aku coba mengingat-ingat. Rasanya aku pernah melihat tanda seperti yang kau katakan itu di lengan belakang seseorang " "Ucapanmu membuat aku berdebar Maithatarun!" kata Jin Terjungkir Langit. "Pusatkan pikiranmu, pusatkan ingatanmu! Siapa orang yang punya tanda seperti tanda di dekat ketiak kananmu itu?!" Maithatarun memijit-mijit kenin
Baca selengkapnya

199. Bagian 20

Maithatarun meraung keras lalu bersujud di tanah, menangis panjang. Ruhsantini yang ada di tempat itu, setelah terpental beberapa kali kini terduduk dengan muka pucat lalu tutupkan dua tangan di depan wajahnya karena tidak sanggup melihat kengerian yang terjadi atas Paekakienam. Jin Terjungkir Langit sendiri saat itu tegak dengan tubuh bergoncang keras dan wajah kaku membesi. Sewaktu jala yang disebut Api lblis Penjaring Roh itu menebar turun laksana kilat menyambar, si kakek masih mampu berusaha menangkis dengan dua tendangan yang mengeluarkan gelombang angin sakti. Bersamaan dengan itu dengan kecepatan luar biasa dia segera menyingkir karena maklum serangan yang datang dari atas langit itu bukan olah-olah dahsyat berbahayanya! Dia berhasil menyelamatkan diri. Tapi kuda hitam besar Paekakienam yang tadi disandarinya tertimpa jaring, langsung dibuntal dicabik-cabik hangus sekujur tubuhnya! Untuk beberapa lamanya tempat itu dilanda kesunyian mencekam. Lalu dirobek oleh suara raungan
Baca selengkapnya

199. Bagian 21

Dari dalam jala dimana dirinya terkurung Ruhsantini berusaha menyerang Jin Bara Neraka dengan serangan tangan kosong jarak jauh. Tapi gerakannya tertahan. Lebih dari itu anehnya dia juga tidak mampu menghimpun tenaga dalamnya. Dia mengalami hal yang sama seperti yang terjadi dengan Maithatarun. Kekuatannya tak mampu dikerahkan seolah telah disedot sirna oleh jaring api biru! "Celaka! Kalau tidak ada yang menolong, Maithatarun pasti akan menemui ajal di tangan makhluk durjana itu!" Ruhsantini meratap tegang dalam hatinya. Saat itu Jin Terjungkir Langit yang telah melihat bahaya yang mengancam Maithatarun dengan satu gerakan kilat melesat ke arah Jin Bara Neraka sambil tendangkan kaki kanannya. Selarik gelombang angin yang memancarkan hawa dingin serta sinar kebiruan menyambar. Semula Jin Bara Neraka menganggap enteng dan tetap teruskan pukulannya sambil menggeser kedudukannya sedikit. Tapi ketika dirasakannya tubuhnya disengat hawa dingin luar biasa dan lututnya menjadi goyah kagetlah
Baca selengkapnya

200. Si Cantik Jelita, Ruhrembulan

SEANDAINYA ada petir menyambar di depan hidungnya saat itu mungkin tidak demikian hebat kejut Patandai alias Jin Bara Neraka. Gerakan tangan kirinya hendak menghabisi Maithatarun serta merta tertahan. Dua matanya mendelik besar memandangi Jin Bara Neraka lalu berpaling pada Jin Terjungkir Langit.Yang terkejut bukan cuma Jin Bara Neraka. Maithatarun yang sebelumnya sudah pasrah menghadapi kemalian tersentak kaget, memandang pada Jin Bara Neraka lalu menoleh pada Jin Terjungkir Langit.Di dalam jaring Ruhsantini tekapkan salah satu tangannya ke mulut, menahan seruan kaget yang hampir meluncur dari mulutnya."Jin Bara Neraka saudara kandung Maithatarun? Bagaimana mungkin?!"Ruhsantini melihat Jin Terjungkir Langit dongakkan kepala ke langit Dua matanya terpejam. Mulutnya berkomat kamit. Orang tua itu seperti tengah berdoa. "Jangan-jangan orang tua itu benar-benar miring otaknya!" pikir Ruhsantini.Sang Junjungan termasuk orang yang ikut terkejut. Wal
Baca selengkapnya

