All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 2271 - Chapter 2280

2578 Chapters

200. Bagian 8

"Aku tidak mau mati! Tidaakk! Kau yang harus mati! Kau ... kau ... kau!" Bintang berteriak lagi lalu kembali dia memukul dan menendang kalap. Mendadak pintu gubuk ditendang orang dari luar. Satu sosok hitam menghambur masuk. Di kepitan tangan kirinya dia membawa berbagai macam dedaunan. Di tangan kanan orang ini memegang obor ranting kayu. Jin Santet Laknat!"Bintang! Apa yang terjadi?!" si nenek bertanya kaget dan heran melihat keadaan Bintang begitu rupa. "Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati! Kau yang harus mati! Kau ... kau ... kaul""Kau ... kau siapa maksud pemuda ini? Diriku? Dia ingin aku mati?"Si nenek sisipkan obor di sudut gubuk. Dedaunan dibuangnya ke lantai lalu cepat dia mendekati Bintang. Begitu dia menyentuh tubuh si pemuda terasa sangat panas."Kau mimpi! kau barusan bermimpi Bintang! Sekaligus diserang demam panas akibat racun tendangan"Bola mata Ksatria Pengembara memandang seputar gubuk. "Mana dia? Mana dia manu
Read more

200. Bagian 9

"Gusti Allah! Kau telah menolongku! Aku sembuh! Aku bisa bergerak!" Masih kurang percaya, Ksatria Pengembara ini bergerak bangkit. Dia keluarkan seruan tertahan ketika melihat dia benar-benar bisa duduk di atas pembaringan terbuat dari batang kelapa itu!Bintang perhatikan dada kirinya. Sebelumnya disitu ada tanda kebiru-biruan bekas tendangan kaki beracun Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tapi saat itu tak ada lagi, lenyap tak berbekas. "Tuhan Maha Besar!" Bintang bersujud di atas pembaringan. "Terima kasih Tuhan. Terima kasih Gusti Allah. Jika pertolongan dan kesembuhanku ini Kau berikan melalui kebaikan seseorang maka berilah orang itu berkah sebesar- besarnya! Berilah kepadaku kemampuan untuk membalas budinya!" Setelah bersujud tak bergerak beberapa lamanya sambil mengucap puji syukur berkepanjangan Bintang turun dari pembaringan. "Aku harus mencari nenek itu "Hanya mengenakan celana tanpa baju dia melangkah ke pintu. Pintu gubuk mengeluarkan suara berkereketan ketik
Read more

200. Bagian 10

Ksatria Pengembara memandang ke timur. Langit semakin terang. "Aku harus kembali ke gubuk. Mungkin Jin Santet Laknat sudah ada di sana. Aku harus mendapatkan Pedang Pilar Bumi kembali. Aku harus mencari kawan-kawanku. Aku harus menolong Maithatarun dan Ruhsantini. Terakhir sewaktu di  lembah mereka masih berada dalam jaring aneh itu..." Bintang lalu ingat dengan orang-orang yang hendak menurunkan    tangan jahat terhadapnya. Seperti Pawungu, Jin Tangan Seribu dan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab."Persetan dengan mereka!" Bintang memaki sendiri lalu balikkan badan, kembali menuju ke gubuk. Hampir sepeminuman teh berlalu, pendekar kita mulai heran dan geleng-geleng kepala. "Aneh, waktu pergi tadi rasanya aku tidak jauh-jauh. Mengapa sekarang membutuhkan waktu begini lama mencari gubuk sialan itu?!"Bintang memandang berkeliling. Sementara itu langit sudah terang karena malam telah berganti siang. Ketika dia menoleh ke kiri kagetlah Bintang. Gubuk yang d
Read more