200. Bagian 2

"Kerabat berpakaian biru, apa hubunganmu dengan perempuan laknat bernama Ruhsantini itu hingga mau- mauan menolongnya? Lekas terangkan siapa dirimu adanya!"Ruhcinta kembali tersenyum. "Semua insan di dunia ini dilahirkan dari dan di dalam kasih sayang. Mengapa kau berpikiran dangkal membunuh seorang perempuan yang sesungguhnya adalah bagian dari kasih sayang itu sendiri?"Sesaat Jin Bara Neraka jadi terkesima mendengar kata-kata gadis cantik berpakaian biru itu. Namun kemudian amarahnya timbul kembali."Aku tidak mengerti maksud ucapanmu! Tapi ingin kukatakan, kau tidak tahu siapa adanya perempuan yang barusan kau tolong itu! Dia adalah seorang istri sesat, pengkhianat suami! Kabur dan menjadi gendak lelaki bernama Maithatarun yang barusan ditolong oleh Dewi celaka itu!" Jin Bara Neraka menunjuk ke arah kejauhan di mana Dewi Awan Putih menurunkan sosok Maithatarun."Kemarahan bisa membuat seseorang sesat bicara. Dendam kesumat bisa membuat insan melupaka
Baca selengkapnya

200. Bagian 3

Selesai mengeluarkan ucapan itu si gadis mengusap mukanya sendiri lalu meniup ke arah Jin Bara Neraka.“Gadis baju biru, Aku ingat! Kau bernama Ruhcinta!" tiba-tiba Jin Bara Neraka berteriak."llmu kepandaianmu boleh tinggi tapi jangan harap kau bisa menenung diriku!"Habis berkata begitu Jin Bara Neraka siap hendak menghantam kembali. Tapi tiba-tiba dia merasakan matanya menjadi berat. Kantuk yang amat sangat menyerangnya tak tertahankan. Terhuyung-huyung dia melangkah mendekati sebatang pohon. Sebelum sampai ke pohon itu tubuhnya sudah limbung lalu perlahan-lahan jatuh ke tanah."Gadis kurang ajar! Apa yang kau lakukan terhadap cucu muridku?!" Satu suara membentak. Satu bayangan hitam berkelebat. ltulah sosok sang Junjungan yang saat itu sebenarnya sudah siap untuk kabur dari tempat itu. Tapi melihat Jin Sara Neraka jatuh tergeletak di tanah dan tak bergerak lagi dia menyempatkan diri untuk menyelidiki. Gadis yang dibentak tidak segera menjawab ka
Baca selengkapnya

200. Bagian 4

"Lebih baik aku cari selamat! Perduli amat dengan Patandai!" Tanpa banyak bicara lagi sang Junjungan segera berkelebat tinggalkan tempat itu. Untuk meminta tongkatnya kembalipun dia tidak ingat. Sebaliknya Ruhcinta yang memang tidak memerlukan tongkat tersebut segera melemparkan nya ke arah makhluk jerangkong."Wuuuttt.. sett!"Tongkat tulang itu menyusup di sisi kiri jubah hitam sang Junjungan, terus menembus sampai ke bagian kanan. Akibatnya gerakan larinya itu terjegal terserimpung. Tak ampun lagi dia tersungkur tunggang langgang. Muka tengkoraknya berkelukuran di tanah. Sambil menyumpah panjang pendek orang ini bangkit berdiri lalu tinggalkan tempat itu diiringi  suara tawa cekikikan Ruhcinta."Ruhcinta, aku perlu bicara dengan Jin Bara Neraka. Harap kau buat dia bangun dari tidurnya!" Ucapan Jin Terjungkir Langit itu membuat Ruhcinta hentikan tawanya. Gadis ini menatap ke arah Jin Bara Neraka lalu usap mukanya dua kali dan meniup. Saat itu juga sosok J
Baca selengkapnya