200. Bagian 11

"Aku tak tahu pasti mereka berada di mana. Tapi sebelum berpisah Si Jin Budiman mengatakan akan membawa kakek itu ke sebuah telaga tak jauh dari tempat itu. Ternyata kemudian kuketahui, gua dimana aku dan Ruhsantini berada terletak tak jauh dari telaga, sama-sama tidak jauh pula dari bukit ini. Pagi tadi, begitu fajar mulai menyingsing aku berjalan-jalan ke puncak bukit ini. Tak sengaja aku menemukan gubuk ini. KuPeriksa. Kosong. Tapi di dalamnya aku melihat tanda-tanda sebelumnya ada orang di sini. Lalu aku melihat sehelai baju putih. Aku yakin sekali pakaian itu adalah milikmu. Berarti sebelumnya kau ada di dalam gubuk. Aku memutuskan untuk menunggu. Tapi tak ada yang muncul. Aku keluar dari gubuk. Tepat pada saat kau tengah menuju ke sini ""Aku memang berada di gubuk ini. Aku tak ingat pasti berapa lama atau berapa malam aku berada di sini. Sebelumnya aku menderita luka dalam yang amat parah. Tendangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab membuat sekujur badanku lumpuh. Jin Sant
Read more

200. Bagian 12

"Nek, berkat pertolonganmu aku sudah sembuh!" Bintang mengalihkan pembicaraan walau saat itu dia ingin sekali mengambil Pedang saktinya dari tangan si nenek."Aku berterima kasih padamu Nek," kata Bintang lagi sambil memegang bahu si nenek kiri kanan. Jin Santet Laknat pandangi wajah Bintang lalu memperhatikan dua tangan yang mendekap bahunya itu. Si nenek kemudian tersenyum. "Tak perlu kau mengucapkan terima kasih. Kalaupun kau merasa perlu, sampaikan pada Tuhanmu. Aku sudah memuji syukur semalaman tadi pada para Dewa "Jin Santet Laknat kemudian ulurkan tangannya yang memegang Pedang."Berat hatiku mengembalikan senjata ini padamu. Tapi aku tahu itu bukan milikku. Kau bukan saja sebagai orang yang mempunyai tapi aku tahu senjata itu banyak kegunaannya jika berada di tanganmu. Ambillah kembali. Maafkan kalau kau merasa aku pernah mencurinya darimu..." Jin Santet Laknat dekatkan mata Pedang ke wajahnya. Untuk beberapa saat lamanya dia tempelkan senjata itu di pi
Read more

200. Bagian 13

"Kalau begitu kerjakan apa yang segera bisa kau lakukan." Jin Santet Laknat mengangguk "Aku berjanji menolong mereka. Sekarang aku harus pergi. Sebelum pergi aku ada satu pertanyaan dan satu permintaan. Kuharap kau mau menjawab satu pertanyaan itu dan memenuhi satu permintaan itu!""Kalau pertanyaanmu tidak sulit pasti akan kujawab. Kalau permintaanmu tidak sukar pasti akan kupenuhi.""Dalam rimba persilatan Negeri Jin tersiar kabar buruk mengenai dirimu. Kau dikatakan telah memperkosa Sepasang Gadis Bahagia cucu Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sehabis merusak kehormatan mereka kau juga dituduh menganiaya dua gadis kembar itu. Lalu kau dituduh sebagai pencuri sebuah tongkat sakti terbuat dari batu biru yang juga milik Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Kemudian tersiar pula berita bahwa kau telah berbuat mesum dengan Ruhjelita. Terakhir sekali yang sangat menghebohkan kau dituduh telah menghamili Bunda Dewi! Pertanyaanku, apakah semua itu betul adanya?"Bintang tatap
Read more

200. Bagian 14

"Kalau begitu mungkin ada Dewi yang turun kesasar ke tempat ini!" kata si nenek pula,"Aku yakin makhluk itu bukan seorang Dewi.""Hai, agaknya kau tertarik pada gadis cantik berpakaian putih itu. Kau ingin aku menyelidik dan mencarinya?" tanya Jin Santet Laknat lalu tertawa cekikikan.Bintang hanya bisa tersenyum."Ada hal lain yang hendak kau sampaikan padaku?""Sekali lagi aku berterima kasih padamu Nek," kata Bintang pula. Jin Santet Laknat tertawa panjang. Dia lambaikan tangan."Jangan lupa, dua malam mendatang. Di Tebing Batu Terjal!""Aku pasti datang Nek," kata Bintang. Setelah si nenek lenyap Bintang berucap seorang diri."Sulit menduga. Apa benar nenek jahat itu kini telah berubah menjadi makhluk sangat baik?" Bintang keluarkan Pedang Pilar Bumi dari balik pakaiannya. Dia duduk bersila di tanah. Mata Pedang ditempelkannya ke dadanya. Lalu setelah pejamkan mata Ksatria Pengembara ini mulai atur jalan nafas serta aliran
Read more