200. Bagian 5

"Anak itu ... Kemana dia pergi. Dia tak mungkin berjalan sendiri. Ada seseorang yang membawanya. Aku masih belum berkesempatan untuk menerang kan padanya ... Maithatarun anakku " Kembali Jin Terjungkir Langit menangis terisak-isak."Kek, biar aku mendukungmu, membawa ke tempat lebih baik untuk dirawat," orang berjubah hitam bermuka tanah liat tiba-tiba mendekat lalu mendukung si kakek di bahu kirinya."Tak jauh dari sini ada sebuah telaga di kaki bukit kecil. Untuk sementara kurasa itu tempat yang baik bagimu." Si muka tanah liat berpaling pada Ruhcinta."Aku mendukung kakek ini, harap kau menolong perempuan di dalam jaring ""Orang bermuka aneh, aku tahu tadi kau yang menolong aku dari bahaya maut tangan ganas makhluk muka tengkorak itu. Dia begitu ketakutan melihat Pukulan Menebar Budi yang kau lepaskan untuk menyelamatkan nyawaku. Pukulan itu menandakan kau adalah yang selama ini dijuluki Si Jin Budiman. Tapi Hai, siapakah kau sebenarnya?"Dibal
Baca selengkapnya

200. Bagian 6

"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Hari mulai gelap. Kalau kau ajak bicara terus aku bisa lari menabrak pohon. Kalau kepalamu yang mendarat. di batang kayu lebih dulu, apa kau tidak celaka? Nanti kau menuduh diriku sengaja mencelakai dirimu "Bintang menggerendeng dalam hati. Dadanya mendenyut sakit sekali. Tubuhnya saat demi saat terasa semakin lemah. Jin Santet Laknat pegang pundak pemuda ini."Tubuhmu mulai dingin. Racun tendangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mulai bekerja. Aku harus bertindak cepat "Si nenek percepat larinya. Baru berlalu beberapa saat tiba-tiba Bintang merasakan dadanya sesak. Dia membuka mulut lebar-lebar agar bisa bernafas. Tapi dari mulutnya menghambur darah segar. Saat itu juga Ksatria Pengembara jatuh pingsan tak sadarkan diri lagi!"Celaka! Celaka!" kata Jin Santet Laknat berulang kali. Dia percepat larinya. Dalam udara yang mulai gelap sosoknya kelihatan seperti bayang-bayang, berkelebat ke arah matahari tenggelam. Tujuannya
Baca selengkapnya

200. Bagian 7

"Gadis-gadis sesat bermulut keji! Kalau kau tidak menjaga ucapan akan kurobek mulut kalian saat ini juga!" Jin Santet Laknat marah besar."Hik ... hik! Dia takut kita mau mengambil pemuda itu!" kata Ruhkenanga pula."Hemm ... Kalian suka pada pemuda itu! Silahkan masuk ke dalam gubuk! Lakukan apa yang kalian mau!" Jin Santet Laknat berkata seraya maju selangkah."Kami tidak berselera! Apa lagi pemuda itu siap menjadi bangkai tak berguna! Siapa sudi!" jawab Ruhkenanga.Seperti diketahui dua gadis kembar cucu-cucu Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab ini memang mempunyai kelainan. Yakni hanya suka pada kaum sejenis. "Kalau kalian tidak punya kepentingan lekas menyingkir! Atau api di ujung ranting ini akan merusak wajah kalian!"Habis berkata begitu Jin Santet Laknat membuat lompatan, menyergap dua gadis kembar seraya babatkan ujung ranting berapi ke wajah mereka. Sepasang Gadis Bahagia tahu sekali siapa adanya Jin Santet Laknat. Mereka tidak mau mencari cel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
225226227228229
...
258
DMCA.com Protection Status