200. Bagian 15

Dari dalam gua Ruhcinta tersentak bangun  dan cepat melompat ke luar. Sesaat pemandangannya tertutup oleh tebaran kerikil dan debu yang masih menggantung di depan mulut gua. Begitu keadaan agak terang terlihatlah sosok Ruhsantini berdiri dengan wajah pucat, tubuh bergetar dan dua tangan ditekapkan ke mulut. Tak jauh dari Ruhsantini berdiri pula satu sosok hitam yang segera dikenali Ruhcinta bukan lain adalah makhluk muka tanah liat si Jin Budiman.Ruhcinta segera dekati Ruhsantini dan rangkul tubuh perempuan itu."Ada apa ... Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa lolos? Kemana perginya jaring api biru yang melibatmu?!""Aku tidak tahu pasti ..." jawab Ruhsantini dengan wajah masih pucat dan suara agak bergetar."Aku tersentak bangun ketika ada suara meletup. Kulihat asap aneh mengepul seolah keluar dari tubuhku. Lalu jaring di sekujur badanku mengeluarkan cahaya biru! Aku melihat satu sosok hitam di dekatku. Belum sempat aku mengenali siapa dia adanya
Read more

200. Bagian 16

Di susunan batu kedua saat itu tampak tiga orang duduk bersila. Mereka duduk membentuk satu barisan lurus, menghadap ke lamping bukit yang terbuka dan gelap. Tak satupun bersuara. Tak ada yang bergerak. Mereka duduk diam sambil sesekali saling pandang namun masing-masing memasang telinga. Di langit bulan sabit muncul begitu awan hitam yang sejak tadi menghalanginya bergerak menjauh.Keadaan diTebing Batu Terjal untuk beberapa lamanya menjadi agak terang. Namun begitu awan muncul kembali menutupi, suasana serta merta menjadi pekat menghitam kembali. Orang yang duduk di ujung kiri- adalah seorang lelaki berusia agak lanjut, bernama Paduliu. Di samping kanan Paduliu duduklah nenek berambut putih riap-riapan yang bukan lain adalah Ramahila, sang juru nikah. Lalu di ujung kanan, di sebelah Ramahila duduk sosok berjubah hitam yang memiliki wajah seekor burung gagak dan sudah diterka siapa adanya yaitu Jin Santet Laknat.Ramahila mengerling pada Paduliu lalu menatap Jin Sante
Read more

200. Bagian 17

Ksatria Pengembara jadi merinding. Menatap pada si nenek Ada rasa kasihan tapi juga ada rasa ngeri dalam hatinya."Nek, apakah tidak ada orang pandai, atau mungkin para Dewi dan para Dewa yang dapat melepaskan dirimu dari dosa warisan atau kutuk yang kau alami?"Jin Santet Laknat mamandang pada sang juru nikah Ramahila. Nenek berambut riap-riapan ini anggukan kepala. Jin Santet Laknat lalu bersuara menjawab pertanyaan Bintang tadi."Kutuk yang jatuh pada diriku sulit untuk ditelusuri pangkal sebabnya. Selain itu tidak ada satu makhluk pun baik di bumi maupun di atas langit sana yang mampu membebaskan diriku dari dosa warisan kutuk celaka ini. Kutuk telah merubah hatiku, merubah jalan pikiranku. Lebih lanjut merubah diriku menjadi seorang buruk rupa dan jahat hati. Aku melakukan kekejian apa saja menurut sukaku. Apa lagi jika ada yang mendorong. Lebih celaka ketika aku jatuh ke tangan Jin Muka Seribu dan sempat menjadi budak suruhannya ""Kalau begitu, mun
Read more
PREV
1
...
226227228229230
...
258
DMCA.com Protection Status